Shofiyah yang memiliki kekasih yang mapan dan baik akhirnya berjodoh dengan lelaki sederhana bernama Ahmad pilihan ayahnya, lika liku pernikahan yang dia alami menjadikan perjalanan rumah tangganya kian kuat dan bisa tetap langgeng hingga tua dan memliki 7 orang anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ke kampung Halaman Ayah
Setelah ayahku meninggal selama 40 hari, aku beserta adik dan kakakku berangkat ke kampung halaman ayah. dan sesampainya disana kami disambut dengan hangat.
"Bagaimana dengan tanah warisan ayahmu nak??
" Kami akan menjualnya paman dan aku akan membangun rumah untukku dan saudaraku".
"Apa kau yakin, keluarga suamimu tak akan mengusiknya?? Tanya saudara ayah lagi
"Tidak akan kubiarkan satu orang pun menyakiti mereka bahkan jika itu suami ku sendiri apalagi keluarga nya kecuali tindakan salah dilakukan oleh saudara ku sendiri barulah aku lepas tangan tapi tetap memantau nya. Aku sudah berjanji kepada kedua orang tua ku untuk menjaga mereka dengan segala yang kumiliki".
"Itulah sebab nya aku ingin memiliki rumah atas nama ku sehingga tidak ada yang berani mengusik saudara ku jika mereka tinggal bersama ku. Akan kupastikan itu. Bahkan sebelum ayahku pergi aku sudah berjanji padanya.. Aku tak mungkin mengingkari janji yang telah kuberikan kepada ayah dan Ibuku".
"Kamu sangat mirip ayahmu jika sudah berjanji dan dia sangat berpegang teguh dengan prinsip nya. Bahkan diantara kalian bersaudara kamu lah yang paling mirip dengan ayahmu. Wajar jika kamu yang menjadi pemegang keputusan besar keluarga mu. Terus bagaimana dengan rumah ayahmu. Dia sudah mengambil uang dan memberikan rumah itu untuk Kakak sepupu mu??
"Aku hanya minta mereka menambah kan saja dari uang yang telah diambil ayahku karena rumah ayah berasa dipinggir jalan dan tanah yang cukup luas..
"Berapa yang kamu ingin ditambah??
"40 Juta Paman aku rasa harga itu sangat pantas mengingat rumah ayah sudah lama mereka tempat i sebelum ayah mengambil uang kepada mereka, bagaimana menurut kalian.
" Apakah jurusan kuliah mu ekonomi?? Tanya tante..
Iya tante alhamdulillah.. Pantas saja kamu sangat tau harga".
Terus, Bagaimana dengan tanah itu??
"Aku hanya menjual tanah subur itu 175 juta, tolong kalian cari kan saya pembeli sebelum kami pulang karena saya ingin membawa uang itu lansung".
"Baiklah nak kami akan mengusahakan nya". Kompak mereka.
"Terima kasih Tente, paman".
"Baiklah kalau kamu sudah memutuskannya.. Paman dan bibi akan mengusahakan sebelum kamu pulang. Ohw iya kamu pergi jalan bersama saudaramu ke keluarga lain karena mereka pasti ingin melihatmu dan kedua saudaramu.. Sedangkan rabali kamu taroh saja dirumah tidak usah ikut.. Kamu liat sendiri bagaimana keadaannya yang ada nanti dia membuat masalah".
"Iya paman dan bibi terimakasih, Rencananya besok kami akan berkeliling dan pergi jalan-jalan".
"Ohw seperti itu ajak saja anak paman untuk mengantar kalian biar mereka yang mengurusi dan dibawah kemana kalian".
Aku tersenyum dan mengucapkan Terima kasih.. Setelah semuanya selesai aku membantu membereskan semuanya agar lebih rapi kami juga sangat bingung karena tidak biasanya kami tidur di ruang tamu biasanya kami tidur dikamar seperti waktu aku datang.. Tak apalah to sama saja tempat tidur..
Waktu berjalan begitu cepat disini hingga kami kembali ke kota Bima tapi kami kembali menginap beberapa hari dirumah saudara sepupu ku karena kapal untuk pulang belum ada.. Masalah penjualan tanah dan rumah pun selesai.. Aku pulang hanya membawa uang secukupnya sedangkan uang tanah yang diberikan sebelumnya sudah aku transfer ke rekening pribadiku.. Tidak mungkin kami membawa uang banyak takutnya terjadi sesuatu tak diinginkan.
Disini aku betul menikmati namanya liburan.. Ya keluarga disini mengajak kami berkeliling kota Bima bahkan ketika dimalam hari... Aku sangat senang begitupun dengan adikku.. Ya seperti yang direncanakan kakakku tinggal di Sape bersama keluarga besar untuk sementara sampai rumah kami jadi..
Aku berkeliling menikmati indahnya pulau sebrang katanya namanya Pulau kambing.. Aku pikir namanya pulau kambing ya penuh dengan hewan kambing.. Nyatanya disana tidak ada kambing satupun.. Yang ada hamparan tanah putih dengan laut biru yang sungguh mempesona.. Aku sangat senang kesini walaupun sebelum berangkat sangat banyak drama karena anak solehku takut naik kapal kecil jika di sini dikatakan jolloro.. Kalau dikampung sini aku tak tau namanya dan akupun tak berniat bertanya..
Aku melupakan sejenak hal yang menumpuk di kepalaku.. Ketenangan yang selalu ku tampakkan hanya sebagai topeng belaka agar orang lain tak pernah tau betapa aku memiliki bnyak pikiran dan beban.. Terutama kedua saudara lelakiku.. Sebaik apapun orang jika menghadapi orang sakit jiwa seperti saudaraku pasti akan berangkat juga.. Aku saja yang saudaranya saja kadang tidak bisa mengendalikan emosiku saat dia berbuat ulah.. Apalagi orang lain walau kami masih memiliki darah yang sama dari kakek tetap saja mereka bukan keluarga inti..
Aku sangat tau bagaimana keadaan kakak tertuaku itu, dia bahkan bisa membuat orang ingin membunuhnya.. Dia betul-betul selalu mencari masalah apalagi jika sedang kambuh.. Aku berharap tidak terjadi apapun kepadanya selama tinggal disini sampai aku memiliki rumahku sendiri..
Aku membiarkan si Sulung umar bermain pasir dan kura-kura, sementara aku menggendong si kecil untuk tetap menikmati indahnya pulau kambing ini.. Aku bergantian dengan keponakan untuk menjaga si kecil. Aku mencoba wahana jetsky bersama keluargaku yang lain dia mengajarkanku mengendarainya walau tak terlalu mahir tapi aku bisa menggunakannya.. Caranya hampir sama ketika kita membawa motor.. Bedanya kita berada di laut dan tekanan jalannya sangat berbeda..
Puas bermain kami pun istirahat dan makan siang bersama. Mereka sangat menghormati aku yang mengenakan cadar mereka tetap memperhatikan ketika aku makan mereka melindungiku dan menjaga anak2 agar aku tenang makan siang.. Aku bersyukur dengan pakaianku tidak membuat mereka menjauh apalgi risih.. Malah mereka seakan-akan tau kalau aku perlu dijaga terutama untuk makan karena aku tak mungkin membuka cadar ku ditempat umum untuk makan.
Setelah makan kami duduk menikmati indahnya pantai dengan ammar dan umat yang telah tertidur pulas. Mungkin mereka kelelahan sedangkan si ammar memang sangat hobi tidur apalagi dengan angin sejuk seperti ini. Sepupuku menimang-nimangnya agar tertidur itulah sebabnya dia cepat tertidur.. Akupun ikut tertidur menikmati udara yang sungguh sejuk walau siang hari tapi disini tidak panas..
Sore harinya kami pun pulang dengan menggunakan perahu sedang kembali seperti saat berangkat kesini.. Sepupuku menyewa nya sampai sore.. Jadi kami mudah untuk langsung pulang tanpa menunggu lagi.. Karena kami akan langsung ke klinik mengikuti rapid tes untuk pulang keesokan harinya.
Ya kami akan pulang kembali Ke Makassar lebih tepatnya ke Takalar.. Sedangkan adikku akan menetap di makassar tinggal kos karena dia tak mau ikut..Kami pun pulang dan telah berada di klinik untuk mengikuti rapid tes.. Aku bersyukur aku dan adikku bebas dari wabah covid karena aku telah mengikuti vaksinasi pertama untuk persyaratan bepergian jauh.. Setelah dari klinik kami pun pulang karena bsok shubuh kami akan berangkat kembali ke Makassar..
Perjalanan hari ini sangat menguatkan aku dan merileks kan badan sejenak untuk menata kembali kepingan hati yang kehilangan.. Esok haripun tiba kami telah berada di kapal sejak shubuh tadi.. Kali ini kapal laut yang kami naiki adalah Kapal Kalimutu.. Dengan rute.. Bima-labuan bajo-makassar..