NovelToon NovelToon
Jerat Pesona Duda Beranak 1

Jerat Pesona Duda Beranak 1

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Romansa
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Banggultom Gultom

Melissa Permata Sari, gadis muda yang nekat menjual keperawanannya demi melunasi utang keluarganya sebesar 150 juta. Di hotel tempat "transaksi" berlangsung, ia justru bertemu Adrian Sutil, pria tampan dan kaya yang bukan mencari kesenangan, melainkan seorang pengasuh untuk putrinya yang berusia tiga bulan.

Adrian memberikan penawaran tak biasa: jika Melissa berhasil membuat putrinya nyaman, separuh utang keluarganya akan lunas. Namun, ada satu masalah—Melissa belum bisa memberikan ASI karena ia masih perawan. Meski sempat ragu, Adrian akhirnya menerima Melissa sebagai pengasuh, dengan satu syarat tambahan yang mengubah segalanya: jika ingin melunasi seluruh utang, Melissa harus menjadi lebih dari sekadar pengasuh.

Bagaimana Melissa menghadapi dilema ini? Akankah ia menyerahkan harga dirinya demi keluarga, atau justru menemukan jalan lain untuk bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banggultom Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Ya, di sini lah tempat mereka berpijak. Sebuah rumah kecil sederhana yang hanya disinggahi seorang pria paruh baya.

Pertama kali, Adrian menuruti permintaan wanita hamilnya. Terlebih Melissa beralasan jika permintaan itu adalah sebuah keinginan anaknya. Namun, pria itu masih menjadi pecundang karena di saat Melissa menghampiri ayahnya ia justru terdiam menunggu di dalam mobil.

Sementara itu kondisi di dalam rumah."Kenapa gak pulang-pulang, Nak?" tanya Harto, sang ayah.

"Maafin Melissa ya Ayah ... Melissa harus bayar hutang kita. Mungkin sekitar satu tahunan. Ayah gak apa-apa 'kan Melissa bekerja?"

"Iya iya, gak apa-apa, tapi kenapa anak Ayah nangis? Ayah jadi cemas kamu ada apa-apa di tempat kerja." Harto merengkuh putri semata wayangnya saat ia melihat Melissa menangis.

"Enggak ada apa-apa Ayah, Melissa cuma kangen sama Ayah. Berapa bulan Melissa gak pulang!"

"Gak apa-apa, Nak. Ayah baik-baik aja di sini!"

Kesedihan Melissa terlihat saat di mana ia melihat ayahnya yang hidup seorang diri tanpa siapa pun.

Biasanya ia yang mengurus, memasaki, dan membantu berkebun.

Ingatannya kembali hadir kala ia memutuskan untuk menjadi seorang pelacur karena muak ditagih oleh para debt colector setiap hari. Namun, nahasnya yang dipertemukan Tuhan adalah seorang Adrian yang lagi-lagi membuatnya menyesal menerima keadaan.

"Abang ke mana, Yah?"

"Abangmu gak pulang-pulang, Ayah gak tau dia masih hidup atau enggak. Anak itu berantakan!"

"Bahkan hidup aku lebih semrawut daripada abang ayah.Entahlah kalau nanti ayah tau, aku pasti ngecewain ayah," batin Melissa.

"Ayah senang kamu kerja jadi gemukkan gini. Semoga kamu bahagia, tapi Ayah gak maksa kamu lanjut atau enggak. Sekiranya sudah gak nyaman berhenti aja!" ujar sang Ayah.

Sontak Melissa melihat ke arah perutnya. Nyawa di dalam sanalah yang membuatnya tambah berisi.

Bagi sebagian orang, badan berisi adalah tanda kebahagiaan dalam hidupnya. Namun, Melissa justru mempunyai alasan mengapa mendapatkan penaikan badan seperti itu.

"Melissa masih nyaman, Ayah!" balasnya. Hewan pun tahu jika wanita itu tengah berbohong.

Sementara di dalam mobil. Kaki Adrian terus bergerak tak bisa diam, bahkan sampai menendang apa saja yang ada. Sesekali ia keluar, tetapi kembali masuk lagi dengan perasaan gelisah.

"Lama sekali. Apa dia ada niat kabur? Astaga...." Sekali lagi Adrian berdecak tak karuan karena kekhawatirannya yang terus melanda.

Ketika melihat wanitanya tengah berjalan ke arah mobil, senyumannya mengembang, rasa ingin marah pun hilang. Namun, saat itu ia melihat ada air mata yang tersisa di bawah mata perempuan tersebut.

"Ada apa, Melissa?"

Wanita itu menggeleng, tetap fokus menatap ke arah depan. Adrian pun tidak banyak bertanya lagi, ia segera melajukan kendaraannya. Sepanjang perjalanan pandangan Melissa terlihat kosong, beberapa kali Adrian menolehnya. Hening, tidak ada satupun kata yang dikeluarkan.

Adrian menduga jika pertemuannya dengan sang ayah terjadi sesuatu.

"Mau ke mana lagi setelah ini, aku sedang off beberapa hari ke kantor. Mungkin kamu bisa memintaku ke mana pun kamu mau!"

Tidak ada sahutan, tatapan wanita hamilnya tetap lurus ke depan. Lantas, dirinya pun merasa bersalah. "Melissa, apa aku melakukan kesalahan?"

Melissa justru menangis sendu dengan menangkup wajahnya sambil menunduk. "Andai aku gak hamil anak ini, aku pasti bisa mengurus ayah!!"

Seketika pandangan Adrian nanar. Rupanya perempuan itu kambuh. "Aku bisa mengantarmu kapan pun jika ingin berkunjung!"

Melissa menatap nyalang ke arah wajah Adrian sampai matanya memerah. Semburat kemarahan terlihat di wajahnya. "Itu karena kamu merasa bersalah, 'kan? Aku nyesel kita bertemu di hotel waktu itu!"

Adrian melihat kondisi mulai tak kondusif, ia pun memarkirkan mobilnya di tempat yang aman dan sepi. Pria itu akan menangani mood wanita hamil ini. Padahal, saat pergi tadi ia sempat tertawa-tawa.

"Tenanglah. Aku tau ada sesuatu yang membuatmu seperti ini. Katakan apa keinginanmu?"

Adrian berusaha menenangkan. Namun, Melissa sudah terlanjur mengamuk. Di dalam mobil, perempuan itu memukul apa saja yang dirasanya cukup memuaskan hati.

Adrian berusaha membawanya ke dalam pelukan. Ia memindahkan wanita itu untuk duduk di pangkuan, semata-mata hanya ingin mengendalikan emosinya. Namun saat itu Adrian harus menahan sabar saat Melissa memukuli tubuhnya dengan bertubi-tubi.

"Kenapa kita harus ketemu? Kenapa? Menyebalkan! Aku lebih baik hamil sama kambing daripada sama kamu! Argghhh!"

"Akhh!" Nyeri dan menusuk tiba-tiba terasa. Adrian memejamkan mata saat Melissa menggigit dada bidangnya sebagai luapan rasa kesal.

Kini, ia menunduk bertepatan saat Melissa mendongak menatapnya juga. Seketika wajah imut dengan mata bulat itu tampak seperti bayi yang sedang menangis. Bukannya marah, Adrian justru merasa gemas. Hidung mancung Melissa terlihat memerah seperti tomat.

"Apa sudah puas?" tanyanya. Adrian membuka lebar-lebar dadanya, seakan menyediakan tempat untuk Melissa melampiaskan amarahnya lagi.

"Hmm, sudah!" Melissa beranjak dari pangkuannya, lalu kembali ke posisi awal. Seketika keadaan normal lagi. Namun, itu cukup membuat Adrian terkekeh.

Hormon kehamilan dari gadis yang ia perkosa itu ternyata cukup unik, dan tentunya sudah pernah ia alami saat kehamilan mendiang istrinya dulu.

"Mau ke mana lagi?"

"Pulang!"

Adrian bergerak melajukan mobilnya. Sampai ia sibuk mengendarai, tak terasa perempuan yang habis misuh-misuh itu tertidur pulas.Mungkin karena terlalu lelah berperang dengan suasana hatinya yang tidak jelas.

***

Malam hari. Setiap mau tidur Melissa selalu dimanjakan dulu oleh kedua pengasuhnya. Meski kerap menolak, Melissapi perintah dari Adrian membuat mereka memaksa.

Sejujurnya, Melissa cukup menikmati fasilitas yang ada di rumah ini, bahkan dari yang tak pernah bisa ia dapat kini banyak yang sudah ia rasakan, hanya saja Melissa masih berlawanan dengan perasaan menyesalnya.

"Malam!"

Sesosok pria datang dengan membawakan segelas susu ibu hamil. Hal yang merupakan rutinitas yang selalu ia lakukan, sebelum Melissa tidur.

"Malam, Pak!" balas Yani dan Sasa. Mereka mengundurkan diri, kegiatannya pun sudah selesai.

"Nona, kalau butuh sesuatu panggil kita ya!" ucap Sasa.

"Makasih ya, Mbak!" jawab Melissa.

Kini, Adrian menyerahkan minuman berwarna putih pekat itu kepada wanita yang dihamilinya.

"Gak mau!"

"Sedikit aja!"

"Kalau mual lagi gimana?"

"Ya sudah muntahi!"

"Gak mau, Mas!"

Adrian menghela napas, menahan sabar. "Mana janjimu mau merawat anak kita sama-sama?"

"Anak kamu aja, bukan anak aku!" pungkas Melissa. Meskipun sakit didengar, tetapi masih dimaklumkan oleh Adrian." Lagipula Mas, kamu sudah ada anak kenapa masih berharap anak ini? Bukankah ini pasti nambah beban?"

"Buatku yang memiliki banyak uang, mendapat anak adalah anugrah, bukan beban. Mungkin itu cuma pemikiran orang miskin!"cetus Adrian. "Bibit-bibit yang aku tanam kelak dia yang meneruskan usahaku!"

Melissa terdiam mendengar penuturan laki-laki yang menodainya. Pantas ia rasa jika Adrian sangat overprotektif pada kehamilan ini.

"Bagaimana kalau nanti aku mau anak ini, dan aku bawa pulang setelah lahir!"

"Kamu harus melahirkan anak lagi sebagai pengganti uang yang sudah kukeluarkan!"

Melissa meneguk salivanya dengan susah. Sekali hamil saja sudah cukup membuatnya hampir gila, bagaimana bisa ia kembali hamil hanya untuk membayar hutang?

"Bahkan aku ada niat gak mau hamil lagi setelah ngerasain nikmatnya morning sickness, mood gak jelas, apalagi hormon kehamilan ini," batin Melissa.

"Tetap aja aku gak mau minum susu, kamu aja!" Melissa seakan meninggalkan pembahasan. Ia membuang muka tanda penolakan.

Adrian mendekati, lalu ia tersenyum. Jika lesung pipi itu terlihat, perasaan Melissa mulai tidak enak. "Kamu mau minum sendiri, atau mau minum lewat mulut saya ?"

Bersambung ~

1
Sarita
sabar Adrian nanti juga lama" bucin tuh si melisa
S.gultom
karya yang bagus🙏
codefive_
Teruskaaaan👍🏻
codefive_
Semangat ya kak utk novelnya, lanjutkaan👍🏻
codefive_
Saran ya kak, untuk koma jangan ditengah. Bisa spt ini “tenang melissa, ngangkang dikit abis itu kabur!”
codefive_: Samasama, yuk gantian support karya terbaru ku🥰
S.gultom: makasih sarannya kak 🙏
total 2 replies
Little Sister
ceritanya seruuu, semangat yaaa/Determined/
♐EP𒈑⃟⃞𐦉CintaAfya𒈑⃟⃞🦅💞
kk mampir di sini dan simpan di favorite nnti baca
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!