NovelToon NovelToon
Menjadi Istri Kedua Om Komandan

Menjadi Istri Kedua Om Komandan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir
Popularitas:12.9k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Adinda Aisyah Zakirah adalah gadis berusia 19 tahun.

"Kakak Adinda menikahlah dengan papaku,"

tak ada angin tak ada hujan permintaan dari anak SMA yang kerapkali membeli barang jualannya membuatnya kebingungan sekaligus ingin tertawa karena menganggap itu adalah sebuah lelucon.

Tetapi, Kejadian yang tak terduga mengharuskannya mempertimbangkan permintaan Nadhira untuk menikah dengan papanya yang berusia 40 tahun.

Adinda dihadapkan dengan pilihan yang sangat sulit. Apakah Adinda menerima dengan mudah lamarannya ataukah Adinda akan menolak mentah-mentah keinginannya Nadhira untuk menikah dengan papanya yang seorang duda itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

1

Langkahnya gontai terus menapaki setiap jalan yang dilaluinya. Lalu lalang dan kebisingan kendaraan tidak membuatnya terganggu dengan perasaan sedih yang dirasakannya saat ini.

Air matanya jatuh kala teringat dengan ucapan suster tadi pagi,” dek, obatnya Ibu Mariana sudah habis, jadi adek harus menebus resep ini di apotek. Kalau bisa paling lambat sore karena sisa dua kali minum obatnya ibu kamu.”

Adinda mengambil secarik kertas yang bertuliskan resep obat untuk ibunya, “Saya akan usahakan Sus, tapi saya boleh meminta tolong kepada Suster gak? Minta tolong dijagain ibuku karena saya harus pergi jualan, tapi insha Allah Tanteku akan datang habis shalat dzuhur,” pintanya Adinda.

“Iya saya akan bantuin kamu tapi jangan lewat jam 2 siang yah karena saya sudah lepas jaga sekitar jam itu,” balasnya suster yang selalu membantunya selama dua minggu ini ibunya dirawat inap di rumah sakit karena penyakit diabetes yang dideritanya.

Panas terik tidak menyurutkan semangatnya untuk menjajakan dagangannya. Peluh keringat bercucuran membasahi wajahnya. Dia terus menenteng tas jualannya di sepanjang jalan yang dilaluinya.

“Ya Allah kuatkan diri hamba, lancarkan pekerjaanku ini dan mudahkanlah aku mendapatkan rezeki yang halal untuk biaya pengobatan ibuku,” batinnya.

Dia berhenti di sekitar sekolah yang dilaluinya. Ia berharap jualannya kali ini laku diborong oleh anak-anak sekolah seperti biasanya.

Adinda menatap orang yang berlalu lalang, dia menyeka peluh keringatnya hingga ke lehernya menggunakan kain hijabnya yang nampak lusuh dan kusut.

Gadis berusia 19 tahun itu seorang sales perlengkapan sekolah yang menjual barang-barang dagangannya berkeliling kota. Door to door menawarkan kepada orang yang berminat membeli jualannya.

Dia menawarkan jualannya kepada siapapun yang ditemuinya. Pekerjaan ini sudah setahun lebih dikerjakannya sejak dia tamat dari sekolah SMA setahun lalu.

Adinda menghela nafasnya dengan berat, “Ya Allah sudah jam satu siang tapi jualanku hari ini baru laku sedikit, obatnya ibu sudah habis total, Aku harus dapat uang dari mana ya Allah,” gumamnya yang menatap nanar ke arah mobil yang berlalu lalang.

Adinda mengambil segelas air putih yang baru saja dibelinya di warung dekat dia beristirahat. Hingga kedatangan salah seorang anak SMA yang sering kali membeli pulpen yang ia jual membuatnya melupakan kegelisahan hatinya sementara waktu.

“Kakak masih jualan yah? Belum habis jualannya?” Tanyanya sambil ikut duduk di sampingnya Adinda.

Adinda tersenyum tipis, “Sudah ada yang laku Alhamdulillah, tapi lebih banyak yang nggak lakunya.”

“Aku beli pulpen sama itu pensil warna, sama gunting,” Nadhira memilih beberapa barang jualannya Adinda yang hendak dibelinya.

Adinda tersenyum bahagia karena bukan hanya Nadhira yang memborong dagangannya tetapi ada beberapa anak SMA yang ikut memilih dan membeli jualannya siang itu.

Nadhira adalah gadis SMA kelas X yang beberapa bulan terakhir ini menjadi teman ngobrolnya ketika berjualan di tempat itu.

“Alhamdulillah makasih banyak Dek, kalian sudah memborong dagangan kakak,” ujarnya yang tidak bisa menutupi kebahagiaannya.

“Sama-sama kak, kami senang belanja sama kakak karena murah dan kakak ramah pada kami berbeda dengan penjual lainnya yang terkadang jutek,” ujarnya anak cowok yang ikut membeli.

Jualannya hampir habis keseluruhan, karena anak sekolah itu bergantian membeli jualannya.

“Alhamdulillah makasih banyak ya Allah,” gumamnya sambil menghitung uang hasil jualannya hari ini.

Semua anak sekolah sudah pulang setelah membayar barang-barang yang mereka beli. Tinggallah Adinda dan Nadhira berdua di depan warung yang tidak jauh lokasinya dari sekolah.

“Kak Adinda mau gak menikah dengan Papaku?”

Der…

Jeder!!

Adinda yang menenggak air putihnya, seketika terbatuk-batuk mendengar perkataan dari gadis cantik yang berseragam putih abu-abu yang menatapnya lekat penuh harap.

“Uhuk… uhuk…”

Air yang diminumnya sampai muncrat dan gelasnya terlepas dari genggaman tangannya saking kagetnya mendengar perkataan tersebut.

Tidak ada angin tidak ada hujan permintaan dari Nadhira membuatnya terkejut setengah hidup. Dia ingin tertawa tapi tidak enak hati dengan permintaan Nadhira yang baginya sungguh tidak masuk akal.

Gadis remaja itu gegas menepuk punggungnya Arinda, “Astaghfirullah aladzim maafkan aku kak, gara-gara aku kakak malah batuk-batuk kayak gini,” sesalnya Nadhira.

Air matanya sampai menetes karena tak henti-hentinya terbatuk-batuk, “Uhuk…”

Adinda menepuk-nepuk dadanya sendiri agar lebih enakan sambil sesekali beristighfar.

“Astaghfirullah.. astaghfirullahaladzim,” berulang kali Adinda berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri yang terkejut.

Nadhira tidak menduga jika reaksinya Adinda akan seperti ini, “Maafin aku yah kak kalau ucapanku membuat kakak kaget,” sesal Nadhira gadis berusia 17 tahun itu.

Adinda melihat ke arah Nadhira, “Mak-sudnya a-pa? kenapa kamu sampai ngomong begitu?” Tanyanya Adinda ketika sudah bisa mengontrol kondisinya yang tersedak minumannya.

Raut wajahnya Nadira sendu, “Karena aku ingin kakak menjadi Mama baru aku, karena mamaku sudah lama meninggal dunia,” cicitnya Nadhira.

“Jangan bercanda Dek, masa kamu memintaku menikahi papamu yang seorang Kapolsek itu,” sanggah Adinda.

Nadhira menitikkan air matanya sambil tertunduk lesu, suara isakannya terdengar begitu pilu menyayat hati.

“Kenapa memintaku menikah dengan Papamu? Jangan bermain-main dengan masalah pernikahan, apalagi menawarkan aku untuk menikah dengan Papamu!" Adinda masih geleng-geleng kepala.

"Aku tidak main-main kak dengan ucapanku, aku sangat serius meminta kakak menjadi ibu sambungku," balasnya Nadira yang masih kekeh membujuk Adinda.

"Stop bermain lelucon dek, aku sudah cukup terhibur. jadi jangan bercanda lagi," sanggah Adinda.

"Ya Allah kakak segitunya menganggap kata-kataku adalah lelucon, aku serius kak," air matanya Nadhira mulai menetes membasahi pipinya yang sedikit tirus dan pucat.

Adinda tersentuh dan ikut sedih melihat Nadira menangis dia memegangi tangannya Nadhira," sebenarnya apa yang terjadi padamu, Dek?" tanyanya dengan lembut.

Nadhira menyeka air matanya,“Aku sedih melihat Papa semenjak Mama meninggal dunia, Papa selalu saja sibuk dengan pekerjaannya tanpa peduli dengan hidupnya sendiri, aku ingin melihat papaku bahagia,” lirih Nadhira.

Arinda memegangi tangannya Nadhira,” adek jangan karena kamu melihat papamu yang sibuk dengan pekerjaannya kamu malah meminta kakak menikah dengan Papamu, bisa saja mengisi waktunya dengan kesibukannya Papa kamu malah bahagia dengan caranya itu.”

Adinda geleng-geleng kepala mendengar permintaan anak remaja itu, dia sudah dipusingkan dengan biaya ibunya yang dirawat di rumah sakit, tapi saat ini malah harus mendengar sebuah permintaan yang baginya seperti lelucon.

“Kamu belum mengenal baik diriku, kita kenalnya cuma sebatas penjual dan pembeli, aku hanya gadis biasa, gadis miskin dibandingkan dengan kamu yang derajat kita jauh berbeda dek, jadi stop jangan lagi mengatakan candaan yang sungguh tidak masuk akal,” Adinda terkekeh.

Nadhira memegangi tangannya Adinda,” kakak anggap saja ini permintaan terakhirku, aku tidak ingin melihat papa hidup seorang diri setelah aku pergi,” setetes cairan bening jatuh ke atas punggung tangan Arinda.

Adinda menatap ke arah Nadhira yang sudah sesegukan,” maksudnya kamu pergi!? Memang kamu mau pergi kemana? Kenapa harus pergi segala! Apa kamu enggak kasihan dengan papa kamu?”

Nadhira menyeka air matanya, dia mulai menceritakan kenapa dia meminta Arinda menikahi papanya yang usianya sudah 40 tahun itu yang berstatus seorang komandan polisi.

“Astaghfirullahaladzim, kamu sakit Dek?” Adinda meneteskan air matanya juga ketika mendengar setiap kata yang terucap dari bibirnya Nadhira.

“Aku ingin di sisa usiaku di dunia ini aku ingin melihat papa bahagia dengan wanita yang tepat. Hanya kakak yang menurut aku paling cocok mendampingi papaku,” lirih Nadhira.

“Kenapa kamu menyembunyikan penyakitmu dari papamu dek, bukannya baik kalau papamu mengetahuinya kamu bisa diobati, insha Allah kamu akan sembuh,” ucapnya sambil memeluk Nadhira yang masih terisak.

“Aku divonis tidak lama lagi oleh dokter Kak, aku mohon penuhi permintaanku ini. Aku akan melakukan apapun asalkan kakak bisa menikah dengan Papaku,” Nadhira masih bersikukuh membujuk Adinda.

“Dek pernikahan itu bukan mainan, apalagi kami berdua berbeda jauh. Papa Kamu seorang polisi dan kaya raya sedangkan aku hanya gadis miskin dan tidak berpendidikan, jadi sebaiknya cari saja perempuan lain yang bisa kamu jadikan sebagai calon istri papamu,” tolaknya Adinda.

“Hanya kakak yang menurutku cocok menjadi Mama sambungku, sejak pertama kali aku melihat kakak, kebaikan dan ketulusan kakaklah yang membuatku memilih kakak,” Nadhira masih kukuh dengan pendiriannya.

“Maaf aku harus pergi lagi, masih banyak jualanku yang belum laris, aku permisi dek. Assalamualaikum,” pamitnya Adinda.

Adinda tidak menyangka ada orang yang memintanya menikah padahal dia tidak mengenal pria itu apalagi mencintainya.

Nadhira mencekal pergelangan tangan Adinda, “Aku mohon dengan sangat Kak, aku hanya punya kakak. Aku tidak mau dengan perempuan lain. Aku sudah mengenal kakak. Aku bisa membantu melunasi biaya pengobatan ibunya kakak asalkan bersedia menikah dengan Papaku,” Nadhira masih berusaha untuk membujuk Adinda.

Adinda menoleh ke arah Nadhira, “Kenapa kamu tidak memakai uang itu untuk kamu berobat? Sekarang pengobatan semakin canggih dan modern insha Allah kamu pasti bisa sembuh. Berbeda dengan kami orang miskin yang hanya bisa bergantung pada pengobatan gratis dari pemerintah,” ujarnya.

Nadhira terdiam mendengar perkataan dari Adinda, gadis belia yang hanya terpaut tiga tahun darinya, tapi malah dia ingin menjadikannya sebagai mama barunya pengganti mamanya yang sekitar lima tahun lalu meninggal dunia.

Adinda masih kebingungan dengan situasi yang dihadapinya saat ini,” Dek, tolong berfikir baik-baik sebelum memutuskan apa yang kamu inginkan. Lagian kamu itu punya uang kenapa tidak berobat ke rumah sakit terbaik saja, Insha Allah kamu pasti sembuh kakak yakin kamu pasti panjang umur.”

Adinda kembali berdiri dan meraih tas kain yang berisi jualannya itu. Tapi, lagi-lagi Nadhira mencegahnya dan malah berlutut di depannya.

“Kak aku mohon dengan sangat jadilah mamaku, kakak pasti bahagia dan beruntung menikah dengan Papaku,” bujuknya lagi Nadhira.

“Maaf aku tidak bisa, aku harus pergi. Carilah orang lain yang bersedia menikah dengan Papamu,” tegasnya Adinda.

Nadhira masih berlutut sambil menangis tersedu-sedu melihat kepergian Adinda. Pandangannya mulai kabur dan berkunang-kunang, kepalanya serasa berputar-putar. Keringat bercucuran membasahi wajahnya.

Bruk!!

Hingga teriakan beberapa orang membuat Adinda harus menghentikan langkahnya.

“Mbak adiknya pingsan!”

1
Yuliana Tunru
apa pak.pol mantan x adinda dulu ya..smoga nadhira benar2 dicintai ya bkn krn apa2 x..lanjutttt
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: nanti akan terjawab Akak 😚🥰🙏🏻

insha Allah besok lanjut nya 🥰🥰
total 1 replies
Abz
jangan bilang yg sekampung sama adinda , lupa nama nya 🤭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: kakak pinter banget Aah nebak nya 😂🤭
total 1 replies
Fadila Bakri
Alhamdulillah mereka sudah bahagia
Masitha Hamrud💗
bahagia selalu pasutri
Farhana
lanjut kakak
Farhana
oh tentu bakal hati-hati
Masitha Hamrud💗
dasar pelakor gak punya akhlak
Farhana
semoga kapok
Farhana
dilawan memang
Masitha Hamrud💗
siapa suruh bergosip 🤣
Dian Daeng Baji
ngaco deh
Inha Khaerunnisa
feeling selingkuh
Dian Daeng Baji
sabar dek
Inha Khaerunnisa
diap memasukkan apanya 🤔🤫🤣😂
Fitry Resky Nero
siapakah dia???
Fitry Resky Nero
Haha 😂🤭
Dian Daeng Baji
kalau aku sih terima saja
Fitry Resky Nero
Amin ya rabbal alamin
Dian Daeng Baji
Alhamdulillah akhirnya ada yang laku
Fitry Resky Nero
gak tahan yah Om
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!