Please, Marry Me!

KESENANGAN BERSAMA!!

“Ayo! Main dan menangkan hadiah!” teriak keseruan dari para penjaga beberapa mainan berhadiah di sana. Pada saat ini, Noah dan Hari sudah sepakat menerima tantangan yang mereka buat sendiri— mereka akan bermain tantangan berhadiah, yang menang akan memberikan hukuman bagi si kalah.

Di salah satu tempat. Noah dan Hari memulai tantangan mereka di permainan lempar sasaran! Dimana Hari memulai lebih dulu dengan tiga roket kecil dengan ujung yang lancip, siap ia lemparkan di papan bundar tepat di depannya namun berjarak lumayan jauh dari dia berdiri.

“Aku yakin, orang aneh seperti mu pasti payah dalam hal melempar!” ejek Noah tersenyum remeh sambil menyelipkan tangannya ke saku celana. 

Slepp! 13 poin, slepp! 5 poin, slepp! 11 poin.

Hari tersenyum lebar melirik ke suaminya sambil menaikan dua alisnya, “Bagaimana, hm-hm!” 

Merasa di ejek, Noah meraih tiga roket kecil miliknya, sedikit sinis menatap Hari namun bibirnya tersenyum miring percaya diri. 

Slepp! 5 poin, wajah Naruto mulai berkerut marah. Slepp! 2 poin, “Hey! Aku sudah melempar dengan benar!” kesal Noah tak terima.

“Lemparan mu kurang beruntung Tuan!” sindir Hari terkekeh kecil, seketika si Rubah itu menoleh ke arah Hari dengan dengusan kekesalan.

“Hey kau, putar yang benar!” kesal Noah kepada si penjaga permainan. 

Hari hanya bisa menggeleng antara kasihan dan lucu melihat wajah Noah yang tak terima kekalahan. 

Pria itu membuka kedua kakinya, sedikit memasang kuda-kuda sambil menutup satu matanya untuk bisa melempar tepat di angka terbesar, yaitu 20 poin. 

Slepp! 14 poin, “YESS! YAAA” girang Noah mengepakkan satu tangan kanannya penuh semangat. 

“Apanya yang yes? Poinmu masih kalah tinggi dengan milik ku! Lihat!” saat mendengar suara Hari, pria itu langsung diam mengamati catatan poin milik Hari dan miliknya.

“TIDAKKKK!” orang-orang yang berlalu lalang di sana kaget, sontak menoleh ke arah Noah, si rubah yang frustasi sampai berteriak heboh.

.

.

.

Sesuai peraturan. Yang kalah mendapatkan hukuman, saat ini Noah baru saja keluar dari toilet setelah mengganti jaketnya. 

“Wah, wah! Kau sangat tampan!” puji Hari mengacungkan jempolnya.

Ya! Pria itu kini mengenakan sebuah jaket orange, topi orange beserta kacamata bundar berukuran kecil yang sudah ia pakai. Wajahnya pasrah dan malu ketika Hari memberinya sebuah hukuman seperti itu. Malang sekali! 

“Kau puas?” kesal Noah meraih kasar jaket hitam serta kacamata hitamnya dari tangan Hari.

Hari menggeleng dan tersenyum jail. “Masih belum!” balasnya.

“Apa lagi?”

“Untuk merayakannya, kita harus berdiri dan mengabdikan momen ini!” tanpa menunggu jawaban Noah, Hari langsung saja meraih lengan kekar Noah dan menariknya menuju foto box. 

Saat berjalan menuju tempat foto, tak sengaja Noah melihat sebuah poster besar dengan foto seorang wanita cantik yang dia kenal, juga akhir-akhir ini ia pikirkan. 

Langkah Noah berhenti, mengamati setiap inci wajah wanita yang ada di poster tersebut. Mulai dari rambut pendeknya, mata indahnya, kulit putih, hidung runcing serta bibir merah mudanya. 

Tatapan Noah menjadi sendu saat melihatnya, tiba-tiba sebuah tangan mengusap lembut punggungnya. “Tidak apa, masih banyak perempuan yang mau bersama mu.” Ujar Hari mencoba menenangkan pria itu.

“Maksud mu?”

“Hffuuu! Pria seperti mu tidak akan bisa bersama model cantik seperti Sakura Kato.” entahlah, ucapan Hari mengejek atau berusaha menyadarkan Noah. 

Malas meladeni wanita aneh seperti istrinya, Noah memilih pergi saja daripada berdebat lebih panjang. Meskipun dia sebenarnya bisa mendapatkan wanita yang dia inginkan, hanya saja si Clarissa itu tak tahu dan terlalu polos.

Melihat kepergian Noah dengan wajah masam, Hari tertawa kecil sampai...

-'Sakura?' pikir Hari langsung menoleh ke poster tersebut. 

Tawanya menjadi sirna saat mengamati poster bergambar model cantik <> nama depannya itu sama dengan yang ada di cincin. Alis Hari mulai berkerut seakan memikirkan hal yang sama.

“Hanya kebetulan! Tidak mungkin pria gila itu mendapatkan wanita sepertinya!” berjalan pergi menghampiri Noah.

Mereka berdua langsung segera masuk dan melakukan foto box di dalam ruangan berbentuk box tinggi. “Harus tersenyum!”

Ckrek! 

...***...

Berada di rumah lebih mengasikan daripada di luar rumah yang selalu ricuh orang. Noah baru saja selesai mandi di kamar mandi luar, berhubungan kamar mandi dalam masih di pakai Hari, ia tak mau menunggu lama. 

Kini, pria berkaos hitam dengan training abu-abu itu berdiri di pintu lemari pakaian yang terbuka. Ia meraih fotonya bersama Sakura, mengamatinya sejenak sampai dia tersadar bahwa tangan kirinya juga membawa sebuah foto berukuran keci— foto dia dengan jaket orange bersama wanita berponi yang berpose menjulurkan lidahnya.

Noah tersenyum melihat fotonya bersama Hari, seolah kenangannya bersama Hari lebih lucu di banding bersama sang kekasihnya.

“Dasar konyol!” gumam Noah sembari memasukkan foto kecil tadi di dalam dompetnya. 

Ceklek! Suara pintu terbuka menandakan bahwa Hari sudah selesai mandi, buru-buru Noah meletakkan dompetnya kembali serta menutup lemari, berbalik ke arah Hari yang kini terlihat segar di matanya. 

Kaos kelombor warna abu-abu bergambar lengkungan dua mata tepat di dua gundukan Hari (◠.◠), memperlihatkan leher serta tulang selangka wanita cantik itu, juga celana pendek hitam memperlihatkan paha putih nan mulusnya.

Aroma Hari menyeruak masuk ke lubang hidungnya. Noah masih menatap mulai dari kepala sampai kaki, dia terpesona? Apa? Iya!. 

Sementara Hari menatap heran pria itu sambil mengurai Surai panjangnya yang tak ikut basah, berjalan melewati Noah menuju meja rias. 

Saat Hari melewatinya, Noah memejamkan matanya dengan senyuman konyol mencoba menghirup lebih dalam aroma wanita itu. Sudah berapa Minggu dia tak bermain dengan seorang wanita? Semenjak menikah, Noah sudah tak pernah bermain intim lagi dengan wanita bayarannya. Apa dia ingin mencicipi istrinya sendiri?

“Senyumanmu konyol sekali. Jangan membuatku merinding!” tegur Hari menyadarkan Noah kembali.

“Kau tidak takut memakai celana pendek di depanku?” pertanyaan ngasal Noah tersenyum nakal. 

“Kenapa harus takut dengan pria seperti mu." Remeh Hari melipat kedua tangannya di depan dada.

Tanpa menjawab, Noah malah berjalan mendekati Hari yang sudah terlihat panik.

“Kau mau apa? Jangan macam-macam.” Tegur wanita cantik itu saat jarak Noah sudah sangat dekat bahkan dia tak bisa menghindar karena terpepet dengan meja rias. 

Tangan Noah mulai bergerak meraih pinggang Hari lalu menariknya sehingga tubuh mereka berdempetan, tangan lainnya menyelipkan rambut Hari ke belakang telinga membuat kulit wanita itu meremang. 

“Aku bisa saja meminta hak ku!” 

Dua bola mata Hari membulat, pipinya merona ketika Noah mengatakan seperti itu lalu menyeringai licik. 

Seakan masuk dalam lingkaran setan, Hari tak bisa berkutik. 

Ting-tong! 

Suara bel pintu utama berbunyi membuyarkan semuanya. 

Deg! Noah langsung teringat akan kakeknya. 

“Kakek!” ucap bersamaan Noah dan Hari yang saling menatap dengan panik.

...🛫📍🛬...