Tak pernah satu kali pun terlintas dalam kepala seorang Adelia Martha Richard untuk menikah di usia muda, apalagi statusnya yang masih seorang pelajar. Namun semua itu terjadi karena sebuah kesalahpahaman yang melibatkan dirinya dan seorang siswa yang sering membuat onar dan masalah di sekolahnya, yaitu Ansel Jonathan Gevariel. Keduanya dipaksa untuk menikah dan menjalani pernikahan rahasia hingga hari kelulusan.
Pernikahan itu menarik masuk Adelia ke dalam kehidupan Ansel yang ternyata sangat rumit. Banyak sekali hal yang baru gadis itu ketahui di balik diri Ansel yang selama ini terkenal sebagai berandal dan pembuat onar.
***
" Demi apapun, aku tidak sudi menjadi istri dari pembuat onar seperti dia " ~ Adelia.
" Dan aku juga tidak sudi memiliki istri sepertimu, gadis yang sangat cerewet dan ceroboh " ~ Ansel.
***
IG: gadis_taurus15
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Taurus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Memutuskan Hubungan
Selesai sarapan, semua orang pergi untuk melakukan kegiatan masing-masing, tinggallah Ansel dan Adelia serta para pelayan saja di rumah itu. Daddy Leon dan Mommy Yeni pergi mengantar Opa Axcel dan Oma Rita serta Kakek Yendi dan Nenek Yosi ke bandara untuk kembali ke Surabaya. Mungkin setelah itu, Daddy Leon akan langsung pergi ke perusahaan untuk bekerja dan Mommy Yeni ke yayasan yang biasa dikunjunginya.
Sebenarnya, Ansel akan pergi ke rumah keluarganya untuk mengambil barang-barang pentingnya dan membawanya ke rumah yang akan ditinggalinya bersama dengan Adelia. Rumah yang sudah lama dimiliknya tanpa diketahui oleh ayah ataupun ibu tirinya, bahkan kakek dan neneknya. Hanya kedua sahabatnya, yaitu Remon dan Aza karena merekalah yang membantunya membeli rumah tersebut.
" Adelia, aku harus pergi. Aku akan kembali sebelum Daddy pulang bekerja " pamit Ansel pada sang istri.
Bisa saja Ansel langsung pergi tanpa berpamitan, tetapi dia mengingat dimana dirinya saat ini. Dia tidak bisa bertindak seenaknya di rumah kedua mertuanya, apalagi sudah ada seseorang yang mungkin akan menunggu kepulangan.
" Hem, pergilah " jawab Adelia cuek.
Gadis itu sedang asik berbalas pesan dengan Nindi dan tidak terlalu menghiraukan Ansel yang dari tadi berada dalam satu ruangan dengannya. Lagipula Adelia ingin mengalihkan pikirannya agar tidak terus merasa kesal atau marah mengingat semua yang terjadi.
Meskipun sedikit tidak suka, tetapi Ansel tidak ambil pusing dengan sikap istrinya itu padanya. Sedari awal juga dia sudah menduga jika Adelia akan bersikap seperti karena pernikahan ini tidak diinginkan. Dia pun tidak ingin terlalu memikirkannya karena dia pun memanfaatkan gadis itu dengan menikahinya.
Kemudian, Ansel segera mengambil dompet dan ponselnya yang berada di atas meja. Pemuda itu langsung beranjak pergi keluar dari kamar sembari mengotak-atik ponsel miliknya. Dia harus memesan taksi online karena memang tadi malam datang dengan menggunakan mobil milik sang ayah.
.
.
.
Sesampainya di rumah keluarganya, Ansel segera turun dari taksi online yang dinaikinya. Tanpa salam, Ansel langsung masuk ke dalam rumah itu tanpa menghiraukan keberadaan orang-orang yang ada di sana. Dia bahkan melewati ibu dan adik tirinya tanpa melihat ke arah mereka sama sekali.
Tujuannya adalah kamarnya, dia harus membawa semua barang-barang penting milik dirinya dan juga peninggalan ibunya. Beruntung sebelum sang ayah menikah dengan Mama Sisil, Oma Sita berhasil mengamankan semua benda penting dan perhiasan milik sang ibu. Jika tidak, maka pasti sudah diambil oleh ibu tirinya yang sangat serakah itu.
Ceklek.
Ansel masuk ke dalam kamarnya dan mendekat ke arah nakas di samping tempat tidurnya. Dia meraih bingkai foto sang ibu yang sedang menggendong dirinya yang masih bayi, hanya itulah kenangan terakhir yang dimilikinya.
" Maafkan aku, Ma. Aku tidak bisa menjaga Papa karena bersama dengan Papa hidupku sangat tertekan. Papa tidak menyayangiku seperti yang Mama inginkan, selama ini Papa sudah terhasut oleh iblis itu " ucap Ansel sembari mengusap lembut foto itu.
Tidak ingin berlama-lama di rumah yang sudah seperti neraka baginya, Ansel segera mengambil sebuah koper besar. Dia memasukkan berkas-berkas penting dan barang-barang miliknya serta milik ibunya ke dalam koper itu. Tidak banyak yang Ansel bawa, bahkan pakaiannya pun ditinggalkan semua, hanya seragam sekolahnya saja.
Selama ini juga Ansel jarang tinggal di rumah, dia lebih memilih tinggal di basecamp atau rumah kakek dan neneknya. Di sana Ansel lebih bisa mendapatkan ketenangan dibandingkan harus tinggal bersama orang-orang yang menghancurkan hidupnya.
Setelah semuanya selesai, Ansel membawa koper dan sebuah tas ransel keluar dari kamarnya. Dia harus segera pergi dari sana dan memulai hidupnya yang baru tanpa tekanan dari ayahnya serta hal-hal licik yang selalu dilakukan oleh ibu tirinya.
Tap, tap, tap.
Dengan sedikit berlari, Ansel melangkah menuruni tangga. Hingga beberapa detik kemudian, langkahnya melambat saat melihat keberadaan Papa Carlos. Ayahnya itu menatapnya dengan sangat tajam, tapi dia tidak takut sama sekali. Apalagi di belakangnya sang ayah ada Mama Sisil dan Randi yang selalu menjadi kompor.
" Kebetulan Papa ada di rumah, jadi aku tidak perlu repot-repot balik lagi nanti " ucap Ansel sembari berjalan mendekat ke arah ayahnya itu.
Memang rencananya setelah dari rumah itu, Ansel akan pergi ke perusahaan untuk menemui sang ayah. Dia sudah memutuskan untuk benar-benar lepas dari Papa Carlos dan semua yang berhubungan dengan ayahnya itu. Itulah keinginan terbesar Ansel saat ini agar hidupnya lebih tenang, sembari mengumpulkan bukti untuk menjebloskan pembunuh sang ibu ke penjara dan memberinya pelajaran.
" Ada apa? Apa kamu ingin meminta apartemen yang Papa berikan kembali? Seharusnya kamu tidak usah sok-sokan menolak kemarin " ucap Papa Carlos pada Ansel.
" Tidak sama sekali, Pa " jawab Ansel tersenyum penuh arti.
" Lalu? " tanya Papa Carlos mengerutkan keningnya.
Sebelum menjawabnya, Ansel mengeluarkan beberapa kartu dan kunci mobil yang pernah diberikan oleh ayahnya itu. Tak lupa juga satu buah cek dengan sejumlah uang yang nominalnya cukup besar.
" Aku datang untuk memutuskan hubunganku dengan Papa dan dua orang di belakang Papa itu. Sudah cukup aku selama ini hidupku tertekan dan selalu disalahkan, sampai akhirnya aku menjadi anak berandalan seperti ini. Aku kembalikan yang pernah Papa berikan padaku walaupun tidak bisa semuanya. Anggap saja sisanya itu adalah bentuk tanggung jawab Papa sebagai seorang ayah. Terima kasih atas semuanya, walau sebenarnya aku sama sekali tidak mendapatkan sosok ayah pada diri Papa " jawab Ansel memberikan semua itu ke tangan Papa Carlos.
" Mulai detik ini, saya bukan lagi anak Anda lagi, Tuan Carlos. Anda terbebas anak yang selalu dianggap pembuat masalah, berandalan, tidak tahu malu, dan yang selalu mempermalukan Anda. Sekarang anak Anda hanya Randi yang selalu membanggakan dan tidak pernah membuat masalah. Semoga Anda senang ya karena terbebas dari anak seperti saya, Tuan Carlos " lanjut Ansel dengan tatapan kebencian.
Tentu Papa Carlos sangat terkejut mendengar ucapan dari putranya itu. Sama sekali tidak pria paruh baya itu sangka jika Ansel datang untuk memutuskan hubungan dengannya.
" Ansel, kamu_ " Papa Carlos tidak dapat melanjutkan ucapannya karena Ansel mengangkat tangannya dan memintanya diam.
" Jangan katakan apapun lagi kalau hanya untuk menghina dan mencaci maki saya " ucap Ansel yang sudah benar-benar muak.
Tanpa menunggu respon dari Papa Carlos lagi, Ansel berlalu untuk pergi dari rumah itu selama-lamanya. Namun sebelum itu, dia berhenti tepat di depan Mama Sisil dan melemparkan sebuah cek di wajah wanita itu.
" Itu adalah cek satu miliar yang bisa lo cairkan. Anggap saja sebagai gaji lo selama merawat gue, ya pada faktanya lo hanya menyiksa gue sedari kecil " ucap Ansel pada Mama Sisil.
Ansel hanya tidak ingin wanita itu terus mengatakan jasanya yang telah merawatnya dari bayi. Jadi, sebaiknya dia berikan saja uang dan menganggapnya seperti sedang memberikan gaji pada seorang pengasuh.
" Baiklah, kalau itu yang kamu inginkan, Ansel. Tapi ingat, jangan pernah kembali lagi dan mengemis-ngemis untuk menjadi anak Papa " ucap Papa Carlos yang sangat marah.
" Tentu, saya tidak akan pernah lagi kembali ke rumah yang seperti neraka ini. Saya juga tidak sudi menjadi anak dari seorang ayah yang kejam dan pilih kasih seperti Anda " jawab Ansel dengan sangat yakin.
Setelah itu, Ansel langsung pergi dari rumah itu dan tidak akan pernah kembali lagi. Sudah cukup dirinya tunduk dan terus dijadikan sebagai objek kemarahan sang ayah selama ini, padahal tidak pernah melakukan kesalahan yang fatal. Hal itu juga yang menjadikan dirinya yang sekarang ini, pembuat onar, berandalan, dan banyak lagi sebutan untuk dirinya.
***
Selesai dua bab hari ini ya🤗
***
Mohon bantuan vote, like dan komentarnya ya 😊 Terima kasih 😊🙏 Tetap dukung saya ya 😘
Tolong follow akun NT saya " Gadis Taurus " ya 😘
lanjutkan thor.../Good/
lanjuutt thor
voteku padamu thor
biar cemuguutt nulisnya /Ok//Ok//Ok//Ok/