NovelToon NovelToon
Belenggu Cinta Suami Posesif

Belenggu Cinta Suami Posesif

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:8.1k
Nilai: 5
Nama Author: Erma Sulistia Ningsih Damopolii

Menjadi aktris baru, nyatanya membuat kehidupan Launa Elliza Arkana jungkir balik. Menjadi pemeran utama dalam project series kesukaannya, ternyata membuat Launa justru bertemu pria gila yang hendak melec*hkannya.

Untung saja Launa diselamatkan oleh Barra Malik Utama, sutradara yang merupakan pria yang diam-diam terobsesi padanya, karena dirinya mirip mantan pacar sang sutradara.

Alih-alih diselamatkan dan aman seutuhnya, Launa justru berakhir jatuh di atas ranjang bersama Barra, hingga ia terperosok ke dalam jurang penyesalan.

Bukan karena Barra menyebalkan, tapi karena ia masih terikat cinta dengan sahabat lamanya yaitu Danu.

“Lebih baik kau lupakan kejadian semalam, anggap tidak pernah terjadi dan berhenti mengejarku, karena aku bukan dia!” ~Launa Elliza

“Jangan coba-coba lari dariku jika ingin hidupmu baik-baik saja.” ~ Barra Malik Utama

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erma Sulistia Ningsih Damopolii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps 19 Tapi Akan Balik Lagi Untuk Melamarmu - Bara

“Tolong jangan usir saya, susah payah loh saya menemukan rumah ini.” Siapa sangka begitu ia sampai suara berat yang begitu familiar itu menyapa telinganya hingga Iva mencuri dengar pembicaraan pria itu bersama Launa.

“Siapa juga yang minta bapak menyusahkan diri sendiri.” Ketus Launa yang tak habis pikir, siapa sebenarnya laki-laki ini sehingga dia seenaknya pada Launa.

Berawal jadi sutradara yang menyebalkan hingga akhirnya jadi stalker Launa. Lagi-lagi, tanpa Launa kehendaki apalagi memberi izin, pria itu menyolonong duduk di sofa ruang tamu sembari berpangku kaki, lalu kemudian merogoh ponsel dan mengutak-atiknya.

Kelakuan Bara yang satu ini cukup membuat Launa menganga. Ia pun melangkah ke arah tempat Bara duduk lalu menunjukkan aksi protesnya.

“Siapa yang suruh duduk?”

“Tidak ada, pengen aja.” Jawab Bara singkat hingga Launa semakin menganga lalu kemudian mengusap wajahnya kasar.

Takut kepergok ayah bundanya yang malam ini dinner berdua di luar dan akan menyangka Bara adalah kekasihnya, terpaksa Launa nekat mengusir Bara dengan mengeluarkan ultimatumnya.

“Keluar nggak!” Bentak Launa seraya menjulurkan tangannya ke arah pintu utama.

“Keluar ke mana?” Tanya Bara santai dan tanpa rasa bersalah sedikitpun sehingga membuat darah Launa semakin mendidih.

“Keluar dari rumahku lah bang_” Launa menggantung ucapannya yang hendak berkata kasar namun ia urungkan. “Sat.” Lanjutnya kemudian hingga senyum tipis Bara terbit dari bibirnya. Memaki saja harus pakai jeda, Bara sampai geleng-geleng kepala mendengarnya. Dari cara itulah Bara bisa menyimpulkan bahwa sebetulnya, di balik kerasnya Launa, ia ternyata tidak tegaan.

“Aku tidak akan pulang sampai papa sama mama datang.”

“Bunda ayah.” Selah Launa membenarkan panggilan Bara terhadap orang tuanya dan telat menyadari suatu hal hingga ia baru tersadar kemudian.

“Apa katamu tadi? Mama papa? Mama papa siapa?”

“Mama papa kita.” Jawab Bara semakin memperlihatkan wajah tanpa dosanya hingga membuat Launa ingin menggilingnya di mesin penggiling daging detik ini juga.

“Sejak kapan anda dan saya, jadi satu kesatuan yang bisa disebut kita? Ingat ya pak, anda itu orang asing bagi saya, jadi jangan seenak jidat berlaku seolah anda itu teman saya.”

“Kata siapa saya mau jadi teman kamu.”

“Oh bagus kalau bapak sadar, kita memang tidak pantas berteman, karena saya juga tidak sudi punya teman seorang sutradara yang kolot seperti anda. Sudah kolot, tua lagi!” Cerocos Launa dengan suara pelan di akhir kalimat.

“Tapi tampan kan?” Bara mengikis jarak dan tubuh tingginya sedikit membungkuk membisikkan kalimat itu tepat di telinga Launa, hingga wanita itu merinding dan mendorong tubuh Bara segera.

“Apa-apaan sih pakai dekat-dekat segala!”

Bara pun memasukkan tangan di saku celana lalu dengan gaya santainya ia berucap.

“Saya memang tidak ingin jadi teman kamu, tapi kalau jadi suami kamu saya mau.” Bisik Bara lagi namun masih bisa didengar oleh penduduk bumi yang lain.

Degg

Bukan jantung Launa yang berdetak kencang melainkan jantung Iva. Wanita itu mendengar kalimat terakhir Bara hingga membuat dadanya semakin sesak.

Sejak tadi ia menjaga Jovita karena Bara sedang di kantor namun nyatanya tidak, pria itu justru ada di sini, di rumah sepupunya sendiri dan mengatakan hal yang membakar hati Iva.

Tak sanggup berlama-lama di sana, Iva berniat hengkang namun Launa terlanjur melihatnya mengintip.

“Iva!” Teriak Launa sengaja mengalihkan perhatian Bara agar tidak lagi mengganggunya.

Launa pun berjalan menuju teras untuk menghampiri Iva dan menahan kepergian wanita itu.

“Mau ke mana?”

“Pulang Lau, aku tidak enak mengganggu kebersamaan kalian.” Jawab Iva sok tegar seakan tak peduli akan kebersamaan mereka padahal hatinya tersayat-sayat.

“Kebersamaan apanya? Itu bukan kebersamaan, tapi lagi ritual eksorsis.” Sarkas Launa sengaja menambah volume suaranya agar sampai ke telinga pria yang tak diharapkan itu.

Namun yang disindir bukannya marah atau tersinggung malah justru tersenyum tipis. Ada-ada saja tingkah Launa yang kian membuatnya gemas.

“Huss, Launa, jangan ngomong kayak gitu ah.” Sergah Iva jadi tak enak.

“Biarin, emang gue pikirin.”

“Pak Bara kan datang baik-baik Lau. Ingat, tamu adalah raja.”

“Raja fir’aun? Kalau rajanya modelan begitu mana mau aku menyambutnya.” Ketus Launa seraya bersedekap dada dengan harapan pria itu akan tergerak pergi dari rumahnya.

“Lau udah dong!”

“Ekhem.” Deheman Bara sukses membungkam mulut dua bersaudara itu hingga keduanya menoleh ke arah sumber suara.

“Saya pamit dulu.” Ucap Bara singkat hingga membuat Launa ingin berseru yes namun urung karena Bara kembali melontarkan kalimat terakhir yang cukup tajam hingga menembus ulu hati Iva, namun cukup memuakkan bagi Launa.

“Tapi akan balik lagi untuk melamarmu.” Tegasnya lalu kemudian berlalu, meninggalkan dua wanita yang sedang terperangah dengan perasaan berbeda. Jika yang satunya sakit hati dan kecewa mendengar pengakuan itu berbeda halnya dengan wanita yang satunya lagi. Ia justru ilfiel dan cemas andai Bara membuktikan ucapannya. Pasalnya, Launa tidak punya cita-cita untuk menikah dengan makhluk sejenis Bara, sekalipun sudah ditiduri, bukan berarti Launa akan merasa lemah dan jadi si paling nuntut tanggung jawab.

“Kamu dengar kan dia bilang apa Va? Dia mau melamarku? Enak saja, dia pikir kakinya itu bisa saya ijinkan masuk ke rumah ini dan bertemu ayah dan bunda? Jangan mimpi!”

“Mana sudi aku punya suami kayak dia, kamu sudi nggak punya adik ipar kayak dia? Nggak kan?” Omel Launa berdiri memunggungi Iva yang tanpa ia sadari kini sudah banjir air mata.

“Kamu nggak mau kan Va?” Hening tak ada jawaban.

“Va?” Sentak Launa yang berhasil membuyarkan lamunan Iva hingga dengan segera ia menyeka air matanya secara kasar sembari membelakangi Launa.

Setelah pasti air matanya lumayan tersamar, barulah Iva berani menatap wajah Launa dengan senyum terpaksanya. “Ada apa Lau?”

“Kamu kenapa?”

“Tadi ada.. itu… ehmm.. tiba-tiba ada…” jawab Iva terbata sembari melirik lampu teras yang langsung mampu Launa pahami.

“Laron?”

“Iya, itu.”

“Coba kulihat.” Ujar Launa hendak memeriksa mata Iva namun wanita itu menolak.

“Nggak usah Lau, nggak apa-apa kok.”

“Nggak apa-apa gimana? Matamu sampai merah begitu. Laron itu pasti gigit kamu.” Celetuk Launa hingga Iva hampir terbahak. Bayangkan ditengah kesedihannya ia sempat terkekeh oleh tindak tanduk saudaranya itu.

“Kenapa ketawa Va?”

“Laron mana ada yang gigit Lau, ada-ada saja deh kamu.”

“Emang nggak gigit?”

“Ya nggak lah, ya udah masuk yuk.” Ajak Iva yang mendadak lupa sakit hatinya dan malah mengajak Launa masuk.

Sedangkan Launa hanya tersenyum penuh arti melihat saudaranya yang akhirnya tidak jadi pulang. Tanpa Iva sadari, sebenarnya itu akal-akalan Launa saja untuk mengelabui sepupu perempuan satu-satunya itu, agar tetap berada di rumah menemaninya.

Mana mungkin Launa sebodoh itu, dia jelas tau jenis makhluk terbang itu tidak menggigit. Sebagai saudara yang sudah bersama sejak kecil membuat Launa tahu luar dalam tentang Iva. Hanya satu yang tidak Launa sadari, saudaranya sedang jatuh hati pada seseorang. Kepekaan Launa terhalang oleh tingkah Iva yang begitu pandai menyembunyikan perasaan.

1
Myra Myra
siapa dia...
Erma Sulistia Ningsi Damopolii: Kita lihat saja nanti 😁
total 1 replies
Melia Gusnetty
judul sm jln cerita nya gk sesui..jd malas baca nya..
sorry tak skip..
Melia Gusnetty
aahh..jd greget..tokoh utama nya begok bin tolol...lemah lg...gk sreek jd nya...😏😏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!