MATA SAKTI MERUBAH TAKDIR

Kemudian Yolanda melihat ke arah Miranda yang sembari tadi hanya duduk diam saja di Rangga.

"Wah setelah aku mencampakkan mu, kamu sudah mendapatkan wanita baru lagi," ujar Yolanda.

"Sudah aku bilang, ini bukan urusanmu," balas Rangga.

"Sombong sekali kamu, jika bukan dulu kamu begitu perhatian terhadap ku, bahkan kamu rela setiap hari mencuci pakaian ku dan menyemir sepatu, apa kamu pikir aku mau bersama denganmu," ujar Yolanda.

"Kamu bahkan rela kerja paruh waktu hanya karena aku ingin membeli ponsel baru, sejujurnya aku hanya memanfaatkan mu," sambung Yolanda.

"Kamu tidak pantas untuk ku," sambung Yolanda lagi.

Yolanda menceritakan tentang Rangga yang rela melakukan apa saja ketika masih bersama dengannya.

Miranda yang mendengar itu entah mengapa hatinya begitu sangat panas. Tidak di sangka masa lalu Rangga ternyata seperti itu kepada mantannya ini. Miranda juga memutuskan untuk hanya berdiam diri saja.

"Sayang, apakah pria ini adalah mantan pacarmu yang kamu ceritakan?" tanya Diko kepada Yolanda.

"Iya dialah orangnya," jawab Yolanda.

"Tidak di sangka seleramu pria seperti dia," ujar Diko dengan nada menghina.

Diko tampak meremehkan Rangga, namun tidak sadar diri, menganggap dirinya lebih sempurna soal harta, namun fisik bagaikan langit dan bumi.

"Pada saat itu aku sedang buta, untung saja aku sekalian bisa memanfaatkannya untuk menggantikan ku masuk ke penjara," balas Yolanda kepada Diko.

Miranda juga langsung terkejut dan kesal mendengarnya, tidak di sangka bahkan Rangga rela berkorban sejauh itu hingga rela di penjara. Itu menunjukkan betapa Rangga sangat mencintai Yolanda dan yang paling membuat Miranda kesal, dia baru mengetahuinya sekarang.

Kemudian tiba-tiba saja kedua mata Rangga berdenyut sebanyak tiga kali. Seolah mata Rangga memberikan sebuah isyarat untuk menggunakan kekuatannya.

Rangga juga mulai menatap ke arah tubuh Diko. Sekilas cahaya keemasan terlintas di kedua matanya. Pandangan Rangga langsung menembus tubuh Diko dan mendapati ada suatu kejanggalan di tubuhnya.

Kejanggalan itu adalah bahwa Diko ternyata seorang pria yang mandul. Kemandulan itu di sebabkan oleh sebuah benturan yang keras di bagian selangkangannya.

Rangga melihat ke arah perut Yolanda yang sudah membesar karena hamil. Rangga juga langsung menyadari ada kejanggalan di sini.

"Aku tidak menyangka, selain tidak punya hati, ternyata hanyalah wanita rendahan," pikir Rangga.

Rangga juga mulai menunjukkan senyuman di sudut bibirnya. Sembari tadi Yolanda terus mengatai nya, tapi dia tidak malu dengan dirinya sendiri.

"Bro, aku rasa kamu bahkan lebih kasian di bandingkan diriku yang dahulu," ujar Rangga kepada Diko.

"Apa kamu yakin anak yang berada di dalam perutnya itu adalah anakmu, atau kamu telah di selingkuhi dan kamu tidak mengetahuinya?" sambung Rangga.

Seketika Diko dan Yolanda tampak terkejut mendengarnya.

"Sialan, apa maksudmu berkata seperti itu," ujar Yolanda kepada Rangga tidak terima dengan tuduhannya.

"Aku rasa kamu masih mencintai ku dan tidak terima aku bersama pria lain, tapi kamu juga tidak seharusnya memfitnahku seperti ini," sambung Yolanda.

Yolanda langsung menyangkalnya, namun wajah Yolanda justru terlihat sedang panik. Yolanda tidak menyangka Rangga akan berkata seperti itu kepada Diko.

"Apa dia mengetahui sesuatu, tidak, aku rasa dia hanya asal bicara saja," pikir Yolanda.

Yolanda berusaha untuk tetap tenang, selama ini dirinya sudah sangat berhati-hati sekali, tidak mungkin ada orang yang mengetahuinya.

"Bocah, kamu jangan bicara sembarangan, tidak mungkin istriku ini mengkhianati ku," ujar Diko tidak terima terhadap ucapan Rangga.

Selama ini hubungannya dan Yolanda begitu sangat baik. Dirinya selalu memberikan apapun yang Yolanda pinta. Jadi tidak mungkin rasanya Yolanda mengkhianati nya.

"Apa kamu tidak tahu bahwa dirimu mandul, lalu bagaimana caranya istrimu ini bisa hamil," balas Rangga.

"Apa?" sontak saja Diko terkejut mendengarnya.

"Beraninya kamu menyumpahiku mandul," ujar Diko sangat marah.

"Seperti dugaanku, kamu tidak tahu bahwa kamu sudah mandul sekarang," ujar Rangga.

"Sebelumnya kondisi mu baik-baik saja, tapi sepertinya kamu pernah mengalami kecelakaan yang hebat, yang mengakibatkan luka di selangkangan mu, sejak saat itu kamu menjadi mandul," sambung Rangga.

Diko juga tampak kaget dan langsung terdiam. Dirinya memang mengalami kecelakaan mobil sebelum menikah dengan Yolanda. Kecelakaan itu mengakibatkan luka yang cukup parah di bagian selangkangannya. Bahkan selangkangannya terkadang sesekali masih terasa sakit.

"Sayang kamu jangan percaya ucapannya, mana mungkin kamu mandul, buktinya aku sedang mengandung anak milikmu," ujar Yolanda merangkul tangan Diko.

"Jika kamu tidak percaya, kamu bisa pergi ke rumah sakit untuk memeriksakannya," ujar Rangga kepada Diko.

Diko juga mulai berpikir, dirinya sudah menikah dengan Yolanda selama beberapa tahun, namun Yolanda baru bisa hamil beberapa bulan lalu. Dirinya juga pernah mengalami kecelakaan dan mendapatkan luka di bagian selangkangannya. Dokter juga pernah mengatakan bahwa kelak akan ada sedikit masalah yang timbul akibat luka di selangkangan nya.

"Sayang, kamu jangan dengarkan dia, dia hanya masih belum bisa menerimanya, aku pernah mencampakkannya, makanya dia berkata sembarangan untuk merusak hubungan kita," ujar Yolanda.

Di sini jelas sekali Yolanda mulai merasa panik. Dirinya tahu betul bahwa anak yang di kandungnya bukanlah anak Diko.

Yolanda tidak tahu bagaimana Rangga bisa mengatakan bahwa Diko mandul, sedangkan dirinya saja tidak tahu. Namun kata-kata Rangga ini sangat berbahaya karena bisa menimbulkan rasa kecurigaan dalam diri Diko.

Yang sebenarnya terjadi, beberapa bulan yang lalu, Yolanda sedang berada di sebuah club malam dan di beri segelas minuman oleh seseorang. Yolanda sama sekali tidak mengenal orang tersebut, namun dirinya tetap meminum habis minuman yang di berikan nya.

Setelah meminum minuman itu, Yolanda merasakan tubuhnya begitu lemas, pandangannya menjadi kabur dan kemudian tidak tahu apa yang terjadi.

Pagi hari Yolanda tersadar dan mendapati dirinya sedang berada di sebuah kamar hotel, dengan tanpa menggunakan sehelai pakaian pun di tubuhnya. Saat itu Yolanda langsung tersadar, bahwa semalam dirinya sudah di lecehkan orang yang tidak di kenalnya.

Sialnya setelah satu bulan kemudian, Yolanda mendapati bahwa kini dirinya tengah hamil. Sontak saja Yolanda begitu sangat ketakutan, hingga akhirnya dia hanya bisa berbohong kepada Diko bahwa itu adalah anaknya.

"Sayang sudahlah, lebih baik kita makan di tempat lain saja," ujar Yolanda kepada Diko menyadari Diko masih diam saja.

Diko kemudian baru mengingat sesuatu, bahwa beberapa bulan yang lalu dirinya pernah memeriksakan kondisi tubuhnya ke sebuah rumah sakit. Hal itu karena Diko merasakan rasa sakit dan nyeri di bagian selangkangannya.

Saat itu ketika dokter hendak membacakan hasil pemeriksaannya, Yolanda menelponnya dan mengatakan bahwa dirinya positif hamil.

Seketika Diko menjadi begitu sangat senang dan dengan buru-buru kembali ke rumah tanpa mendengarkan hasil pemeriksaan yang di bacakan oleh dokter.

"Sayang ayo kita pindah tempat lain saja," ujar Yolanda lagi karena Diko masih tampak diam saja.

Bukannya membalas ucapan Yolanda untuk pindah tempat makan, Diko justru mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Halo," ujar Diko di telepon.

Ternyata orang yang di telpon oleh Diko adalah dokter yang melakukan pemeriksaan terhadap dirinya beberapa bulan yang lalu.

Diko menanyakan hasil pemeriksaan dirinya karena sebelumnya dia belum sempat mengetahuinya.

Dokter itu juga langsung menyampaikan kepada Diko, bahwa dirinya mengalami masalah yang serius pada kejantanannya.

"Apa?" Diko juga langsung terkejut sambil memegangi ponselnya.

"Tuan Diko, untuk ke depan anda kemungkinan tidak mungkin bisa mempunyai anak," ujar dokter di telepon.

Diko kaget bukan main, semua seperti yang di katakan oleh Rangga bahwa dirinya benar-benar mandul. Karena dirinya mandul, sudah jelas sekali anak di dalam perut Yolanda bukanlah anaknya.

"Baik saya mengerti," balas Diko mematikan teleponnya.

"Sayang kamu habis menelpon siapa, aku sudah lapar, aku takut mempengaruhi anak kita yang sedang dalam kandungan, lebih baik kita segera pergi ke tempat lain untuk makan," ujar Yolanda kepada Diko yang baru selesai menelpon.