"maaf Tuan Muda, karena kesalahpahaman ini. Anda harus menikahi saya." Ucap Carine Anastasya Conwer dengan tatapan sendu.
"Aku tidak butuh maafmu Carine Anastasya, nama palsumu itu tidak bisa mengelabuiku. dan satu lagi, jangan mimpi untuk menjadi istri spesialku. kau bukan tipe, selera, dan wanita yang kucintai. paham!" Tekan Reno Zesnard Phoenix dengan mata menatap tajam.
"Baik Tuan, saya tahu posisi saya." Ujar Carine Anastasya Conwer seraya menundukkan kepala.
Notes: biar tidak bingung, dianjurkan untuk baca novel pertama dengan judul 👉SUAMIKU CEO TAMPAN BERDARAH MAFIA. agar ceritanya nyambung dan teman-teman tidak bertanya-tanya untuk beberapa isi cerita yang mungkin tak dijelaskan secara rincih, termasuk beberapa tokoh cerita yang tak di detail kan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momy ji ji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Konflik...
Hari kedua....
Carine bangun di jam empat subuh, setelah membersihkan diri disaat orang rumah masih tidur. Carine kini sibuk dengan laptopnya. sembari mengecek beberapa file yang harus Ia urus selain misi utamanya saat ini.
Fokus dengan pekerjaannya di ruangan tamu dan menikmati segelas kopi panas, tak lupa Carine sudah membersihkan piring kotor didapur. kebetulan Carine melihat Bu Narti mengerjakan pekerjaan tersebut sore kemarin, dan dari pengamatan Carine. Ia sudah paham walau dengan sekali lihat.
di hampir jam lima pagi, Bu Narti dan Pak Herman suaminya itu baru bangun. sepasang suami istri itu secara kompak melaksanakan sholat subuh di kala azan berkumandang.
selesai sholat subuh berjamaah, Pak Herman dan Buk Narti keluar kamar. suasana rumah yang masih sunyi membuat sekitar terasa hening, hanya suara ayam berkokok di luar rumah. pertanda sebentar lagi sang fajar akan datang.
Bu Narti berlalu ke dapur untuk membuat sarapan Pak Herman dan juga tamu mereka yaitu Della yang sangat Bu Narti senangi. Bu Narti memuja kecantikan Della, sebagai seorang wanita dengan usia hampir 40an yang bekerja di ladang dan tinggal di pedesaan. tentu saja bening putih dan mulus seperti Della sangatlah langkah. walau banyak anak gadis desa juga cantik. namun, wanita muda yang baru ditemuinya itu sangatlah terawat, pasti Della dari keluarga kaya raya. pikir Narti.
siapa Della? tentu saja Carine, Ia mengubah namanya agar semuanya berjalan dengan mulus. demi Tuan Aston dan Phoenix grup, juga demi mendapatkan info mengenai proyek Tuan Muda.
Pak Herman menuju ruang tamu sederhanya. untuk membuka jendela rumah, Ia dikagetkan dengan sosok Della yang ternyata sudah bangun lebih dulu sebelum Ia dan sang istri.
"Nak Della, jam berapa bangunnya?" Tanya Pak Herman sembari menyibak gorden dan membuka jendela rumah.
"Jam empat subuh," Ujar Carine melirik pak Herman, lalu menutup laptopnya dan memerhatikan apa yang Pak Herman lakukan.
"Sedang menyusun tugas? sudah semester berapa Nak Della?" Tanya Pak Herman basa basi dan duduk di kursi bagian depan, berhadapan dengan Della.
"Semester akhir Pak." Tutur Carine mengukir senyum senatural mungkin. Carine sangat pandai berakting. dan menurutnya ini lebih muda ketimbang harus senyam senyum di hadapan Nona Araa, istri Tuan Aston. bahkan membuat buluk kuduknya berdiri tak karuan, setiap kali Nona Araa memaksanya agar tak kaku. bukan tidak bisa, hanya saja Carine terlalu segan akan tuannya juga untuk Nona. jadi setiap kali Nona mengatainya mirip sekertaris Jack, Carine tersenyum simpul dalam hati. dan beranggapan Nona itu imut.
apalagi waktu itu, Nona mengira dirinya masih belasan tahun. dan ketika tahu Carine sudah berusia 26tahun, Nona sontak kaget akan hal itu. ahh, beliau lucu sekali.
"Jurusan apa Nak?" Tanya Pak Herman penasaran. "Jurnalistik." jawab Carine menyeruput kopi yang mulai hangat.
"Ternyata kau suka kopi juga," Tutur pak Herman sembari tertawa singkat. Carine tersenyum simpul, "Pak Herman suka? biar aku buatkan. ini kopi langkah yang di buat langsung di Italia." Ujar Carine atau Adell sambil mengangkat gelasnya dan menunjukkan tekstur kopi.
"Di Italia?" Seketika mata Pak Herman membola, sepertinya yang dikatakan Narti benar. Della ini anak orang kaya, buktinya dari segi penampilan dan juga cara berbicara Della sangat teratur dan sopan.
"Ya benar, jadi Pak Herman mau?" Tanya Carine lagi, menunggu jawaban Pak Herman.
"tidak usah, Ibu pasti sudah membuatnya dibelakang. Oh yah, sepertinya bapak punya rekomendasi untukku. mengenai permasalahan akhir-akhir ini, yang terjadi antara warga dan buru bangunan Mall itu. sejujurnya kami tidak tahu siapa pemilik pembangunan Mall baru di desa ini, karena yang dihadapi hanyalah para pekerja. setiap harinya warga pasti memberontak dan menuntut untuk diberhentikan, itu sejak jauh-jauh hari sebelum pembangunan dimulai."Tutur Pak Herman seolah merasakan sakit hati warga yang lainnya. selaku penduduk lokal, tentu saja Pak Herman berada di pihak warga desa.
"Kepala desa dan warga yang lain tidak tahu siapa pemiliknya?" Ujar Carine mulai mendapatkan titik terang.
Pak Herman menggeleng, "tak ada yang tahu, negosiasi sepihak kepala desa dan beberapa warga. jumlah uang yang sangat banyak, kami juga dijanjikan untuk membangun kemajuan di desa ini. namun sejak awal, seolah para pesepakat itu menutup semua informasi tentang pemiliknya. sejauh kami mencari tahu agar bisa menuntut dengan tuntutan yang jelas, seolah informasi itu menyusut begitu saja." Kata Pak Herman terhenti kala Bu Narti masuk dengan nampan berisi kopi, teh, dan gorengan simpel buatannya.
"Udah bangun Nak Della," Sapa Bu Narti dengan girang, wajah Della melengkapi rumahnya yang suram ini dengan kecantikannya. Della mengangguk, senyum tak lupa Ia pasang untuk kedua suami istri itu.
"bukannya mereka sudah membayar, lalu yang menjadi masalah utamanya apa Pak Herman." Tanya Carine penasaran, seperti laporan Tuan Muda. jumlah uang yang dikeluarkan sudah lebih dari cukup. namun warga semena-mena akan hak yang seharusnya sudah milik Tuan Muda.
"Masalahnya adalah cuci tangan Nak Della, para pesepakat itu memanipulasi dana. kami tidak mendapatkan sesuai dengan yang dijanjikan, di awal mereka memang membayar sesuai kesepakatan. namun saat 50% pembangunan dilakukan, kami tidak mendapatkan bayaran. dan kini proyek itu hampir selesai, kami sama sekali tidak mendapatkan apa-apa. itu kan tanah milik saudara-saudaraku. kalau memang mau membayar kenapa tidak sekalian di awal? kenapa harus bertahap. sekalipun di awal dengan jumlah besar, tetapi perjanjian tetaplah perjanjian bukan. terlebih sikap angkuh para buru terhadap warga sangatlah semena-mena. kami meminta bertemu dengan pemiliknya malah di halang-halangi, kami hanya ingin berbicara bukan berdebat apalagi terjadi konflik seperti ini. andai saja pemiliknya itu lebih konsisten dan profesional, pasti tidak sampai sejauh ini. bawahan adalah anjing yang siap mengigit jari, jadi lebih baik turun langsung jangan perwakilan." Ujar Pak Herman mulai emosi, Bu Narti melihat raut wajah sang suami. lalu Ia memenangkan Pak Herman agar tak terbawa emosi. Della bukan pelakunya, tidak lucu kan kalau Della yang dilabrak.
Terjawab sudah tujuan utamanya datang ke tempat ini, jadi langkah yang harus Carine ambil saat ini apa? tidak mungkin Carine langsung menuju kantor pusat dan melaporkan pada Tuan Aston. bahwa masalah yang sebenarnya seperti ini, tapi Ia tidak habis pikir. seorang Tuan Muda terkecoh akal hal sepele, atau apa yang sedang direncanakan sebenarnya.
...bersambung..........