Jessica Adams harus mengalami hukuman selama enam tahun lamanya di dalam penjara karena dianggap lalai dalam mengemudi mobil, hingga menyebabkan seorang model bernama Natasha Linzky meninggal dunia.
Kekasih Natasha, Axel Ray Smith, menaruh dendam luar biasa hingga memaksakan sebuah pernikahan dengannya yang saat itu dalam keadaan lumpuh. Siksaan tubuh dan jiwa menyebabkan Jessica akhirnya mengalami trauma dan depresi, bahkan Axel menceraikannya dan membuangnya begitu saja tanpa mempedulikannya.
Namun yang tidak diketahui oleh Axel adalah bahwa ia telah menitipkan benihnya pada seorang wanita yang ia anggap sebagai musuhnya. Apakah masih ada benang merah yang mengikat keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JIKA AKU MATI
Lexy dan Gia berlari di koridor rumah sakit. Win menghubungi mereka dan mengatakan bahwa Axel tengah dirawat di sana.
“Apa yang terjadi dengan Axel, Win?” tanya Lexy. Rasanya belum lama ia mengistirahatkan tubuhnya, kini masalah kembali datang.
“Saat aku ke apartemennya, ia sudah tak sadarkan diri,” jawab Win.
Win tak berani mengatakan apapun karena memang ia menemukan Axel seperti apa yang ia katakan dan ia langsung menghubungi ambulance untuk membawa Axel ke rumah sakit.
“Sekarang di mana Axel?” tanya Gia.
“Di dalam,” mereka pun langsung masuk ke dalam ruang perawatan dan melihat Axel yang terbaring di atas tempat tidur.
“Ax, sayang,” Gia mendekati tempat tidur Axel dan langsung menggenggam tangan putranya itu.
“Mommy,” panggil Axel dengan lirih.
“Beristirahatlah, Mommy akan ada di sini menjagamu.”
Ponsel Lexy bergetar, membuatnya keluar untuk menerima panggilan tersebut. Ia melihat nama salah satu orang kepercayaannya yang ia minta untuk menangkap Eric di tempat yang mereka temukan sebagai sumber kekacauan perusahaan Smith.
“Bagaimana? Apa?!” Lexy menghembuskan nafasnya kasar ketika orang kepercayaannya mengatakan bahwa tempat yang mereka datangi ternyata sudah kosong. Di sana hanya terlihat beberapa peralatan komputer, puntung rokok, juga alat-alat makan yang sepertinya dibiarkan tanpa dicuci.
“Cari dia sampai ketemu. Aku tidak mau tahu!” ujar Lexy. Setelahnya, ia kembali masuk ke dalam ruang perawatan dan melihat Axel menatap Gia tanpa berbicara.
Kalian berdua sama-sama menyiksa diri. Yang satu di sini merasa bersalah, yang di sana merasa kesepian. - batin Lexy.
**
“Jim, ia tak akan datang ke sini kan?” tanya Jessica.
Verlin membawa Vanilla keluar untuk bermain sepeda di taman belakang. Jimmy berdiri di pintu yang terhubung dengan teras kecil yang tersambung dengan taman belakang.
“Apa kamu masih membenci Tuan Axel, Jess?” tanya Jimmy.
“Aku tidak membencinya lagi, tapi aku takut bertemu dengannya. Ia yang membenciku, meski aku tahu bahwa aku juga bersalah dalam hal ini. Aku tak mau ia menyakitiku lagi, apalagi mengambil Vanilla dariku. Tidak, Jim! Itu tak boleh,” kata Jessica.
“Tenanglah. Ingat apa yang dikatakan oleh dokter, kamu harus tenang. Sekarang ambil nafas dan buang perlahan. Ada sesuatu yang ingin kuceritakam padamu,” kata Jimmy.
Jessica diam dan menautkan kedua alisnya, bertanya-tanya apa yang akan dikatakan oleh Jimmy. Ia berusaha tenang. Ia tak mau kejadian tadi kembali datang dan membuat Jimmy memanggil Lexy dan Gia. Jessica tak ingin merepotkan mereka dengan kondisinya.
“Apa kamu akan memaafkan Tuan Axel kalau ia datang ke sini dan meminta maaf padamu?”
“Meminta maaf padaku?” tanya Jessica.
“Sebenarnya sejak kepergianmu empat tahun yang lalu, Tuan Axel mengetahui bahwa Nona Natasha ternyata mengkhianatinya bersama dengan Eric. Kamu pasti mengetahui semua hal itu, tapi kamu tak mengatakannya,” kata Jimmy.
“Aku pernah mengatakan padanya tentang pengkhianatan itu, tapi ia malah menunjukkan amarahnya padaku, hingga …,” Jessica tak bisa melanjutkan perkataannya. Ia ingat dengan sangat jelas sekali, bagaimana Axel mengambil hal terpenting dalam hidupnya saat itu.
“Aku tahu, tak perlu kamu lanjutkan. Ia telah memecat Eric tak lama setelah itu. Tuan Axel juga mencari keberadaanmu, ia ingin meminta maaf secara langsung padamu. Namun, kekuatan Tuan Lexy menutup segala informasi tentangmu, membuat ia tak menemukan apapun.”
Jessica tertawa kecil, “Aku tak pernah bisa membayangkan ia meminta maaf padaku, Jim. Biarlah dia menganggapku sudah mati, kurasa itu cukup. Ia bisa hidup dengan bahagia bersama istri dan anaknya.”
“Ia tak pernah dekat dengan wanita mana pun, Jess. Tak pernah sekalipun. Tuan Lexy dan Nyonya Gia pernah mengatakan padaku, bahwa Tuan Axel sepertinya tak akan pernah menikah. Rasa bersalahnya padamu sepertinya terus menghantuinya,” ujar Jimmy.
“Aku …”
“Aku yakin ia tak akan menyakitimu. Izinkan dirinya bertemu denganmu dan meminta maaf padamu. Mungkin dengan itu, ia bisa menjalani hari-harinya dengan lebih baik,” kata Jimmy.
“Bagaimana jika ia datang dan mengambil Vanilla dariku?” tanya Jessica.
“Bukankah kamu dulu sangat mengenal Tuan Axel? Apakah dia tipe orang seperti itu?”
“Sikapnya padaku, merubah semua pemikiranku tentangnya. Aku belum bisa berpikiran positif tentangnya, meskipun kamu terus memujinya di hadapanku, Jim.”
“Pikirkanlah apa yang kukatakan tadi. Jika kamu memperbolehkannya, aku akan mengatakannya pada Tuan Lexy, tapi jika tidak, aku pun tak akan pernah memaksamu,” kata Jimmy.
Jessica menganggukkan kepalanya dan mulai membaringkan tubuhnya. Jimmy memintanya untuk beristirahat dan membiarkan Vanilla bersamanya dan Verlin.
**
“Aku ingin pulang, aku sudah tak apa-apa,” pinta Axel. Ia merasa tak nyaman berada di rumah sakit, di mana suasana begitu terang dan banyak orang.
“Dokter belum mengijinkanmu untuk pulang,” kata Gia.
“Tapi aku tak mau berada di sini, Mom.”
“Ax …”
“Mom, ada sesuatu yang harus kulakukan. Aku tak tahu apakah aku akan sempat melakukannya jika terus menunggu. Bisa saja aku meninggal besok,” kata Axel.
“Ax! Mommy tak suka kamu berbicara seperti itu!”
“Mom, usia tak ada yang tahu. Aku hanya ingin melakukan sesuatu selagi masih sempat. Kalau aku terus menundanya, mungkin aku akan membawa penyesalan itu sampai aku mati.”
Hati Gia seakan teriris mendengar ucapan putranya. Ia menoleh ke arah Lexy yang tengah menatapnya. Lexy bisa melihat tatapan sedih Gia.
“Mommy keluar sebentar ya. Apa kamu mau makan sesuatu?” tanya Gia.
“Tidak, Mom. Aku hanya ingin pulang,” jawab Axel.
Setelah Gia pergi, di ruang perawatan hanya tinggal Lexy dan Axel. Lexy melangkah mendekat.
“Lokasinya kosong, tak ditemukan siapa pun di sana. Hanya ada jejak-jejak yang memang mengarah pada seseorang yang membuat masalah di perusahaan,” kata Lexy.
“Dia pasti Eric, aku yakin Dad. Apa Dad bisa membantuku mencari tahu, apa yang sebenarnya ia inginkan? Mengapa sepertinya ia ingin menjatuhkanku, menjatuhkan Perusahaan Smith.”
Lexy melangkah mendekati jendela. Ia menatap ke arah luar dan mengingat kembali semua kejadian itu. Ia tak pernah menyangka bahwa Eric akan berbalik menyerangnya lagi, padahal ia telah memberikan kesempatan padanya untuk mengabdi dan dipercaya sebagai asisten pribadi Axel, setelah apa yang orang tuanya lakukan pada Perusahaan Smith.
“Perusahaan orang tuanya pernah bekerja sama dengan Perusahaan Smith. Dad sangat mempercayai mereka karena melihat kinerja mereka selama bertahun-tahun. Namun, Dad tak menyangka bahwa mereka melakukan penggelapan uang pada proyek kerja sama kami. Dad memutus kerja sama tersebut secara sepihak hingga membuat perusahaan mereka berada dalam kesulitan, hingga akhirnya bangkrut.”
“Lalu?”
“Sepertinya mereka menanamkan dendam itu pada Eric. Menyalahkan Perusahaan Smith dan keluarga kita atas kesalahan yang mereka buat sendiri,” panjut Lexy.
“Jika aku mati, apa dia akan melupakan dendamnya pada Keluarga Smith?”
“Ax?!”
🌹🌹🌹
terimakasih ya kak, 👍👍👍👍👍😍😍😍😍
kalo mau nggak enak. mending skip wae... terus ngorok atw ngrumpi...
kasian othor, nggak gampang lho🤭