Aku Menyerah Mas

Aurora memandang sinis keduanya, dia puas melihat keduanya mendapatkan balasan atas perbuatan mereka kepadanya.

"Aurora cabut tuntutannya kumohon". Ucap Arman dengan melas.

" Tidak akan, kalianlah yang memulai semua ini, silahkan nikmati apa yang kalian tanam". Ucapnya berlalu dari hadapan mereka.

Dirinya tidak perduli teriakan keduanya, dia sangat sakit hati atas perlakuan dan perselingkuhan mereka padahal dirinya baru melahirkan

"Aurora jangan pergi, cabut dulu laporannya". Teriak Arman ketika melihat Aurora berjalan menjauhi mereka tanpa memperdulikannya.

" Kalian ini sangat aneh, sudah berselingkuh merasa paling benar lagi, memangnya kenapa orang yang lahir dari orang biasa, kalian pikir mereka tidak akan bisa menjadi orang kaya bahkan melebihi kalian?? ". Ejek pak polisi kepada keduanya.

" Ya kan memang seperti itu, Aurora itu gadis miskin". Sombong Rania kepada petugas.

"Kalian tahu saya lebih respek dengan orang biasa yang bisa menjaga harga diri dan martabatnya, dibandingkan orang kaya hanya berdasarkan keturunan, saya yakin jika orangtua anda orang biasa belum tentu ada bisa punya segalanya, dilihat dari sikap anda, anda bahkan lebih hina dari perempuan jalang karena merayu dan tidur dengan suami orang tanpa ikatan pernikahan".

"Apa maksud anda menghina istri saya seperti itu?? Murka Arman memberontak dihadapan polisi.

" Saya tahu perempuan bersama anda itu bukan perempuan baik, kenapa??, karena dia pernah tidur dengan adik ipar sekaligus rekan saya, jika anda mau bukti saya punya fotonya karena perempuan jalang ini, telah menghancurkan rumah tangga adik saya seperti yang dilakukannya pada rumah tangga anda". Ucap pak Polisi menatap tajam Rania.

Deg.. Dunia Arman berhenti seketika.

Perempuan yang dicintainya berbuat hina seperti itu kepada rumah tangga orang lain. Dan sekarang dia berusaha melakukannya pada rumah tangganya

"Jangan percaya Arman, pak polisi ini hanya mengarang cerita, yang bisa saja dia dibayar oleh Aurora". Ucapnya berusaha tenang walau dia ketakutan.

" Saya punya buktinya perempuan hina, anda ini manusia tidak punya harga diri, cantik sih, tapi lebih hina dari binatang yang menjajakan tubuhnya untuk uang".

"Jangan kurang ajar pak polisi, anda bisa saya tuntut dengan pencemaran dmna baik". Teriak Rania tidak terima.

" Silahkan saja, kelihatannya sangat seru menyebarkan video asusila anda itu kedunia Maya, wajah anda bahkan sangat jelas disana". Pak Polisi itu menyeringai sinis kepada Rania yang terkejut dan pucat pasi saat mendengar ucapannya.

"Anda memilikinya?? Arman tergagap, dia menatap kosong pak Polisi dihadapannya.

" Tentu pak, anda sangat rugi melepas berlian hanya untuk batu kali seperti wanita murahan ini".

"Bapak serius dengan ucapan anda?? Arman mantap Polisi itu dengan meminta penjelasan

" Tentu pak, saya aparat negara tidak mungkin asal berbicara tanpa dasar, karena saya orang mengerti hukum".

"Jangan percaya Arman, Polisi itu menipumu, aku masih sama seperti dulu". Rania berusaha mendekati Arman tapi Arman mulai menjauh.

" Jangan sentuh aku, jika benar dikatakan Polisi itu, aku akan talak kamu". Arman menatap Rania dengan geram.

Sejak kembali bersama Rania, hidupnya kacau balau, orangtuanya membencinya, istrinya yang lemah lembut bahkan bisa menghajarnya dan paling parah memasukkannya ke polisi seperti ini.

"Aku bisa membuktikannya pak, silahkan duduk, akan ku perlihatkan video yang saya katakan tadi, dan saya punya buktinya jika perempuan ini perempuan bergilir". Polisi itu menatap Rania dengan tatapan merendahkan sekaligus jijik

Rania yang ditatap seperti itu meradang, dia tidak terima jika diperlakukan seperti ini.

Arman mengikuti perintah polisi, dia duduk dalam keadaan terborgol, kemudian polisi itu mulai mengambil handphonenya dan memutar video yang dia maksud.

Arman meneteskan air matanya, giginya bergemeletuk tanda menahan amarahnya yang memuncak, dibawah sana dia sudah mengepal kan tangannya dengan erat hingga jarinya memutih. Sedangkan Rania duduk mematung melihat video itu, benar itu adalah dirinya dengan seorang anggota polisi.

"Aku talak tiga kau Rania putri, sekarang kau bukan istriku lagi, tak sudi aku punya istri menjadi pria bergilir, menyesal aku menikahi kamu". Teriak Arman dengan murka. Wajahnya sangat merah dipenuhi amarah dan kecewa.

" Tidak Arman, aku tidak mau. Jangan talak aku, aku mencintai kamu, kumohon". Rania mendekati Arman dengan memelas, dia berharap Arman akan luluh dengan wajahnya

"Jangan sentuh aku, kau perempuan kotor yang hina, demi Allah aku menyesal kembali kepadamu". Teriak Arman menyingkir dari hadapan Rania.

Dia tidak sudi disentuh perempuan kotor dan hina seperti itu.

" Aku tidak mau Arman, jangan tinggalkan aku, aku sangat mencintai kamu". Isak tangisnya pecah berharap meluluhkan hati Arman.

"Keputusan anda tepat pak, perempuan seperti itu tidak pantas jadi istri anda, aku hanya kasian pada anda karena telah melepaskan istri baik seperti istri anda itu". Ucap Pak polisi menarik kasar Rania masuk ke sel tahanan.

" Arman, Arman, aku tak mau masuk penjara, tolong bebaskan aku". Teriak Rania memberontak saat ditarik paksa.

Arman hanya duduk dengan pandangan kosong, memori sikapnya kepada sang istri berputar di kepalanya, dia kini sangat menyesal dengan apa yang dia lakukan selama ini kepada istrinya itu.

"Apakah kau mau memaafkan ku, tolong jangan buang aku". Ucapnya menangisi kebodohannya selama ini.

Benar kata ayah Dan bundanya, dia akan menyesal kembali pada Rania dan akan kehilangan semuanya termasuk anak dan juga istrinya.

Arman masuk ke sel dengan perasaan tak menentu, sekarang nasi telah jadi bubur, dia hanya berharap istri dan kedua orangtuanya mau memaafkannya .

Hari berganti menjadi minggu, kini tiba saatnya persidangan perceraian Arman dan juga pelaporan Aurora yang akan disidangkan.

"Bagaimana bu Aurora, anda sudah membawa bukti yang anda katakan pada persidangan minggu lalu itu?? Tanya pak Hakim sidang.

" Tentu pak Hakim saya membawa bukti, jika suami saya berselingkuh dan menikah lagi, saya juga bahkan sudah melaporkannya ke pihak berwajib atas tindakan penganiayaan minggu lalu yang kalian semua saksikan sendiri". Ucapnya lantang menatap Hakim dihadapannya dengan berani.

Pak Hakim menganggukan kepalanya tanda mengerti, sedangkan Arman kini tengah menunduk kemudian menatap nanar sang istri yang kekeh berpisah darinya.

"Maaf pak Hakim, saya minta tolong untuk tidak mengabulkan keinginan istri saya, saya menyesal karena melakukan itu semua kepadanya, saya tidak ingin berpisah darinya yang mulia, tolong". Ucapnya dengan memelas.

Dia memandang Hakim dengan sendirinya karena dia tahu kesalahannya sangat fatal kepada istrinya selama ini.

"Harusnya anda berpikir jernih pak, pernikahan itu bukan mainan dan perempuan itu seperti berlian jika anda sendiri bisa menjaganya, percuma anda menyesal jika seperti tindakan anda lakukan, siapapun perempuan didunia ini tak akan bisa menerimanya".

Pak Hakim memberikan nasehat kepada Arman karena dia melihat penyesalan dimata lelaki yang tengah menitikkan air mata.

"Penyesalan itu selalu datang belakangan pak, itulah gunanya kita diberi akal oleh Tuhan agar kita berpikir. Jika sudah seperti ini, bagaimana hidup anda kedepannya??".

Arman menangis mendengar nasehat Hakim ini, dia tidak tahu akan seperti apa kehidupannya jika istrinya meninggalkannya