Jelita Parasnya, wanita cantik yang berpura-pura tampil jelek agar suaminya tidak mencintainya.
Sakura Lerose, pria tampan yang tak pernah tahu bahwa istri jeleknya sedang menjebaknya untuk berkencan dengan wanita cantik.
Siapakah yang akan terjebak dalam jebakan cinta ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
007 - Tawaran Bantuan
"Jelita!"
Jelita menoleh ke arah pria yang melambaikan tangannya begitu melihat Jelita memasuki sebuah kafe.
Toby sudah menunggu Jelita, pria itu merasa tidak enak karena pertemuan mereka beberapa waktu yang lalu berakhir kurang nyaman.
Toby menatap sosok Jelita yang masih tetap berpenampilan seperti terakhir mereka bertemu. Toby merasa begitu merana di dalam hatinya.
Dua puluh tahun yang lalu, wanita berpenampilan kusam dan dekil ini adalah cinta pertamanya. Kecantikan dan pesona yang dimiliki gadis itu benar-benar telah lekang dimakan waktu.
Toby jadi bertanya-tanya, dalam dua puluh tahun ini, apa yang sudah terjadi pada Jelita? Mengapa gadis yang begitu cantik jelita itu kini menjelma menjadi wanita tua dan nampak seperti wanita seumuran ibunya?
"Maaf ya, Tobias, kau pasti menunggu lama," kata Jelita.
Jelita tentu saja begitu terkejut karena Toby memintanya untuk bertemu secara mendadak. Perlu waktu lebih dari dua jam bagi Jelita untuk mengaplikasikan riasan guna membuat kulitnya berubah menjadi lebih gelap dengan memakai alas bedak berwarna sangat gelap dari warna asli kulitnya.
"Aku justru yang meminta maaf padamu karena mengajakmu bertemu mendadak seperti ini," kata Toby.
"Oh ya, Jelita, ngomong-ngomong, saat makan malam waktu itu, mengapa kau malah pergi lebih dulu? Kau bahkan membayar tagihan malam itu. Jujur saja, aku merasa harga diriku sebagai pria sedikit terluka," lanjut Toby.
"Tobias, maaf, aku pergi lebih dulu karena ada urusan lain. Dan untuk makan malam itu, tidak masalah kalau aku traktir kalian kan?" kata Jelita.
"Jelita, tapi tetap saja, harusnya para pria yang membayar, itu sudah menjadi aturan tidak tertulis," tukas Toby.
"Tidak masalah, Toby, toh, kita sudah begitu lama tidak bertemu," ucap Jelita.
"Rasanya aku masih tidak percaya bahwa kau adalah Jelita yang dulu pernah kukenal. Kau benar-benar berubah sangat drastis. Aku nyaris tidak mengenalimu," kata Toby.
"Dua puluh tahun memang bukan waktu yang singkat," sahut Jelita.
"Haha, ya ampun, aku jadi teringat kau yang begitu konsisten menolak saat aku memintamu menjadi kekasihku," Toby tertawa.
"Sampai saat ini, aku selalu bertanya, apa alasan sebenarnya dulu kau tidak mau menjadi pacarku? Apa karena kau menyukai orang lain?"
"Haha," Jelita tertawa.
"Padahal kalau diingat-ingat, aku ini salah satu pemuda paling populer selain Ezra dan Saka! Aku ini nomor tiga lho!" ucap Toby dengan penuh kebanggaan.
"Haha!" Jelita kembali tertawa sambil bertepuk tangan.
"Kau selalu bilang kalau kau tidak mau pacaran karena orang tuamu melarang, sumpah, itu adalah alasan yang sudah ketinggalan zaman," Toby melanjutkan.
"Haha, Tobias, maaf ya, aku memang orang yang ketinggalan zaman," Jelita masih tertawa ringan.
"Ehem! Seru sekali pembicaraan kalian.”
Seorang pria berdeham dan langsung duduk bergabung bersama Jelita dan Toby.
Mata Jelita langsung membulat melihat kehadiran Saka dengan wajah yang tersenyum sumringah.
Pria itu segera duduk di samping Toby usai meletakkan gelas berisi es kopi miliknya di atas meja.
"Saka! Sungguh kebetulan bertemu denganmu di sini," kata Toby.
"Ya, sungguh kebetulan bertemu kembali dengan kalian," sahut Saka.
Saka mengarahkan pandangannya pada Jelita.
"Sepertinya, akhir-akhir ini kita jadi sering bertemu," Jelita balas memandang Saka.
"Kalian sering bertemu?" tanya Toby.
"Hanya kebetulan sering bertemu," jawab Saka.
Saka kembali menatap Jelita dengan tatapan penuh kewaspadaan.
"Oh, ya, Saka, ngomong-ngomong, kapan tepatnya kau akan menikah? Ibuku bertanya-tanya karena beliau hendak memberikan hadiah spesial untukmu," kata Toby.
"Haha, sampaikan pada ibumu, doa yang baik sudah cukup untuk menjadi kado pernikahanku," Saka tertawa.
Ia tentu tidak mau menerima kado yang sama seperti yang diberikan pada Toby dan Ezra sebagai kado pernikahan mereka yakni ramuan kuda laut jantan liar yang konon diyakini keluarga ibu Toby sebagai ramuan khusus untuk bisa langsung mendapatkan keturunan laki-laki.
"Saka, kau pasti tahu kan, butuh waktu yang tidak sebentar bagi ibuku untuk menyiapkan kado spesial itu," kata Toby.
"Maka dari itu, aku bilang tidak perlu repot-repot menyiapkan kado untukku," sahut Saka.
Saka melirik ke arah Jelita yang tersenyum mengejek.
Buat apa repot-repot menyiapkan kado untuk orang yang batal menikah. Kira-kira seperti itulah Saka menafsirkan senyum Jelita.
Gara-gara Jelita menolak tawaran untuk membuat kesepakatan, Saka menjadi overthinking. Pria itu menjadi gelisah dan tak tenang karena Jelita bisa membocorkan rahasia Saka. Meski wanita itu mengatakan tidak peduli, namun siapa yang bisa memegang omongan tanpa ada perjanjian hitam di atas putih?
"Ngomong-ngomong, Jelita, katanya kau sedang cari jodoh, apa sudah ketemu?" tanya Toby ke arah Jelita.
"Oh, aku masih berusaha mencari, karena sepertinya memang sulit bagiku untuk menemukan jodoh yang terbaik," jawab Jelita.
"Kalau kau mau, aku bisa membantumu mencari jodoh. Aku rasa di perusahaanku banyak pria lajang. Aku yakin mereka tidak akan menolak jika aku yang meminta mereka," sahut Saka.
Jelita merasa nada bicara Saka terdengar begitu arogan dan terkesan merendahkan.
"Wah, kau sungguh punya kuasa seperti itu?" komentar Jelita pura-pura takjub.
"Tentu saja aku memang punya kuasa seperti itu," sahut pria itu penuh dengan nada bangga.
"Terima kasih karena kau sudah bersedia membantuku, tapi daripada membantuku, lebih baik kau gunakan kekuasaanmu itu untuk dirimu sendiri dulu," balas Jelita dengan tegas.
Saka terperangah mendengar ucapan Jelita. Terdengar jelas bahwa wanita itu sedang mengejeknya.
"Wah, aku sudah begitu bermurah hati untuk membantumu. Harusnya kau pertimbangkan dulu baik-baik sebelum menolak kemurahan hatiku," tukas Saka dengan nada menghakimi.
"Kalau kau menggunakan kekuasaanmu, itu sama saja dengan memaksa. Hal-hal yang dilakukan secara paksa bukanlah hal yang baik," Jelita membela diri.
"Jelita, kenapa kau menolak kebaikan Saka untuk membantumu?" tanya Toby.
"Aku bukannya bermaksud menolak, hanya saja, jika Sakura menggunakan kekuasaannya untuk memaksa orang lain, rasanya di sini justru aku yang menjadi tokoh antagonisnya. Jadi, aku sungguh berterima kasih atas kemurahan hatimu, Sakura," beber Jelita.
Cih, dasar wanita buruk rupa ini! geram Saka dengan memasang senyum di wajahnya.
"Segala hal yang dipaksakan itu pasti berujung kurang baik. Terlebih jika memaksa seseorang yang tidak bersedia untuk menikahi kita," ucap Jelita sambil melirik ke arah Saka.
Tutup mulutmu! Dasar wanita buruk rupa sialan!
Saka melotot ke arah Jelita dengan menahan rasa kesalnya.
"Ehem, kau benar, Jelita, segala sesuatu yang dipaksakan, apalagi jodoh, memang tidak bisa dipaksakan," Toby mengangguk setuju.
Saka memasang ekspresi kesal ke arah Jelita yang justru tersenyum sumringah ke arahnya.
"Oh ya, ngomong-ngomong, apa yang kau lakukan di sini, Saka?" tanya Toby.
"Beli kopi," jawab Saka.
Tentu saja aku harus mengawasi wanita itu, jangan sampai dia bicara macam-macam, batin Saka.
Toby menatap ke arah Saka dengan ekspresi keheranan.
"Kalau hanya membeli kopi, kenapa kau harus sampai ke sini? Bukankah di dekat kantormu banyak gerai kopi?" tanya Toby.
"Ya, aku tahu, tapi apa salahnya sekalian jalan-jalan?" sahutnya beralasan.
"Oh ya, ngomong-ngomong, Saka, kapan kau akan memperkenalkan calon istri yang akan kau nikahi?" tanya Toby.
Jelita mengulum senyumnya, ingin rasanya ia tertawa namun Saka mengawasinya dengan tatapan kesal.
Seandainya semua orang boleh tahu bahwa lamaran Saka ditolak oleh kekasihnya, bagaimana reaksi mereka?
"Yah, nanti kau juga akan tahu setelah undangan kubagikan," jawab Saka penuh percaya diri.
Apa pria ini bermaksud untuk menikahi dirinya sendiri? batin Jelita.
"Haha," Jelita tertawa.
Namun ia tersadar dan langsung menutup mulutnya karena Saka melotot kesal ke arahnya.
...----------------...