NovelToon NovelToon
Menikah Dengan Dosen

Menikah Dengan Dosen

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikah Kontrak
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: Izzmi yuwandira

Demi melanjutkan hidup, Hanum terpaksa melarikan diri keluar kota untuk menghindari niat buruk ayah dan ibu tiri yang ingin menjualnya demi memperbanyak kekayaan. Namun siapa sangka kedatangannya ke kota itu justru mempertemukannya dengan cinta masa kecilnya yang kini telah menjadi dosen. Perjalanan hidup yang penuh lika-liku justru membawa mereka ke ranah pernikahan yang membuat hidup mereka rumit. Perbedaan usia, masalah keluarga, status, masa lalu Abyan, dan cinta segitiga pun turut menjadi bumbu dalam setiap bab kisah mereka. Lalu gimana rasanya menikah dengan dosen? Rasanya seperti kamu menjadi Lidya Hanum.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzmi yuwandira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Twenty Eight

Mario tengah sibuk mengarahkan beberapa para pekerja untuk mendekorasi rumah. Ia juga terlihat beberapa kali menerima panggilan telfon dari pihak katering makanan. Ia juga berbincang-bincang dengan Wijaya dan seorang MUA untuk Hanum.

"Oh iya dimana calon istri ku Mario?" Tanya Wijaya.

"Dia ada di dalam kamar"

"Suruh lah dia keluar, biar dia memilih sendiri mau dirias seperti apa di hari pernikahan kami nanti"

"Aduhh pak Wijaya tenang aja, saya gak akan mengecewakan bapak" ucap laki-laki itu dengan gemulai.

"Sudah-sudah, biar aku panggil kan Hanum dulu"

Mario pun segera masuk kedalam dan memanggil Hanum yang berada di dalam kamarnya.

"Hanum???" Panggil Mario.

Hanum terkejut, ia segera menghapus air matanya.

Ia membuka pintu untuk Mario.

"Ada apa yah?" Tanya Hanum.

"Ayo keluar, Wijaya ingin bicara sama kamu"

Hanum mengangguk menuruti perkataan ayahnya.

Mario menarik lengan Hanum agar berjalan dengan cepat.

"Nah ini Hanum"

Hanum tersenyum canggung.

Laki-laki itu memegang dagu Hanum dan memperhatikan wajah gadis itu.

"Wah cantik sekali, kalau modelan kayak gini mah di dandanin kayak apapun bakal keliatan cantik. Percaya dehhh..." Ucap laki-laki itu.

"Sudah ku duga, kalau kau bakal bilang begitu" ucap Wijaya merasa bangga.

Hanum hanya diam, ia tersenyum sambil menundukkan wajahnya. Ia tidak berani menatap Wijaya yang baginya cukup mengerikan.

"Ah iya lebih baik, kau bawa dia treatment ke klinik kecantikan supaya nanti di hari pernikahan dia makin kelihatan cantik, sekalian rubah penampilan nya supaya gak kelihatan seperti gadis kampung" ucap Wijaya.

"Ohh iya siapppppp papiiii" ucap laki-laki itu.

"Iya pergilah Hanum" suruh Mario.

Laki-laki itu menarik lengan Hanum, untuk ikut pergi dengannya.

Mereka pun masuk kedalam mobil dan pergi.

Ratna yang sedang mengelap perabotan melihat Hanum dibawa pergi, Ratna langsung menghampiri Mario.

"Mau kemana Hanum? Kenapa kamu biarin dia pergi?" Tanya Ratna cemas.

"Apa sih kamu? Ikut campur aja"

"Kamu biarin dia pergi dengan orang asing?"

Mario memukul kepala Ratna.

"Orang asing katamu? Dia itu pekerja Wijaya"

"Tapi seharusnya Hanum gak pergi sendirian"

"Banyak omong banget sih kamu!!!" Mario memperhatikan kanan kirinya, ia lalu memegang dagu Ratna dengan sangat kuat.

"Denger ya...!!! Kau itu sekarang cuman wanita cacat, yang gak bisa lagi berbuat apa-apa... Jadi jangan ikut campur urusan ku, atau kau akan tau akibatnya. Seharusnya kau itu senang... Karena kau gak akan mungkin bisa membuat Hanum bahagia"

"Kau paham kan??"

Mario mendekatkan wajahnya kepada Ratna dan meludahinya.

Mario lalu mendorong Ratna menjauh darinya.

Ratna segera mengusap wajahnya dengan lengan bajunya.

***

"Aduhhh dekk kamu itu beruntung banget loh dinikahi sama pak Wijaya, duitnya gak bakal habis sampai tujuh keturunan. Hidupmu pasti bahagia terus bergelimang harta" ucap laki-laki itu.

Hanum hanya diam, ia menatap keluar jendela dengan tatapan kosong.

"Tapi ya... Kamu harus nurut terus sama dia, jangan membangkang kalau kamu gak patuhi aturan dia, wah siap siap kamu habis lah di goreng dia..." Ucap laki-laki itu sambil tertawa.

Laki-laki itu kemudian memperhatikan Hanum yang sedari tadi melihat keluar jendela mobil.

"Eh dek? Kamu dari tadi gak dengerin aku ngomong? Kamu tersinggung? Sorry dehhh... Aku cuman bercanda" ucap laki-laki itu.

Hanum tidak merespon nya walau ia mendengar semua perkataan itu.

Setelah menghabiskan waktu 1 jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di klinik kecantikan. Laki-laki itu menarik Hanum untuk masuk ke dalam.

Laki-laki itu menyerahkan Hanum kepada dokter kecantikan itu. Hanum diperiksa wajahnya, kemudian mengikuti beberapa prosedur untuk kemudian melakukan treatment.

Setelah melakukan perawatan wajah, laki-laki itu membawanya ke salon untuk merubah bentuk kuku nya. Menata rambut gadis itu, dan lainnya.

Hanum semakin terlihat cantik, laki-laki itu lompat kegirangan melihat perubahan Hanum.

"Ya ampyunnnnnnn... Gilaa sumpah, kamu tuh cantik bangettttt"

"Ayo kita ke mall... Kita cari baju yang cocok buat kamu"

Lagi-lagi ia menarik lengan Hanum untuk segera berjalan cepat mengikutinya.

Laki-laki itu memotret Hanum dan mengirimkan beberapa foto gadis itu pada Wijaya.

Di sisi lain Wijaya yang menerima beberapa foto tersebut merasa sangat bahagia, ia sangat senang, dan mencium foto gadis itu dari layar handphone nya.

Mereka pun sampai di mall, laki-laki itu heboh sendiri memilihkan beberapa baju untuk Hanum.

Ia bahkan dengan sesuka hati menyuruh Hanum bergonta ganti pakaian.

Setelah menghabiskan waktu berjam-jam memilih dan membeli beberapa pakaian mereka pun pulang kerumah.

Begitu turun dari mobil, laki-laki itu menenteng beberapa paper bag berisi pakaian Hanum. Kemudian menyerahkan semuanya pada Hanum.

Wijaya menatap Hanum dengan terpesona, ingin sekali Wijaya memeluknya. Ia mendekati Hanum dan ingin memeluk gadis itu, namun Hanum segera menolaknya.

"Maaf pak, kita belum resmi menjadi suami istri. Jadi kita belum mahram" ucap Hanum.

Wijaya kesal. "Oh iya maaf Hanum" ucap Wijaya.

"Aku permisi mau kekamar dulu, terimakasih buat hari ini" ucap Hanum.

Gadis itu segera pergi meninggalkan Wijaya, Mario dan penata rias itu di ruang tamu.

Hanum masuk kedalam kamar.

"Ibu..."

Ratna dengan segera menghampiri putrinya dan langsung memeluknya.

"Ibu gak papa kan hari ini? Maaf aku ninggalin ibu sendirian"

"Nggak ibu gapapa, justru ibu makan banyak hari ini" ucap Ratna.

"Ayah gak mukul ibu kan?" Tanya Hanum.

"Nggak kok, ibu gak di apa-apain sama ayah kamu"

Hanum merasa lega mendengarnya.

"Kalau gitu ibu juga gak perlu khawatir, karena aku juga baik baik aja" ucap Hanum.

"Anak ibu cantik sekali... Maaf ibu gak bisa memberikan yang terbaik buat kamu" ucap Ratna.

"Ibu kenapa ngomong gitu sih? Ibu itu ibu terhebat... Apapun yang ibu berikan itu udah lebih dari cukup... Dan Aku cuman mau kita tetap sama sama itu aja"

Ratna hanya tersenyum.

"Ibu janji ya, apapun yang terjadi kita akan tetap sama-sama. Ibu harus ikut kemanapun aku pergi"

"Iya..."

***

"Abyan... Tolong cek file yang saya kirimkan ya" suruh Andre.

Abyan melirik jam di tangan kanannya.

"Bapak perlu sekarang?" Tanya Abyan.

"Gk juga sih, tapi kalau bisa diperiksa hari ini ya lebih bagus" jawab Andre.

"Tolong jawab pertanyaan saya dengan jelas pak Andre"

Andre menepuk bahu Abyan.

"Saya bercanda... Yasudah besok saja"

"Oke"

"Eh memangnya kamu mau kemana Abyan?"

"Emm ada urusan"

"Urusan apa?" Tanya Andre.

"Urusan pribadi"

"Wah... Gak biasanya loh kamu punya urusan pribadi, jadwal pulang 15 menit lagi padahal. Dan kamu masih punya waktu buat periksa file yang saya kirim loh..."

"Dito tolong kirimkan file yang dikirim pak Andre ke saya ya, biar saya periksa sekalian di jalan"

"Oh iya baik pak Abyan" ucap Dito.

Tak lama kemudian, Darren dengan paper bag di tangan kanannya menghampiri Abyan.

"Woi kenapa Lo lama banget sih? Buruan"

"Yaudah pak kalau begitu saya permisi, semua kerjaan sudah saya selesaikan hari ini"

"Ehh tunggu-tunggu... Memangnya kalian mau ngapain sih?" Tanya Andre.

"Aduh pak Andre gak tau ya? Wah parah banget Lo gak ngasih tau. Berarti semua orang orang kantor belum tau nih?"

Semua orang yang berada disana memperhatikan mereka.

Abyan sangat kesal melihat tingkah sepupunya itu.

"Ayo buruan pergi"

"Memang ada apa?" Tanya Andre, pria itu sangat penasaran.

"Sebentar lagi, Pak Abyan akan segera melepas masa lajangnya"

Seluruh ruangan terdiam sesaat sebelum akhirnya pecah dalam gumaman dan bisikan.

Arumi yang hendak membawa berkas ke meja Dito, tangannya menjadi lemas. Semua berkas itu jatuh ke lantai.

Dimas yang tadinya hendak menghampiri Abyan, langkahnya terhenti ketika melihat gadis didepannya berusaha menyeka air mata.

Dimas hanya menatap punggung gadis itu dengan tatapan iba.

Semua orang terkejut tidak menyangka dengan perkataan yang barusan keluar dari mulut Darren.

"Serius, Darren?" Tanya Ara.

"Wah, ini kabar besar! Abyan akhirnya menikah!" Pak Andre kelihatan gembira.

"Kapan, Byan? Kok diam-diam sih?" Tanya pak Andre.

Ara, Fio, dan Dita langsung mendekat dengan wajah penuh antusias.

Abyan menepuk jidatnya.

"Wah seriusan pak Abyan?" Tanya Dito

Rekan-rekan kantor masih tidak percaya dengan apa yang mereka dengar, semuanya menatap Abyan tanpa berkedip sedikitpun.

"Hehh kenapa kalian semua kok pada kaget gitu?? Ayo kita berikan ucapan selamat sama pak abyan" ucap Andre.

Andre langsung memeluk Abyan dan menepuk-nepuk punggung pria itu.

"Wah selamat Abyan... Ternyata kamu normal" ucap Andre.

"Apaan sih pak Andre"

Darren terkekeh melihat ekspresi sepupunya itu.

"Selamat pak Abyan.. jangan lupa undangan nya ya" ucap fio.

Selamat ya, pak Abyan" Ara menepuk pundaknya.

"Wah, ini sih harus dirayain! Ayo traktir!" Dito menimpali.

Fio mengangguk setuju. "Bener tuh! Kamu nikah sama siapa sih? Kok kita nggak tahu apa-apa?"

Abyan yang sejak tadi diam langsung menatap Darren tajam. Rahangnya mengatup kuat, menahan kesal.

"Darren, lo ini ngomong apa sih?"

Darren hanya tertawa santai. "Ayolah, Byan. Nggak usah malu-malu. Gue cuma bantu nyebarin kabar baik ini."

Abyan menghela napas panjang, mencoba menahan amarah.

Arumi segera membereskan berkas-berkas yang berserakan di lantai, lalu meletakkan nya dengan asal di atas meja kerja Dito. Gadis itu lalu pergi kembali ke ruang kerjanya tanpa menghampiri Abyan seperti yang lainnya.

Pak Andre, pemilik perusahaan, menatap Abyan dengan ekspresi penasaran. "Jadi benar, Abyan? Kamu akan menikah?"

Abyan terpaksa mengangguk, meskipun dalam hati ia ingin meninju Darren karena membocorkan hal ini terlalu cepat.

Pak Andre tersenyum kecil. "Kalau begitu, selamat. Semoga lancar persiapannya."

Suasana semakin ramai. Semua orang sibuk memberikan selamat. Namun, di sudut ruangan, seseorang hanya bisa diam.

Arumi merasa sangat terluka, ia tidak akan sanggup mengucapkan selamat pada orang yang disukainya apalagi sampai datang ke pernikahan.

Arumi masih tidak percaya dengan apa yang barusan didengarnya.

Suasana semakin ramai. Semua orang sibuk memberikan selamat. Namun, di sudut ruangan, seseorang hanya bisa diam.

Arumi menunduk di meja kerjanya, jemarinya mencengkeram pulpen dengan erat.

Matanya terasa panas. Suara tawa dan ucapan selamat yang mengarah pada Abyan terdengar begitu menyakitkan di telinganya.

Abyan akan menikah.

Seseorang yang selama ini diam-diam ia sukai... akan menjadi milik orang lain.

Arumi menggigit bibirnya, berusaha keras menahan air mata yang hampir jatuh.

Ia ingin ikut memberikan selamat. Ingin menunjukkan bahwa ia baik-baik saja. Tapi kakinya terasa berat untuk melangkah.

Dan pada akhirnya, ia hanya bisa duduk diam, menyendiri di kursinya.

Di seberangnya, Dimas memperhatikannya dengan tatapan prihatin.

Dimas tahu.

Ia tahu perasaan Arumi terhadap Abyan, berulang-ulang kali gadis itu mengatakan ia sangat menyukai Abyan.

bisa melihat kekecewaan di mata Arumi, bagaimana jemari gadis itu gemetar saat mencoba tetap fokus pada pekerjaannya.

Dimas ingin mengatakan sesuatu, ingin menghiburnya.

Namun, apa yang bisa ia katakan?

Ia hanya bisa ikut terdiam, menyadari bahwa hati Arumi sedang hancur dalam diam.

"Iyah iyah gue sebagai perwakilan Abyan mengucapkan banyak terimakasih kepada kalian semua yang sudah mengucapkan selamat, semoga pernikahan Abyan berjalan dengan lancar yaa... Aamiin" ucap Darren.

Semua orang ikut mengaminkan doa Darren.

Sedangkan Abyan masih terpaku, ia sangat kesal dengan Darren.

Setelah semua orang mulai kembali ke meja masing-masing, Abyan menghampiri Darren dengan wajah kesal.

"Lo kenapa tiba-tiba ngomong begitu?" Abyan berbisik tajam.

Darren mengangkat bahu santai. "Lagian kenapa juga lo nyembunyiin? Ini kabar baik, kan?"

Abyan menghela napas panjang. "Tapi gue belum siap cerita. Sekarang semua orang tahu."

Darren hanya tertawa. "Udahlah, lo bakal nikah juga. Nggak ada salahnya mereka tahu lebih cepat."

Abyan mendesah frustasi. Namun, saat ia mengedarkan pandangan ke sekitar, matanya menangkap sosok Arumi yang duduk diam, tak bergerak.

Berbeda dari yang lain, Arumi tidak ikut memberikan selamat.

Wajahnya menunduk, tangannya mencengkeram pulpen dengan kuat.

Abyan menatapnya sejenak, ada sesuatu yang terasa aneh di dadanya.

Apakah Arumi... kecewa?

Abyan terpaksa mengalihkan perhatiannya. Namun, di sudut hatinya, ada perasaan yang tiba-tiba muncul.

Sementara itu, Arumi masih diam.

Dan Dimas, yang melihat segalanya, hanya bisa menatapnya dengan perasaan yang tak kalah pedih.

Di tengah kebahagiaan yang dirasakan banyak orang, ada hati yang terluka dalam diam.

Arumi dan Dimas—keduanya menyimpan perasaan yang tak bisa mereka ungkapkan.

Abyan, meski sudah memutuskan untuk menikah, mulai merasa ada sesuatu yang tertinggal di belakang.

Dan Darren... tanpa sadar telah membuka pintu bagi sebuah konflik yang lebih besar.

"Wah... Gue gak nyangka pak Abyan mau nikah" ucap Ara.

"Beruntung banget itu cewek yang dapatin pak Abyan" ucap Dito.

"Iya secara mapan, mana udah punya rumah sendiri lagi... Kurang apa lagi coba?" Fio ikut menambahi.

"Iya gue penasaran banget sama calon istrinya pasti cantik banget kan ya?" Ucap Ara.

"Yaudah kita doakan saja yang terbaik buat Abyan, semoga kalian juga cepat menyusulnya" ucap Andre.

"Cariin jodoh buat kita kita pak" rengek fio.

"Cari sendiri lah.. apa mau sama anak saya yang masih SMA?" Tawar Andre.

"Haaa boleh juga itu pak"

"Saya yang gak setuju" ucap Andre.

"Sudah sudah ini udah mau jam pulang, mending beres-beres" ucap Dito.

Mereka sangat berantusias mendengar pernikahan Abyan, tanpa tahu perasaan yang sedang dialami Arumi saat ini.

Arumi mengemasi barang-barangnya dengan cepat, matanya tak berani menatap siapapun.

Arumi bergegas pulang, ia berjalan dengan terburu-buru meninggalkan teman-temannya yang baru mulai berberes.

"Eh, Rum, kok buru-buru banget?" tanya Ara, bingung melihat temannya yang tiba-tiba bergegas pulang.

Fio ikut menimpali. "Iya, biasanya kamu masih nongkrong dulu sebentar."

Dito yang sedang minum kopi juga mengangkat alis. "Ada urusan mendadak, Ru?"

Namun, Arumi tidak menjawab. Ia hanya tersenyum tipis, lalu melangkah cepat meninggalkan kantor.

"Ehh Arumi... Lo pulang sama siapa?" Tanya Ara.

Arumi tidak merespon pertanyaan Ara.

"Dih kenapa tuh anak?"

Dimas yang melihatnya dari kejauhan langsung merasa ada yang tidak beres. Tanpa banyak pikir, ia pun ikut berjalan keluar, mengikuti Arumi dari belakang.

"Gue duluan ya..." Dimas pun bergegas pulang, ia berjalan dengan cepat mengikuti langkah Arumi.

"Ehh Lo juga? Cepat amat berberes nya" tanya Fio.

Ara mengedikkan bahunya.

***

Arumi duduk di kursi halte bus, menghembuskan napas panjang. Dadanya masih terasa sesak.

Namun, belum sempat ia tenggelam dalam pikirannya sendiri, seseorang duduk di sampingnya.

Arumi terkejut, langsung menoleh tajam. "Lo ngapain di sini?"

"Lo cepat banget jalannya" Dimas ngos-ngosan.

"Lo ngapain disini?" Tanya Arumi

"Ya mau pulang lah"

Arumi menatapnya curiga.

Arumi mendengus kesal. "Lo ngikutin gue, ya?"

Dimas tersenyum kecil. "Lo pikir gue nggak punya tujuan sendiri?"

Arumi mengerucutkan bibirnya, tak ingin meladeni ocehan Dimas. Ia tahu pria ini pasti melihat ekspresinya di kantor tadi.

Mungkin Dimas kasihan padanya.

Dan itu yang paling Arumi benci—dikasihani.

Arumi menghela napas panjang. "Gue lagi nggak mau dengar ledekan Lo hari ini, Dimas. Jadi kalau Lo mau bilang sesuatu yang menyebalkan, lebih baik pergi."

Dimas tertawa pelan. "Siapa bilang gue mau ledekin Lo?"

Arumi meliriknya tajam. "Lo kan selalu gitu."

Dimas menggeleng pelan. "Gue mau pulang, makanya disini, emangnya nih tempat punya lo?"

Arumi malas meladeninya.

"Kalau gue bilang, gue disini mau nemanin Lo?"

"Haaa??"

Dimas menatap ke jalanan di depan mereka, matanya penuh pemikiran. "Gue tahu ini berat buat Lo."

Arumi mengepalkan tangannya di pangkuannya. "Aku nggak kenapa-kenapa."

Dimas menoleh, menatapnya lekat. "Lo bisa bohong ke semua orang, Arumi. Tapi nggak ke gue."

Arumi menutup matanya sejenak, menahan air mata yang hampir tumpah.

Dimas melanjutkan, "Dan Lo boleh marah, boleh menangis. Gue nggak akan ketawain Lo."

Untuk pertama kalinya malam itu, Arumi merasa seseorang benar-benar mengerti perasaannya.

Dan itu membuatnya semakin sedih.

"Kenapa tiba-tiba Lo peduli sama gue? Lo pasti ngerasa kasihan kan sama gue?"

Pria itu menyugar rambutnya.

"Kenapa Lo punya paradigma kayak gitu ke gue?"

"Ya kelihatan jelas aja dari sikap Lo" ucap Arumi ketus.

"Sikap gue? Sikap gue yang mana?"

Arumi menatap nya sinis.

"Masa lo lupa sih? Lo nemanin gue saat ini disini, itu karena Lo kasihan kan sama gue? Terlebih lagi Lo tau apa yang barusan terjadi di kantor"

"Astaga... Kebangetan sih kalau lo Mandang gue gitu"

"Terus apa?" Tanya Arumi.

"Karena gue nggak mau Lo melewati ini sendirian."

"Apasih lo tiba-tiba kek gini"

Arumi menunduk, jari-jarinya mencengkeram kuat tasnya. Hatinya masih terasa sakit, tapi entah kenapa, kehadiran Dimas membuatnya sedikit lebih tenang.

"Gue traktir lu makan deh sekalian..."

"Lu kan selalu gak punya uang, gimana mau traktir gue"

"Yaelah, sesekali mah gapapaa. Kalau tiap hari ya gak mau gue"

Arumi terkekeh.

"Dasar pelit" ejek Arumi.

"Hari ini gue gak pelit, besok gue pelit"

"Ihhhh ntar gak ada cewek yang mau sama lo"

"Yahh kalau ga ada yang mau, gue sama Lo aja"

"Dihhhhhh... Ogah gue..."

Dimas terkekeh mendengar jawaban Arumi, gadis itu sudah mulai tersenyum lagi. Walau sebenarnya pernyataan barusan adalah sebuah kejujuran. Ya... Dimas menyukai Arumi.

1
audyasfiya
Hanum kasian bgtt thorr 😭 pulang kerumah Bu Aina ada Ardan, ke tempat kakaknya juga nggak nyaman, dia bener bener nggak punya rumah untuk pulang... yaaa kecuali kalau dia mau nikah sama Abyan
audyasfiya
Wkwk Alexa panik mertuanya mau pulang 🤣🤣🤣
Lorenza82
Cepet update nya yaa thorrr 🥺🥺
Lorenza82
Kasian banget ya si Hanum 🥺 sekalinya dapat temen kek si zea ehhh malah jadi musuhan
Lanjut thorrr lanjut
Sasya
/Cry//Cry//Cry//Cry/
Sasya
Waduhh gawat banget ini
Nurul Fitria
Kasihan banget smaa Hanum
Nurul Fitria
Aduhhh ini mah namanya keluar dari lubang buaya masuk ke lubang harimau 😭😭😭😭😭😭😭😭
Sasya
Zea mending jangan nikah sama Abyan dehh /Smug//Smug/
Sasya
Ibu terhebat 😌😌
Sasya
Lanjutttt Thor /Kiss//Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/
audyasfiya
Kasihan banget ya hidup Hanum, dia belum tau kabar bahwa ibunya sudah meninggal dunia, datang ke kota besar niat nya mau melanjutkan hidup malah jadi babu dirumah kakak nya sendiri /Sob//Sob/
Lorenza82
Kasihan sih sebenarnya si zea, dia tuh cuman di jadiin alat aja sama Abyan. Abyan lu redflag woiiii 😭
Lorenza82
Darren si mulut bocor 🤣🤣🤣🤣🤣
Lorenza82
Itulah mengapa jadi cwek tuh rasa sukanya harus di kontrol, Arumi udah berekspektasi ketinggian jadi nya jatuh nya sakit
Lorenza82
Thor kasih Darren jodoh dong...
Lorenza82
Nggak tega Thor aku bacanya, tapi aku penasaran 😭😭😭😭😭
Rossa
Emang paling nggak enak tuh numpang sama orang lain, ya gitu...
Rossa
Dan cwok itu pernah di sindir gitu sama temen ku, jangan pernah jatuh cinta smaa seseorang yang belum selesai sama masa lalu nya, deg... rasanya aku merasa bersalah banget Ama tuh cwok... aku kasih dia harapan palsu, padahal dia serius dan sayang sama aku
Rossa
Aku pernah di posisi Abyan Thor, aku sayang banget sama pacarku dulu. sampai sampai aku susah move on sama dia, kayak aku mikir nya tuh, nggak ada org lain yang kayak dia, dia yg terbaik yg pernah ada. namun keadaan yg harus memisahkan kami. hingga akhirnya saat aku ketemu sama cwok baru rasanya tuh masih ada bayang bayang mantan ku gitu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!