Rini terpaksa harus menikah dengan seorang pria koma demi menyelamatkan anaknya yang di sekap oleh ibu tirinya, namun siapa sangka jika pria tersebut adalah seorang yang dulu menghamilinya. Bagaimana kisah Rini selanjutnya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lemah saat bertemu putriku
*Grepp!!
Dua orang bodyguard Carlen terkesiap saat Rini dengan cepat menangkap tangan mereka. Dengan cepat ia memelintir lengan keduanya dan melepaskan pukulannya hingga keduanya sempoyongan. Melihat keduanya kembali menyerangnya, wanita itu segera melepaskan tendangan mautnya hingga keduanya pun ambruk ke lantai.
*Bruughhh!!
Carlen seketika melotot melihat sang istri berhasil melumpuhkan kedua bodyguardnya.
Saat Reynold hendak maju untuk melumpuhkan Rini, Carlen langsung menahannya.
"Tidak perlu, sebaiknya kita segera ke kantor saja, aku takut terlambat untuk meeting pagi ini," tandas Carlen
"Baik Tuan," Reynold pun segera mendorong kursi roda Carlen menuju meninggalkan Rini.
"Dasar suami tak tahu diri sudah di tolong malah begini balasannya, lihat saja pembalasan ku nanti!" ucap Rini
Wanita itu segera keluar dari rumah sang mertua saat taksi pesanannya sudah tiba.
Setibanya di rumah, Widya menyambut kedatangannya dengan sumringah. Wanita itu begitu senang saat melihat batang bawaan Rini yang begitu banyak.
"Wah kau benar-benar menepati janjimu, aku tidak menyangka jika keluarga Wibisono begitu kaya dan royal sehingga memberikanku banyak hadiah," ucap Widya
"Ibu sudah mendapatkan apa yang ibu inginkan, sekarang ijinkan aku bertemu dengan Caca,"
"Baiklah tunggu sebentar aku akan memanggilnya," jawab Widya dengan wajah jutek
"Gea, bawa Caca keluar!" teriak Widya
Tidak lama seorang gadis muda dengan seorang bocah perempuan berusia 7 tahun keluar dari dalam rumah.
Rasa rindu yang mendalam membuat Rini langsung memeluk sang putri tercinta. Air matanya tak terbendung saat melihat kondisi sang putri yang terlihat begitu kurus dengan wajah pucat membuat ia semakin nelangsa melihatnya.
Ia pun memeriksa denyut nadi sang putri untuk mengecek kesehatannya.
"Kamu masih sakit nak?" tanyanya berkaca-kaca
Gadis kecil itu mengangguk pelan.
Rini buru-buru mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah. Ia kemudian menyuruh sang buah hati untuk berbaring di ranjangnya. Ia pun tak lupa menyelimutinya dan mengusap lembut wajahnya.
"Maafkan mamah ya sayang karena belum bisa membawamu keluar dari neraka ini," ucapnya gusar
Caca hanya tersenyum mendengar ucapan sang ibu. Bocah itu kemudian mengusap air mata sang ibu, "Iya bunda, Caca ngerti kok,"
"Terimakasih ya sayang, sudah ngertiin bunda. Oh ya Bunda tadi beliin makanan kesukaan kamu loh," Rini pun membuka tasnya dan mengambil sebuah kue berbentuk bintang yang dipenuhi dengan keju.
Caca segera mengambil kue itu dari tangan sang ibu dan memakannya.
"Enak sekali mocinya bunda,"
"Jangan buru-buru makannya, tenang saja, bunda bawa banyak kok," ucap Rini
"Terimakasih banyak bunda," jawab Caca
Bocah itu kembali memakan kue moci pemberian sang ibu hingga habis tak bersisa.
Rini begitu senang melihat sang buah hati begitu lahap makannya.
Ia pun menyempatkan diri untuk memeriksa obat-obatan yang dikonsumsi putrinya. Ia sangat terkejut saat melihat kotak obat Caca kosong.
"Ibu benar-benar ya!" Rini yang geram pun langsung berteriak memanggil sang ibu tiri. Mendengar putrinya memanggil sang mertua langsung menghampirinya.
"Ibu!!"
Seru Rini dengan raut wajah kesal. Ia terus mengepalkan tangannya saat menunggu kedatangan sang ibu.
"Dimana obat-obatan Caca!" Serunya
Seperti biasa Widia selalu pandai berkelit. Perempuan paruh baya itu berdalih Jika ia menyimpan obat tersebut di tempat yang lebih aman.
"Tunjukan padaku dimana tempatnya," desak Rini
"Maaf sayang, ibu tidak bisa melakukannya karena aku khawatir kamu akan membawa lari putri mu setelah mengetahuinya," jawab Widya
"Sepertinya akan lebih baik jika Caca tinggal bersama ku, selain pengobatan yang terjamin, dia juga akan merasa nyaman bersama ku,"
"Bawa saja, tapi jangan menyesal jika kau akan kehilangan putrimu dalam waktu dekat," jawab Widya membuat Rini membelalak
"Apa yang sudah kau lakukan pada putriku!" seru Rini dengan nada geram
"Aku hanya berjaga-jaga saja, karena aku tahu wanita gila seperti mu akan melakukan apapun untuk mendapatkan yang kau mau, bukan begitu Rini sayang," Widya menyeringai senang saat berhasil membuat anak tirinya tersebut tal berkutik.
Rini tak mau pusing menanggapi ucapan sang ibu. Ia tahu semakin ia menentangnya maka wanita itu akan melakukan hal yang bisa membahayakan putri kandungnya.
"Hari ini sangat cerah, bagaimana kalau kita jalan-jalan?" Rini berusaha mengajak putrinya keluar dari kamarnya,
Gadis kecil itu begitu senang dan segera bangun dari tidurnya. Namun sayangnya sang Nenek langsung memupuskan harapannya.
"Sebaiknya jangan ajak dia keluar, karena udara kotor sangat tidak baik untuk kesehatannya,"
Rini tampak mengepalkan tangannya, rasanya ingin sekali ia menghajar mulut kotor Widya.
"Oh iya, hari ini Caca juga harus bertemu dengan dokter untuk konsultasi sekaligus terapi, jadi sebaiknya kamu kembali saja ke rumah mertuamu. Bukankah akan lebih baik jika kamu lebih sering bersama sang mertua agar dia semakin sayang padamu dan memberikan semua kekayaannya padamu," ucap Widya
Rini pun tak bisa berbuat banyak, ia hanya bisa memeluk putri semata wayangnya sebelum meninggalkannya.
"Bunda sayang banget sama Caca," bisiknya kemudian menciumi bocah tujuh tahun itu
Rini berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. Ia tak mau putrinya melihat ia bersedih.
"Sampai jumpai lagi ya sayang, dadah!" serunya kemudian membalikkan badannya dan berlari meninggalkan rumah sang mertua.
Wanita itu berjalan menuju halte bus yang tak jauh dari kediaman Widya. sebuah password berwarna kuning dalam memunculkan wanita itu pun langsung naik.
*Dreett, dreet!!
Rini segera mengeluarkan ponselnya yang terus berdering selama perjalanan.
"Dokter, hari ini ada banyak pasien kecelakaan bus, sebaiknya anda segera kembali ke rumah sakit karena dokter Ryan kewalahan mengobati banyaknya pasien yang mengalami patah tulang,"
"Baiklah, aku akan segera ke sana!" Rini pun segera turun dari bus dan berganti menggunakan ojek online.
Setibanya di rumah sakit ia pun segera berganti pakaian dan bersiap ke ruang operasi.
"Dokter, ada pasien bernama Carlen Wibisono yang sudah menunggu anda di ruang VIP,"
"Katakan saja aku sedang sibuk dan tidak bisa menemuinya," jawab Rini
Ia segera memakai masker dan bergegas pergi meninggalkan ruangannya.
Sementara itu di ruang VIP, Carlen tampak begitu kesal saat mengetahui dokter Hanggarini menolak bertemu dengannya.
"Dimana dia sekarang?" tanya Carlen
"Di ruang operasi," jawab perawat
"Ok, terimakasih," Carlen kemudian menyuruh Reynold untuk menyelidiki tentang dokter Hanggarini.
"Cari tahu tentang dia, terutama rumahnya agar aku bisa menemuinya,"
"Baik Tuan,"
Bodyguard Carlen segera membawanya keluar dari ruang VIP. Saat ia tiba-tiba di lobby. Carlen meminta sang bodyguard untuk berhenti. Ia terkesiap saat berpapasan dengan seorang dokter wanita yang mirip dengan istrinya.
"Rini???"
Ia pun membalikkan badannya dan melihat cara berjalan wanita itu.
"Sangat mirip, tapi tidak mungkin itu dia?"
.