NovelToon NovelToon
3 IMPIAN

3 IMPIAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Duda / Mengubah Takdir / Chicklit
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Lel

Tiga gadis desa yang memiliki pemikiran sama, tidak mau menikah muda layaknya gadis desa pada umumnya. Mereka sepakat membuat rencana hidup untuk mengubah citra gadis desa yang hanya bisa masak, macak dan manak di usia muda, menjadi perempuan pintar, santun, dan mandiri.

Nayratih, dan Pratiwi terlahir dari keluarga berada, yang tak ingin anak mereka menikah muda. Kedua orang tua mereka sudah berencana menyekolahkan ke luar kota. Terlebih Nayratih dan Pratiwi dianugerahi otak encer, sehingga peluang untuk mewujudkan citra perempuan desa yang baru terbuka lebar.

Tapi tidak dengan, Mina, gadis manis ini tidak mendapat dukungan keluarga untuk sekolah lebih tinggi, cukup SMA saja, dan orang tuanya sudah menyiapkan calon suami untuk Mina.

Bagaimana perjuangan ketiga gadis itu mewujudkan rencana hidup yang mereka impikan? ikuti kisah mereka dalam novel ini.
Siapkan tisu maupun camilan.
Selamat membaca

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PELAMAR

"Cantik banget, sumpah!" ucap Tiwi saat melihat Mina bersiap berangkat melamar kerja mengenakan outfit yang sudah disiapkan tadi malam.

Mina bingung, mengakui juga bahwa dirinya tampak berbeda, lebih cantik dari biasanya. Benar kata orang ya, cantik itu butuh modal. "Kayak cici cici," lanjut Tiwi memuji untuk kesekian kalinya.

"Nanti kalau aku udah gajian, aku traktir, Wi!"

"Gampang! Dah segera berangkat, jangan lupa banyak berdoa! Ayo aku antar cari angkot!"

Mina tertawa ngakak, "Outfit elit, transportasi sulit," ujarnya sedikit miris. Penampilannya sempurna harus naik angkot.

"Ojol aja deh kayaknya! Motor juga gak papa!"

"Oh iya mending ojol ya!"

"Yuk!" Mina pun segera memesan ojol, beruntung dia berangkat bukan jam sibuk, tak butuh waktu lama ia sudah dijemput di depan kos.

"Semoga sukses, Min!" ucap Bu Dyah yang ikut mengantar, saat sarapan di rumah ibu kos tadi, Mina sempat mengutarakan kegiatannya pagi ini. Seperti dugaan, Mina, Bu Dyah sangat senang, karena Mina bisa melamar pekerjaan, ah beruntungnya Tiwi memiliki orang tua yang sangat positif. Sekali lagi Mina dibuat haru oleh orang lain. Ia pun bersalaman, meminta restu pada Bu Dyah dan Bu Kos, sebagai pengganti orang tuanya, semoga ia mendapat kelancaran dan diterima, meski hanya sebatas pelayan toko.

"Hati-hati, Min!" ucap Tiwi yang paling semangat, bahkan sampai melambaikan tangan saat ojol mulai berangkat.

Mina tak membawa berkas apapun karena ijazah SMA belum keluar, ia hanya membawa ktp saja. Pikirannya hanya satu, kalau memang rizekinya jadi pelayan toko, maka tanpa ijazah ia akan diterima.

Sebelum pukul 10, Mina sudah datang di depan toko. Mbak-mbak yang kemarin bertemu Mina tanpa takjub dengan penampilan Mina, bahkan keduanya saling pandang, penampilan Mina seperti bos ketimbang pelamar kerja.

"Wah, cantiknya!" ujar Fitri, salah satu pelayan toko yang sudah dikenal Mina kemarin. Mina hanya mengucap terimkasih.

Mina pun dikenalkan dengan beberapa karyawan toko lainnya, mereka tampak ramah semua. Mina berharap rasa kekeluargaan ada di toko ini. Pelamar kerja tak terlalu banyak, ada 5 orang yang datang. Memang persyaratannya agak memberatkan, karena pelamar yang diterima akan menempati ruko ini. Kebayangkan kalau ada apa-apa dengan ruko, mereka yang menempati tentu memiliki tanggung jawab lebih dan resiko lebih besar seperti pencurian maupun kebakaran.

Benar saja, setelah wawancara dengan pemilik toko, yang diterima hanya ada 2 yakni Mina dan Novi, mereka yang bersedia tidur di ruko, dan mulai besok keduanya sudah bisa bergabung dengan teman toko lainnya.

Dilihat dari penampilannya, Mina memang paling kecil dan paling muda. Novi teman seangkatan Mina ternyata seorang janda tanpa anak.

Hari itu Mina dan Novi dipersilahkan untuk melihat kegiatan di toko agar keduanya memiliki gambaran bagaimana melayani customer. Beruntungnya lagi, pemilik toko, Bu Tyas sangat ramah dan baik hati. Beliau tak segan mengajak bicara Novi dan Mina agar tak canggung.

Menjelang isya, Mina sampai ke kos Tiwi. Seperti biasa, sang sahabat sudah menunggu cerita. "Gimana?"

"Sabar napa, Wi! Aku makan dulu!" ucap Mina sambil menyeduh pop mie.

"Kelihatannya sih kabar baik?" tebak Tiwi yang intens memperhatikan gerak-gerik Mina.

Gadis itu mengangguk dan tersenyum, sembari makan mie Mina sempat memeluk Tiwi sebentar sembari mengucap terimakasih.

"Alhamdulillah banget, mulai besok aku sudah bisa kerja, Wi!" ucapnya riang.

"Wah, selamat!"

"Terimakasih. Asli sih, aku tadi udah yakin banget diterima, soal outfit aja aku udah percaya bahwa toko roti itu adalah tempatku mengais rizeki."

Tiwi mengangguk dan tersenyum, turut bahagia melihat sang sahabat bersikap sangat tangguh melanjutkan hidup jauh dari orang tua. "Aku ikut senang, Min!"

"Oh, mulai besok kemungkinan aku udah gak tidur di sini, Wi!"

"Terus kamu tidur mana?" tanya Tiwi khawatir, karena Bu Kos mengizinkan Mina tidur sekamar dengan Tiwi.

"Tidur di ruko, jadi.." Mina menceritakan syarat diterima jadi karyawan di sana, poin penting adalah mau tinggal di ruko tersebut. Jam kerjanya sama saja, sudah ada pembagian tugas dengan jelas antara karyawan, hanya saja resiko dan tanggung jawab karyawan yang tinggal di sana lebih besar.

"Kamu gak pa-pa, Min tinggal di sana?"

Mina menggeleng. "Aku gak mau terus-terusan merepotkan orang, Wi! Aku juga gak boleh bergantung dengan orang lain selain kakiku. Aku berterimakasih sama kamu dan Bu Dyah, sangat membantuku hingga titik ini. Selebihnya insyaAllah aku sudah harus belajar lebih mandiri lagi."

Tiwi pun mengangguk.

"Kalau ada apa-apa jangan sungkan buat cerita, Min!"

"Beres!"

"Kalau gak bisa makan mampir ke sini!"

"Emang ada makanan?"

Tiwi menunjuk dengan dagu, lemari penyimpanan roti dan mi instan yang disediain oleh sang ibu sebelum balik ke rumah. Mina tersenyum. "Kamu juga jangan keseringan makan mi kali, Wi!"

"Kan kamu tahu sendiri aku gak suka mi instan, cuma ibu aja yang khawatir kalau anaknya kelaparan."

"Hem, besok aq berangkat mungkin setelah shubuh."

"Bakalan sendiri dong aku!"

"Lusa kan kamu mulai les bahasa."

"Iya sih. Ngomong-ngomong, toko rotinya laris Min?"

"Laris banget, Wi! Saat kita mampir dulu kan lumayan senggang ya, tapi tadi aku pas lihat situasi sampai sore rame banget, banyak pesanan juga."

"Kamu bagian apa?"

"Pelayan toko. Tugasku mengantar pesanan dan bantu packing roti sih, kalau bikin roti kan aku belum ada keahlian juga."

"Apapun itu selamat deh. Nanti kalau Nay sudah sampai aku kabari soal kamu deh, apa kamu mau telpon dia?" tanya Tiwi yang penasaran kenapa Mina dan Nay seperti ada gap.

Mina tersenyum, lalu menggeleng. "Gak usah, nanti aja kalau Nay sampai, kita kan bisa ngobrol langsung."

"Mina?"

"Iya?"

"Kamu dan Nay, ada masalah?" Tiwi tidak bisa menahan kecurigaannya, apalagi Mina belum punya ponsel, akan kesulitan untuk cerita bila berjauhan.

"Gak ada?" Mina menggeleng.

"Yakin? Aku gak mau kita ada masalah tanpa diselesaikan, dan membuat hubungan kita saling menjauh. Kita hidup dirantau. Kamu dan Nay adalah keluarga terdekat di sini."

"Iya beneran gak ada masalah!"

"Karena orang tua Nay?" tebak Tiwi tak mau menyudahi begitu saja, ia tahu Mina sedang menyembunyikan sesuatu. Entah apa itu.

"Orang tua Nay kenapa?"

"Ck, bisa gak sih jujur aja, Min! aku tuh curiga. Gak biasanya gap kalian begini banget. Dari kemarin aku chat dengan Nay, tak ada tuh dia menanyakan tentang kamu, padahal aku udah pancing gini aku berangkat sama Mina. Dia melewatkan saja chatku itu."

"Aku gak mungkin cerita sekarang!"

Tiwi pun melongo. Fix mereka ada masalah.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!