Hati siapa yang tidak tersakiti bila mengetahui dirinya bukan anak kandung orang tua yang membesarkannya. Apalagi ia baru mengetahui, jika orang tua kandungnya menderita oleh keserakahan keluarga yang selama ini dianggap sebagai keluarganya sendiri.
Awalnya Rahayu menerima saja, karena merasa harus berbalas budi. Tetapi mengetahui mereka menyiksa orang tua kandungnya, Rahayu pun bertekad menghancurkan hidup keluarga yang membesarkannya karena sudah membohongi dirinya dan memberikan penderitaan kepada orang tua kandungnya.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Yuk, simak ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Bab 32
POV Author
Rahayu duduk di gazebo tanpa berbicara sepatah kata pun. Tadinya ia sedang menangis di kamarnya, mengingat apa yang di ucapkan petugas administrasi RSJ tadi kalau data pasien wanita itu merupakan Ibu dari Arumi.
Jika benar dugaan Rahayu selama ini bahwa tertukar, besar kemungkinannya kalau wanita bernama Lilik Rukmana itu adalah Ibunya.
Tapi semua itu masih tebakan yang belum terbukti. Hanya berdasarkan foto yang ia lihat. Bisa saja ia tertukar dengan bayi yang berada di sebelahnya, pikirnya.
Hanya saja firasat dari debaran yang ia rasakan ketika melihat wanita itu, entah mengapa ia merasa wanita tersebut merupakan jawaban atas dugaannya.
"Ada apa?" Tanya Kakek Sugeng dengan lembut kepada Rahayu yang tampak sedih.
"Rahayu bingung Kek."
Kemudian Rahayu pun menceritakan apa yang sudah ia temui bersama Arka di luar kota sana. Semua keganjalan yang ada di hatinya ia keluarkan tanpa ragu. Kebingungannya, firasatnya, dan bukti-bukti serta asumsinya mengenai wanita bernama Lilik. Semua Rahayu curahkan kepada sang Kakek yang mendengarkan dengan seksama.
"Begitu lah Kek. Apa yang harus Ayu lakukan? Ayu benar-benar bingung sekarang."
Kakek Sugeng tampak menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.
"Sabar. Tetap kunjungi orang tuamu seperti biasa. Kumpulkan bukti sebanyak yang kamu bisa sembari kamu fokus kuliah. Kata pepatah bilang, bangkai yang busuk, mau di tutup serapat apapun pasti tetap tercium nantinya. Jika mereka tidak memberi tahumu, itu pasti ada alasannya. Temukan alasan itu." Ujar sang Kakek.
"Iya Kek."
Rahayu sudah terlihat lebih bersemangat dari sebelumnya. Kakek Sugeng pun lega melihat awan mendung di wajah Rahayu perlahan sirna.
***
Beberapa waktu pun berlalu. Mahasiswa sedang masa libur pergantian semester di tahun ajaran baru.
"Aku pasti bakalan kangen sama Kakak. Apa Kakak beneran tidak mau ikut?" Tanya Arumi dengan wajah memelas.
Liburan ini semua anggota keluarganya memutuskan untuk berlibur di Singapore selama 2 minggu.
" Maaf ya, aku punya acara keluarga juga. Kita bisa berkumpul nanti setelah kamu pulang dari Singapore, gimana?"
Meski cemberut, Arumi terpaksa mengangguk sambil memeluk lengan Arka seakan-akan tidak ingin berpisah jauh dari pemuda itu.
Besok rencananya keluarga Arumi akan berlibur ke negara yang memiliki ciri khas maskot Merlion, yaitu makhluk mitos yang berkepala singa dan berbadan ikan yang merupakan lambang kebanggaan dan kekayaan budaya Singapura.
Mendengar kekasih yang tak di anggap itu akan jauh selama 2 minggu, Arka bernapas lega dan tentu saja merasa senang dalam hatinya.
Sudah sebulan ia berpacaran dengan Arumi. Dan selama itu pula batin Arka tersiksa karena harus pura-pura menyukainya.
Hari ini ia terpaksa menemani Arumi seharian karena besok gadis itu sudah berangkat liburan bersama keluarga.
"Ngomong-ngomong Arumi, kenapa kalian tidak mengajak Rahayu. Bukankah dia masih bagian keluarga kalian juga?" Tanya Arka mencoba mengorek.
"Huh, kalau dia ikut yang ada liburan terasa tidak menyenangkan."
"Kenapa?"
"Kakak tanya kenapa? Karena dia sudah lama merebut yang seharusnya jadi milikku. Sekarang aku ingin menikmatinya sendiri."
Arka tidak lagi bertanya. Sudah terlihat jelas kalau gadis di sampingnya itu adalah gadis paling egois yang baru kali ini ia jumpai.
"Kesana yuk Kak!"
Dan hari itu pun di lalui Arka dengan berat hati.
Keesokan harinya.
Pagi-pagi sekali Arumi sekeluarga berangkat menuju bandara. Dan tanpa sepengetahuan mereka pagi-pagi buta pun, 2 orang menyelinap masuk ke rumah Warsih yang kosong di tinggal penghuninya.
Rumah warsih yang jauh dari tetangga sekitar memudahkan aksi 2 orang tersebut tanpa di ketahui oleh warga sekitar. Mereka memeriksa semua kamar bahkan sampai ke gudang belakang.
"Astagfirullahal'adzim...!"
Cekrek! Cekrek! Cekrek!
Dan betapa terkejutnya mereka ketika melihat kondisi dalam gudang tersebut. Bau pengap bercampur makanan basi memenuhi ruangan tersebut. Belum lagi penampilan seorang wanita dengan baju kumuh dan terdapat luka beberapa bagian tubuhnya. Wanita itu terlihat pucat dan tidak berdaya. Bahkan hanya melihat orang itu dengan mata sendu dan pasrah tak berdaya.
"Aku tak hubungi Malik suruh siap-siap, sampeyan nggowo wong wadon kui, gendong sek yo."
"Sampean urus pintu."
"Iyo."
"Permisi ya Bu, maaf saya angkat dulu."
Salah satu pria mengangkat tubuh wanita tersebut yang ternyata begitu ringan baginya. Sedang pria lain memudahkan aksesnya dan menutupi jejak kehadiran mereka.
"Lik, buru Lik!" Ujar salah satu pria menelpon pria di seberangnya."
Begitu pintu rumah terbuka, sebuah mobil Van hitam berhenti di depan pintu rumah tersebut dan pintu mobil pun terbuka lebar. Lalu pria yang menggendong wanita tersebut buru-buru masuk ke dalam mobil. Sedangkan pria satunya menutup rapat kembali pintu rumah warsih.
Aksi mereka begitu cepat dan tidak berisik, sehingga tidak ada seorang warga yang menyadari telah terjadi penculikan di rumah warsih.
Ya, wanita itu adalah Lilik Rukmana, pasien RSJ yang di rawat di rumah warsih. Tetapi melihat dari keadaan fisiknya sekarang, sepertinya wanita itu tidak pernah dirawat secara baik-baik. Melainkan siksaan dan penganiayaan yang ia dapatkan.
Lilik di bawa oleh tiga pria berbaju hitam dan menggunakan masker serta topi kupluk hitam. Setelah menjauh 3 Kilometer, pakai yang mereka gunakan untuk beraksi mereka bakar di pinggiran jalan. Plat mobil yang merupakan plat samaran mereka cabut dan mereka ganti dengan plat samaran yang lain. Sedangkan yang tadi mereka bakar beserta pakaian mereka. Semua itu mereka lakukan untuk menghilangkan jejak.
Tidak ada yang curiga atas perbuatan mereka karena mereka tidak hanya membakar pakaian dan plat mobil saja melainkan mereka juga membakar sampah-sampah sekitar serta rumput-rumput yang kering.
Orang-orang yang berlalu lalang hanya mengira mereka sedang melakukan gotong royong di sekitar.
Sampah-sampah tersebut cepat terbakar karena mereka menggunakan sedikit bahan bakar. Setelah dirasa barang bukti mereka sudah tidak lagi terlihat, mereka pun melanjutkan perjalanan ke rumah tujuan.
Rupanya mereka membawa Lilik ke sebuah rumah yang tidak berada jauh dari kawasan perumahan elit yang ditinggali oleh kakek Sugeng. Rumah itu adalah rumah lain milik Kakek Sugeng yang sudah lama tidak ia gunakan tetapi tetap terawat karena ada asisten rumah tangga yang tinggal di sana.
Semua bekerja sesuai arahan Kakek Sugeng. Lilik Rukmana segera dibersihkan dan diberi pengobatan oleh dokter pribadi Kakek Sugeng yang sudah lama bekerja padanya. Makanan begizi disiapkan. Bahkan tubuhnya pun dikenakan pakaian yang lembut dan nyaman digunakan. Barulah wajah Lilik terlihat sedikit cerah meski ia tertidur setelah makan.
"Wes kelar tugas kita. Aku tak laporan dulu sama Bos."
"Aku muleh sek yo. Sampeyan transfer saja bagian ku."
"Iyo. Aku pun arep muleh."
Pria-pria tadi pun pulang ke rumah masing-masing. Rumah yang kini di tinggali oleh Lilik Rukmana di jaga ketat oleh beberapa orang suruhan Kakek Sugeng yang lain. Setiap penjuru rumah dan ruangan di pasangi CCTV yang bisa pantau dari jarak jauh. Seorang ART (asisten rumah tangga) di percayakan membersihkan rumah serta memasak disana untuk menemani Lilik.
Bersambung...
Jangan lupa like dan komen ya, terima kasih 🙏😊