Melissa Permata Sari, gadis muda yang nekat menjual keperawanannya demi melunasi utang keluarganya sebesar 150 juta. Di hotel tempat "transaksi" berlangsung, ia justru bertemu Adrian Sutil, pria tampan dan kaya yang bukan mencari kesenangan, melainkan seorang pengasuh untuk putrinya yang berusia tiga bulan.
Adrian memberikan penawaran tak biasa: jika Melissa berhasil membuat putrinya nyaman, separuh utang keluarganya akan lunas. Namun, ada satu masalah—Melissa belum bisa memberikan ASI karena ia masih perawan. Meski sempat ragu, Adrian akhirnya menerima Melissa sebagai pengasuh, dengan satu syarat tambahan yang mengubah segalanya: jika ingin melunasi seluruh utang, Melissa harus menjadi lebih dari sekadar pengasuh.
Bagaimana Melissa menghadapi dilema ini? Akankah ia menyerahkan harga dirinya demi keluarga, atau justru menemukan jalan lain untuk bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banggultom Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
"Oh astaga ke mana wanitaku ini? Sudah melewati batas jam makan siangku. Lihat nanti apa hukuman yang nikmat untuknya!"
Adrian terus menggerutu karena di jam segini belum ada tanda-tanda wanita hamilnya datang, bahkan sudah berulang kali menghubungi. Yang menyupiri Melissa pun tak bisa ditelepon. Mendengar kabar dari orang rumah, sudah lama perempuan itu berangkat.
"Oh astaga, ada apa ini sebenarnya? Ke mana mereka?" Adrian mulai kesal. Bukan hanya sebab perut yang sudah sangat lapar, tetapi juga ada rasa kekhawatirannya.
Pria itu mondar-mandir gelisah. Namun, berusaha untuk tenang. Ia duduk kembali, lalu menahan napas dengan mata yang terpejam. Adrian berharap ada ketenangan, tetapi saat mengingat ada bayinya yang sedang dikandut-kandut Melissa, ia kembali kelimpungan.
"Astaga!" Akhirnya pria tersebut bangkit lagi dari posisi duduknya dengan perasaan amarah yang besar. Itu semua tercipta karena rasa cemasnya.
"Chan, ke ruanganku segera!"
***
Sementara itu ....
"Tolong ... Tolo-empphh!"
"Percuma Nona, tidak akan ada yang mendengar. Ikuti saja, daripada anak tuanku mati terkena benda ini!"
Laksa tengah membekap mulut Melissa yang dirasanya sangat berisik. Namun, Melissa membelalakkan kala melihat benda tajam yang ditunjukkan oleh bodyguard itu.
"Benar kata Andres. Kamu memakai topeng, Laksa. Kamu kejam, dan tidak tau diri!"
Plak!
"Arkkh sakit!"
Suara tamparan terdengar keras. Seketika, pipi mulus itu nan putih itu memerah. Tidak bisa dibayangkan, wanita yang dijaga sangat rapih oleh Adrian kini dihina dan disiksa oleh bodyguardnya sendiri. Untuk keselamatan si ibu hamil pun masih menjadi pertanyaan. Pasalnya tempat tersebut jauh sekali dari orang-orang.
"Kenapa? Baru menyangka?
Aku membenci tuanku itu, Nona.
Dia yang menghancurkan keluargaku. Maka sekarang aku akan menghancurkan wanitanya.
Balas dendam yang apik bukan?"
Ya, cukup tak disangka. Perlakuan Laksa sebelumnya sangat tidak menunjukkan kepribadian seperti ini, bahkan Melissa sampai menyangkal ucapan kekasihnya waktu itu. Ia mengira Andres tidak benar, Laksa tidak sejahat itu. Namun, nyatanya sekarang?
"Kenapa harus aku?"
Kondisi saat ini Melissa terlihat sangat mengenaskan. Dia sudah tidak lagi memakai apa-apa, tangannya diikat hingga di ke-ataskan. Perutnya yang mungil menjadi tontonan lezat untuk Laksa. Di dalam mobil itu Melissa dilucuti sampai tak memakai ара-ара.
"Bisa saja aku menghancurkan keluarganya Nona, tapi aku rasa saat ini kamu lah yang lebih penting dari keluarganya. Selain itu, aku juga menyukaimu Nona, bahkan sebelum Andres aku sudah lebih dulu melihatmu!"
"Jijik, cuih. Manusia biadab!"
Laksa justru tersenyum seperti merasa tertantang. Kemudian, ia justru mengambil lakban untuk menutupi mulut cantik Melissa.
"Ehmmm, mmppphh!" Melissa kelojotan saat tidak bisa apa-apa lagi. Untuk bergerak sedikit pun rasanya tidak mampu. Badannya sudah hina karena dinikmati mata pria itu, terlebih saat melihat Laksa yang sudah bergerak membuka pakaiannya sendiri.
"Aku lebih menyukai ibu hamil, untuk bercinta!"
Air mata Melissa sudah tak terhitung lagi berapa banyak yang keluar. Ia hanya berharap ada keajaiban untuk bisa melanjutkan hidup, jika pun tidak ada maka mati dan pasrah lah pilihan terakhirnya.
"Mas Adrian aku mohon datanglah, selamatkan anak kita Mas...."
Ya, hanya mampu terlontar dalam hati. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan oleh Melissa selain menyerah dan pasrah.
Melihat makanan yang berserak tumpah ruah di bawah pun sungguh menyayat hati.
Seharusnya saat ini ia sudah menyuapi Adrian.
"Maafin aku Mas, kamu pasti sudah lapar," batin Melissa.
Saat ini ia harus menahan jijik saat lidah Laksa tampak lihai memainkan setiap inci tubuhnya.
Mungkin jika pun diberikan kesempatan untuk tetap hidup, Melissa akan sangat sulit membersihkan noda-noda haram itu.
"Anda terlihat jauh lebih cantik jika seperti ini."
Melissa melengos saat Laksa mulai membuka ikat pinggangnya menggunakan satu tangan, sebab tangan sebelah ia gunakan untuk menahan tangan Melissa yang terikat di atas.
"Bersiaplah, akanku tambahkan benih di rahimmu!"
Melissa menangis sejadi-jadinya saat mendengar ucapan itu. Ia hanya ingin memberikan seluruh tubuhnya kepada Adrian, tetapi dengan sangat keji pria ini memaksa mengambil milik tuannya.
Saat Laksa bergerak melebar kedua kaki Melissa, saat itulah kehancuran seperti dimulai. Namun, tidak ada petir atau pun hujan, tiba-tiba guntur terdengar menggelegar, seketika seluruh kaca pecah berantakan. Ya, ternyata itu suara peluru yang menembus mobil.
"Sial!" umpat Laksa.
Melissa masih sadar, meski hanya seperempat nyawanya. Saat itu matanya latap-latap melihat semburat cairan merah keluar dari punggung Laksa yang saat ini masih berada di hadapannya.
"Argghhh!" Bodyguard itu meraung, lalu Melissa melihatnya diseret keluar dari mobil.
"Melissa!"
"Emm, mmppfh!" Melissa seakan menjerit melihat wajah penolong yang berada di belakangnya.
Adrian seperti menangis melihat kondisi wanita hamilnya. Sungguh miris, begitu mengenaskan wanita yang ia jaga-jaga justru digeledah dengan tangan kotor dari seorang oknum kejahatan. Hatinya membara, ada amarah yang berkobar.
"Sialan kau Laksa," umpatnya murka.
Adrian membantu memakaikan Melissa baju kembali sebelum perempuan malang itu ia bawa keluar. Saat lakban dan ikatannya terlepas, Melissa menangis kencang.
"Aku kotor, Mas. Aku kotor. Dia jahat!!" Melissa menangis histeris.
Adrian memeluknya penuh emosional, hatinya tersayat melihat wanita yang dicintainya diperlakukan tidak layak dengan bodyguard yang ia anggap sangat baik.
"Maafkan aku, Melissa. Maafkan aku!"
Adrian mulai membawanya dengan cara menggendong perempuan tersebut. Saat mereka keluar, betapa terkejutnya mata Melissa saat Laksa sudah mengenaskan di bawah kerumunan para bodyguard.
"Tuan, ini penghianatmu yang sebenarnya!" ucap Chan menunjuk wajah Laksa menggunakan pistol.
Tatapan benci Adrian tersirat. Pria itu berjalan mendekati bodyguard biadabnya dengan masih menggendong Melissa.
"Apa aku telat memberimu upah, Laksa?" ucap Adrian menekan.
"Kau hanya telat menyadari kesalahanmu, Tuan. Upah banyak darimu tidak bisa mengembalikan nyawa adikku!"
Adrian berpikir sejenak, ia mengingat sesuatu dan lalu menyadarinya. "Itu baru adikmu, bagaimana dengan nyawa orang tuamu nanti?"
Senyuman miring terdapat di bibir koyak Laksa. Seperti sebuah ejekan untuk Adrian. "Bahkan mereka harus mengakhiri hidupnya karena kematian adikku. Aku sangat dendam, tetapi setelah merasakan tubuh wanita hamilmu seketika dendamku lunas!"
"Sialan kau!" Adrian bergerak menendang wajah yang hampir merah karena d*rah itu.
Sementara Melissa yang berada di gendongannya seakan mati rasa, meski ia sadar.
Laksa tersenyum, masih tetap menyunggingkan senyum, meski tubuhnya hampir hancur karena perlakuan anak buah Adrian. Rasa sakit itu seakan tak dirasakan.
"Bawa jantungnya di hadapanku nanti, setelah itu berikan untuk makan hewan!" Adrian berbalik badan. Begitu gagah ia membopong wanitanya pergi.
Punggung kokoh nan lebar itu semakin jauh dari pandangan Laksa, semakin menjauh semakin ia tersenyum.
Dorr!
"Argghhh!"
"Tuan!"
Mereka sama-sama melihat badan Adrian perlahan-lahan tumbang, bahkan ia hampir menjatuhkan tubuh Melissa. Namun, sekuat tenaga pria itu menahan gendongannya agar Melissa tetap berada di rengkuhan.
Ya, peluru dari tangan Laksa berhasil menembus bahunya. Sepertinya karena bodyguard yang mengukung lengah, saat itu pistol salah satu dari mereka yang diselipkan di celana diambil oleh Laksa.
"Sebelum mati, setidaknya kau harus terluka iblis," gumam Laksa. Dan itu merupakan kata terakhir pria tersebut sebelum ia mati di tangan para bodyguard.
"Mas, Adrian, Mas Adrian, bangun. Tolong bantu, aku mohon ...!!!" Melissa berteriak keras, dan saat itu yang menghampirinya adalah Chan.
"Melissa maafkan aku hampir menjatuhkanmu. Apa kamu baik-baik saja?" Masih setengah sadar. Meski punggung terus mengeluarkan cairan merah, Adrian masih sempat-sempatnya menanyakan keadaan Melissa.
Adrian mencium perut Melissa dengan sisa kesadaran yang semakin menipis, lalu ia tersenyum dan berkata, "Semoga aku masih bisa melihat dia lahir ke dunia, nanti!"
"Mas Adrian ....!!!!"
Perempuan hamil tersebut berteriak kencang saat melihat mata laki-laki itu mulai memejam.
Bersambung ~