Seorang Nara Pidana yang di pindahkan ke Penjara angker di Pulau terpencil.
Ternyata tak hanya angker, penjara ini di salah gunakan untuk tindakan ilegal yaitu menjual organ-organ Para Nara Pidana.
Setelah mengetahui kebenaran tersebut, Prapto pun bertekad untuk keluar dari penjara sadis ini.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 31
"Ayolah cepat! Jangan banyak bicara!" Suruh teman nya setengah kesal, karena rekan nya tersebut dari tadi banyak bicara.
"Iya ya" jawabnya kesal juga, sambil kedua kakinya memilah-milah akar bakau untuk di jadikan pijakan.
"E e eh, tunggu !" Sambil muka nya setengah nyengir menahan sesuatu.
"Ada apa lagi ?!" Bentak nya kesal, sambil menghentikan langkah nya sejenak dan menatap ke arah rekan nya.
"Aku kebelet kencing, tungguin" sambil tergesa-gesa membuka resleting nya dan mengarahkan nya ke kubangan lumpur.
"Halah,aku jalan dulu!" Jawab rekan nya kesal yang tidak mau menuruti permintaan nya, sambil melanjutkan langkah kaki nya di atas akar pohon bakau.
Sementara di dalam lumpur, Prapto sudah tidak kuat untuk menahan nafas lebih lama lagi, sedangkan sipir sialan itu kencing nya terlalu lama.
Sreeeeet
Sipir itu menutup resleting celana nya setelah selesai buang air kecil di kubangan lumpur yang tanpa se pengetahuan dia, bahwa di bawah permukaan lumpur itu ada Prapto yang sedang berjuang keras menahan nafas nya. Kemudian ia berbalik arah menyamping untuk menyusul rekan nya
"Hah hah hah hap" kepala Prapto spontan menyembul keluar dari dalam lumpur karena paru-paru nya sudah tidak kuat menahan nafas dan ia menenggelamkan kepala nya lagi
Spontan sipir yang hendak melanjutkan perjalanan itu menghentikan langkah nya sejenak dan langsung menoleh ke belakang, ke arah samping kanan nya.
"Aneh, tadi seperti ada suara ?" gumam nya heran kepada diri nya sendiri, sambil sepasang mata nya menatap serius ke arah kubangan lumpur yang masih tetap tenang.
"Ah, mungkin perasaan ku saja" gumam nya lagi mencoba meyakinkan diri nya sendiri, di susul kedua kaki nya melangkah lagi di atas akar-akar pohon bakau yang saling bertindihan.
Beruntung lah Prapto, sedetik lebih cepat gerakan kepala nya di banding gerakan kepala nya sipir itu. Sedetik saja dia telat menenggelamkan kepala nya ke dalam lumpur itu, sudah pasti ketahuan dan langsung di siksa sampai mati.
"Hah hah hah hah hah hah hah" begitu kepala nya menyembul ke atas permukaan lumpur, Prapto langsung menyedot oksigen sebanyak-banyak nya dengan nafas dangkal dan kerap.
"Sialan! Air kencing bau jengkol, brengsek! hah hah hah hah" gumam nya kesal, di sertai nafas berburu
Sepasang mata nya berpatroli ke sekitar hutan bakau untuk memastikan tidak ada lagi sipir yang masih berada di sekitar nya. Perlahan dia berjalan di kubangan lumpur itu ke arah tepi, ia menghampiri akar-akar tanaman pohon bakau untuk naik ke permukaan.
Kedua tangan nya mencengkram kuat akar pohon bakau yang ada di kanan kirinya dan mengangkat badan nya keluar dari kubangan lumpur itu. Ia jongkok sejenak di atas akar-akar pohon bakau dan sepasang matanya mengawasi sekeliling untuk memastikan lagi keadaan benar-benar sudah aman.
Kemudian ia berdiri dan melangkah penuh kewaspadaan di atas akar-akar pohon bakau, dari kejauhan Prapto nampak seperti monster rawa, karena hampir seluruh tubuh nya yang telanjang bulat tertutup lumpur rawa yang pekat dan sangat kental. Hanya sorot kedua mata nya yang nampak jelas.
Kini ia berusaha masuk lebih jauh ke dalam hutan pulau itu yang di penuhi semak belukar dan pohon-pohon kelapa.