BADANMU ITU KAYAK GAPURA DESA!
Itulah kalimat yang sering di dengar Berryl, seorang wanita karir bertubuh gemuk yang selalu berpenampilan sederhana dan nerd.
Ia selalu tak beruntung dalam kehidupan sosialnya. Wanita itu acap kali mengalami pembullyan dan pengkhianatan.
Dihina, direndahkan dalam lingkungan kerja, bahkan difitnah oleh orang yang ia percaya. Parahnya, keluarga sang suami ikut memperlakukan nya dengan semena-mena.
Pada akhirnya, Berryl berusaha bangkit, ia bertekad akan membalas semua perlakuan buruk yang ia dapat.
Akankah Berryl berhasil membalas mereka semua?
Hallo Readers, saya ingin menginfokan bahwa novel PEMBALASAN ISTRI GENDUT merupakan novel yang pernah saya rilis di akun saya yang lain dengan nama pena Zindvl. Novel ini sudah saya hapus di akun lama dan saya rilis kembali di akun baru saya dengan nama pena Dae_Hwa yang memiliki makna mutiara yang berkilau. Saya harap di akun baru ini, saya dapat berkilau bak mutiara yang indah ✨
Mohon dukungannya 👊🏼
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PIG 19
POV KANAYA
Aku menyodorkan uang pada Vending Machine di kantor ku dan meraih sekaleng minuman bersoda yang keluar dari mesin jual otomatis itu. Adegan yang membuat ku sedikit dejavu. Membuat ku teringat di saat pertama kali bertemu perempuan bodoh itu, perempuan cupu sok kaya yang sangat memuakkan.
Saat itu, berani-beraninya Berryl menyodorkan sekaleng minuman untuk ku. Dia kira aku tidak mempunyai uang? Apa saat itu aku terlihat seperti anak orang miskin di mata nya? Apa saat itu aku masih terlihat seperti anak seorang pembantu? Padahal aku sudah memakai barang barang mewah, berani sekali dia merendahkan ku!
Jika saja saat itu dia tidak menawarkan minuman murahan itu padaku, pasti hidupnya akan baik-baik saja sekarang.
Ah, aku juga ingat saat dia memberiku ucapan selamat ketika berat badanku bertambah satu kilo. Apa dia mengejekku? Apa dia tidak tau naiknya berat badan itu sangat menjijikkan? Bisa-bisanya dengan wajah sok imut dia berkata 'wah kamu beruntung banget bisa naik sekilo. Aku mau makan sebanyak apapun tubuhku tetap saja cungkring. Sepertinya aku cacingan deh.'
Sekarang gimana rasanya saat ku buat puluhan kilo lemak bersarang di tubuhmu? Ha ... ha ... Ah!
Aku jadi rindu bersenang-senang dengan si bodoh itu ....!
"Sekarang sangat membosankan, si bodoh itu sudah pergi. Siapa lagi yang akan menjadi target ku?" gumamku pelan.
Ku teguk habis sekaleng minuman soda dan lekas membuangnya ke tong sampah daur ulang.
Mata ku mendadak jengah saat melihat Renata di kejauhan tengah berada di atas tangga sambil membersihkan ventilasi. Apalagi dengan segala alat pembersih yang berserakan di atas lantai.
Wanita sialan itu, aku benar-benar membencinya. Untung saja dia hanya seorang cleaning servis di sini. Jika dia mempunyai jabatan yang lebih bagus, sudah pasti dia akan menjadi saingan berat untukku. Bahkan dengan posisi rendahnya sekarang saja, pria-pria di kantor ini sudah banyak yang melirik nya. Termasuk si Ibnu mata keranjang itu. Kenapa dia gak hilang aja sih dari bumi?!
Aha ....! Mendadak aku mempunyai ide yang menyenangkan.
Bibirku tak dapat menahan senyum. Pelan aku berjalan mendekati wanita sialan itu. Aku mengedarkan pandanganku, memastikan situasi aman. Ku lirik Renata yang tengah fokus membersihkan ventilasi, ku raih cairan pembersih yang berserakan di atas lantai. Dengan sigap dan hati-hati ku tumpahkan cairan tersebut di bawah tangga.
Mission completed!
Dengan langkah mengendap-endap aku lekas bersembunyi demi menyaksikan tontonan yang akan menyenangkan hati.
Lima menit aku menunggu, akhirnya wanita itu turun juga. Sungguh mendebarkan dan menyegarkan ketika membayangkan apa yang akan terjadi.
Satu.
Dua.
Tiga.
"Tunggu ...!" jerit seorang pria yang kini tak jauh dari tangga tempat Renata bertengger.
Wow, tampan banget. Ketampanan nya setara dengan mas Calix! Siapa pria ini? Wajahnya begitu familiar. Dimana ya aku pernah melihatnya?
"Matanya indah banget ...," gumamku pelan. Ku teguk salivaku berkali-kali.
"Sini ku gendong." Ucap pria tampan itu membuyarkan pikiran mesum di kepalaku.
"Jangan berani-berani lo nyentuh gue!" sergah si sok suci Renata.
"Eh, gue juga gak mau gendong lo. Lo lihat tu ke bawah, mau lo tiba-tiba amnesia?" cicit pria tampan yang akan membuat rencana ku berantakan.
Ku lihat Renata mulai memperhatikan lantai. Wanita centil itu mengulurkan tangan kotornya pada pria tampan itu.
"Pegangin tangan gue aja, biar gak tergelincir. Masih bisa kok tanpa di gendong," jawab wanita yang sedang sok jual mahal itu.
Ah memuakkan! Membuang-buang waktuku saja. Tau gini, dari tadi aku pergi!
Sekali lagi kutatap pria pemilik mata indah itu, jantungku begitu berdebar melihat ketampanannya yang sangat luar biasa.
"Pria tampan itu ... seperti apa ya rasanya?!" mata ku melirik benda tumpul berbahaya yang bersembunyi di balik celananya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Wajah ku tertunduk lesu, tanganku meremas sebuah test pack yang hasilnya bergaris dua. Sudah tiga minggu aku telat haid. Biasanya aku memang sering telat haid efek injeksi whitening yang aku lakukan setiap bulan. Namun, siapa sangka sekarang hasilnya seperti ini.
Aku menampar bertubi-tubi wajahku sendiri, betapa bodohnya aku sampai bisa kebablasan seperti ini.
Ku buang dengan kasar hasil test yang memuakkan itu. "Apa yang harus aku lakukan?"
Aku merogoh ponselku dan mencoba mencari info klinik ab*rsi ilegal di situs gelap. Begitu banyak pilihan, dan tentunya dengan harga yang fantastis.
"Mau dapat uang dari mana buat ab*rsi? Kalau si gendut masih ada sih enak, main sikat saja perhiasannya. Selesai semua masalah-masalah dalam hidupku." lirihku nyaris tak terdengar.
Aku melirik kembali situs gelap di ponselku, disana banyak juga berita kematian para wanita muda yang melakukan ab*rsi.
"Huh ... mengerikan. Lebih baik aku minta pertanggungjawaban nya saja. Toh dia pasti ayah dari anak sialan ini, sudah semestinya dia tanggungjawab." Lirih ku dengan rahang yang mengeras.
Ku tutup dan ku simpan kembali ponselku ke dalam saku. Bergegas aku melangkah keluar dari toilet, tetapi mood ku semakin berantakan ketika melihat wanita rendahan itu tepat di depan mataku.
"APA LO LIHAT-LIHAT?!" bentak ku pada Renata yang tengah mengepel lantai di luar ruangan toilet dan tak sengaja menatapku.
"Muka lo jelek." ejek Renata tanpa menyadari dirinya sendiri seperti apa.
"APA LO BILANG? DASAR CLEANING SERVIS REND-"
"Ada ribut-ribut apa ini?" tanya bu Melan yang tiba-tiba datang entah dari mana.
"Eh, Bu Melan. Selamat siang, Bu ..." Aku menebar senyum ramah pada supervisor ku yang bertubuh gemuk itu.
"Saya tanya ada ribut-ribut apa ini?" tanya nenek sihir itu sekali lagi.
"Hanya kesalahpahaman. Saya permisi, Bu Melan," pamit Renata yang sok ramah.
Aku meneliti pakaian yang dikenakan bu Melan hari ini. Melihatnya memakai pakaian mahal membuat ku kesal. Orang-orang bertubuh raksasa seperti ini, apa mereka pada tidak sadar diri? Mau memakai barang semahal apapun tetap saja tidak akan memperbaiki penampilan mereka yang tidak enak dipandang itu. Mereka hanya membuang-buang uang untuk hal yang percuma.
"Bu Melan, baju baru lagi ya? Bagus ya bahannya, pasti mahal ...." Aku mencoba memuji.
"Tau aja mata kamu kalau barang mahal, Nay." Si gendut itu sedikit sumringah ketika mendengar bualan ku.
"Tapi kalau boleh saya jujur, baju ini gak cocok buat Bu Melan. Kan tubuh ibu gemuk nih, lebih cocok kalau bajunya dengan corak polkadot deh, Bu." Aku memberi saran sesat.
"Bukannya polkadot gak cocok di pakai sama orang gemuk ya? Dulu si Berryl pernah jadi bahan lelucon sekantor gara-gara ada yang menyarankan dia untuk pakai baju polkadot dengan warna orens terang. Saya sih ogah ya jadi bahan tertawaan orang." tolaknya ketus dan berlalu memasuki toilet.
Sial ...! Bisa-bisanya dia tidak terpancing seperti Berryl dulu. Ah ini benar-benar membosankan, coba ada Berryl. Pasti akan menyenangkan melihatnya terus menerus jadi bahan tertawaan orang-orang di kantor.
Hah ...! Aku benar-benar muak banget sama supervisor ku satu ini. Tak hanya penampilan sok kaya nya yang memuakkan, dia juga sering menatapku dengan sinis. Dia pikir dia cantik? Tapi aku heran, kenapa jika sama Berryl dia begitu ramah? Apa sama-sama menghargai frekuensi orang buntal?
Ha ... Ha ... Ha ...! Lucunya ....!
"Aduh, sampai lupa kalau gue hamil. Gue harus buru-buru ngabarin dia," gumamku.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Gak ada jaminan kalau itu anakku kan?" ucap remeh pria di depanku dengan suara dingin.
"Apa maksud mu?! Kamu mau lari dari tanggung jawab?" tanyaku dengan dada yang terasa sesak. Bagaimanapun juga, aku pernah benar-benar menyukai pria di hadapanku ini.
"Tanggungjawab apanya? Apa kamu kira aku gak tau, kalau kamu sering tidur dengan pria lain? Kanaya, ini lah sifat buruk mu. Kau begitu terobsesi dengan pria beristri." Pria itu tersenyum miring.
Ucapannya barusan membuat dadaku bergemuruh. Bagaimana dia bisa tau?
"Dengar baik-baik, jangan ganggu aku lagi, Kanaya. Hubungan kita sudah selesai sejak kamu bertandang ke rumahku. Istriku saat ini sedang hamil besar, jangan coba-coba untuk merusak kebahagiaan kami. Jika kamu berani melakukannya lagi, aku tak segan-segan akan menghancurkan mu ...!" timpalnya dengan seringai yang mengerikan, tetapi aku sedikitpun tidak merasa takut.
"Sebulan yang lalu kita masih melakukannya bersama. Ini anakmu, darah daging mu. Jika tidak bisa menikahi ku, paling tidak kamu harus memberiku uang untuk membesarkan anakmu ...!" Aku masih berusaha meyakinkannya.
"Sudahlah, hari sudah siang. Bangunlah Kanaya, jangan kebanyakan bermimpi. Kau membuat perutku mual." Ejeknya sembari menatap ku tajam.
"Kau itu benar-benar benalu, Kanaya." timpalnya yang membuat dadaku kian memanas.
Plak!
"Kau juga benar-benar brengsek, Arga ...!" jeritku tak tahan lagi.
Tamparan ku meninggalkan jejak merah di wajah pria yang pernah membuat hatiku kembali bergetar setelah sekian lama. Meski begitu, hatiku masih belum puas. Bisa kah aku merobek wajahnya? Atau membunuhnya?
Plak! Wajahku terasa memanas dan perih saat telapak tangannya yang gagah menampar wajahku.
"Kau menamparku?" Aku menatap nanar Arga.
Plek! Liurnya yang menjijikkan mendarat di wajahku.
Arga menarik kasar dagu ku. "Dengar! Kau ... jangan berani-berani menggangguku lagi, atau kau akan benar-benar menyesal. Ku akui kau memang cantik, Kanaya. Tapi kau tetap lah j*lang murahan ...!"
Arga berjalan pelan meninggalkan ku setelah melepaskan dagu ku dengan kasar.
"Laki-laki bajingan, beraninya sampah sepertimu memperlakukan aku seperti ini." gumamku dengan kedua tangan yang mengepal.
Aku sangat kesal saat ini, harga diri ku seperti di injak. Rasanya ada yang bergejolak di dalam dadaku saat harga diriku di rendahkan seperti ini.
Aku Kanaya! Tidak ada yang boleh merendahkan ku! desis ku dalam hati.
Aku memperhatikan sekitarku, mencari benda yang bisa aku manfaatkan. Mataku tertuju pada pipa penyangga pintu atap kantor yang tersandar di tembok.
Aku berjalan dengan cepat dan meraih pipa tersebut.
Sekali lagi aku memperhatikan sekitarku, suasana yang begitu sepi seolah mendukung apa yang akan aku lakukan.
Bugh! Dentuman suara terdengar ketika benda tumpul itu menghantam kepala pria yang sudah menghamili ku.
Brugh! Senyumku mengembang saat tubuh pria bajingan itu ambruk ke lantai.
Pelan-pelan aku menyeret tubuh Arga, membawanya ke tangga dan mendorong tubuhnya hingga sedikit berguling ke bawah. Aku lekas kembali ke atap kantor dan mencari tempat aman untuk menyimpan barang bukti.
Ku lirik jam di pergelangan tanganku, waktu hampir menunjukkan jam istirahat. Sebelum atap kantor di kunjungi para karyawan, lebih baik aku bergegas pergi.
Aku menatap sinis pada tubuh yang sedikit tersandar di railing tangga. "Syukur-syukur kalau mati! Hidup pun kamu berani apa juga padaku?"
Aku lekas meninggalkan Arga sendirian. "Aku sudah pernah bilang, jangan berani menghinaku."
*
*
*
kyknya ga ada keterangannya... 😁😁