Cinta yang habis di orang lama itu, nyatanya bukan karna belum move on, tapi karna dia punya ruang tersendiri.
-anonim-
Kisah cinta pertama yang harus berakhir bukan karena tidak lagi saling mencintai.
"Aku terdiam menutup mataku, berpikir apa yang akan kukatakan. Akhhh Malika... kenapa ini begitu sulit? Tuhan tau betapa keras usahaku untuk melupakanmu, tapi sepertinya kini hanya dinding yang ada di hadapanku. Dulu ada satu titik, kita yakin pada kata selamanya, saat kamu meninggalkanku, rasanya aku menjadi seperti zombie. Aku yakin aku telah melewatinya tapi melihatmu kembali dihadapanku, kenapa aku jadi menggila seperti ini?."
Full of love,
From author 🤎
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Semakin hari aku dan Carlo semakin dekat, kami seperti kembali saat ia adalah sahabatku di SMU. Awalnya, setelah Carlo menyatakan perasaannya padaku, aku menghindarinya, aku merasa belum siap untuk memulai hubungan baru. Namun Carlo tau bagaimana cara mendekatiku tanpa aku merasa canggung. Aku masih sering menolaknya untuk jalan bersama, tapi tiada hari terlewati tanpa pesan dari Carlo.
Berbanding terbalik dengan kak Bima, kurasa kak Bima akhirnya bisa melupakanku, kini aku hanya mengetahui kabarnya sesekali dari sosial media yang muncul dihalaman sosial mediaku.
Suatu sore aku menerima pesan dari kak Bima.
"Hai Ka, apa kabar", kalimat klise untuk memulai pembicaraan canggung.
"Baik kak, bagaimana kabar kakak?".
"Apa kamu sedang senggang? Boleh aku telepon kamu? Aku mau mengucapkan perpisahan Ka".
Aku terkejut membacanya, perpisahan?.
"Boleh kak".
Tidak lama nada panggilan teleponku berbunyi.
"Hai Ka, apa aku menganggu?".
"Ga kak".
"Mmmm.... Ka, aku mau melanjutkan studiku S2 ke luar, jadi yah...", ada jeda dalam pembicaraannya.
"Semoga semuanya berjalan lancar ya kak. Kakak mau kemana?".
"Terima kasih Ka. Aku mau ke Australia. Aku mulai mempersiapkan ini selama beberapa bulan belakangan. Hingga sebulan yang lalu aku menerima surat dari salah satu universitas disana, kurasa ini adalah jawabannya".
Ya sudah berapa lama ya kami putus? Mungkin hampir sekitar 6 bulan yang lalu, kataku dalam hati. Lalu kak Bima melanjutkan pembicaraannya lagi.
"Ka maaf ya jika aku pernah kasar selama hubungan kita dulu, terima kasih juga Ka telah menjadi bagian dalam cerita di hidupku".
"Kak aku yang harus berterima kasih pada kakak, kak Bima sosok yang luar biasa yang mampu mengembalikan senyumku lagi".
Ya, teringat dulu awalnya akulah yang memanfaatkan kak Bima untuk melupakan Carlo, jika ada pihak yang harus berterima kasih, akulah seharusnya pihak itu, namun tentu saja kak Bima tidak akan pernah tau sisi cerita ini.
"Terima Ka", aku bisa membayangkan kak Bima tersenyum saat ini.
"Baiklah aku hanya ingin pamit. Senang bertemu denganmu Malika".
"Ya kak".
"Hei Ka, jika tanpa sengaja suatu saat di masa depan kita bertemu lagi, apa kamu akan menyapaku?".
"Tentu saja, kakak adalah temanku dan seniorku bukan", aku tulus tersenyum saat mengucapkan ini, aku harap kak Bima merasakan ketulusanku.
"Sampai nanti Malika".
Ia menutup panggilan teleponnya. Sekilas teringat pembicaraanku dengan kak Bima dulu, ia memang berangan-angan ingin melanjutkan kuliahnya di luar, agar ia tinggal jauh dari keluarganya, kini ia bisa mewujudkan salah satu mimpinya, aku ikut merasa senang untuknya. Lalu aku teringat pada Carlo, sudah cukup lama aku menggantungkan hubunganku dengannya. Kini saatnya aku juga sedikit egois dan menjemput kebahagiaaanku.
"Ka dekat kantor ada bakery yang baru buka, itu yang antri banyak banget Ka, kamu harus coba pastrynya, nanti Sabtu aku mampir ke rumah ya".
Aku tersenyum membacanya, aku tau ini salah satu trik Carlo agar bisa datang menemuiku, tapi aku tidak keberatan dengan itu.
"Ok baiklah", balasku.
Carlo datang ke apartemenku saat menjelang sore.
"Ka, aku sudah di lobby bawah".
"Hai Lo", ucapku begitu keluar lift.
"Ini Ka, tau ga untuk ini aku antri hampir 1 jam loh", ia menyodorkan sekotak pastry padaku.
"Terima kasih Lo", ucapku sambil tersenyum.
"Ayo ngobrol diatas aja", ajakku.
Kami naik ke atas menggunakan lift.
"Apa kak Aryo ada di rumah Ka?".
"Iya ada Lo".
Saat aku membuka pintu, kak Aryo sedang bersiap pergi.
"Kak, Carlo datang bawa pastry, ayo coba dulu kak".
"Sore kak, iya kak coba dulu, lagi viral pastry ini kak", ucap Carlo.
Aku membuka kotak yang berisi berbagai macam pastry itu di dapur.
"Aku ambil satu ya Lo", ucap kak Aryo.
"Silahkan kak. Kak Aryo mau pergi?", tanya Carlo.
"Iya biasa mau jalan sama Sheila, Lo", jawab kak Aryo sambil tersenyum.
"Iya enak loh Lo, ada dimana bakery nya Lo?".
"Daerah SCBD kak".
"Ooo... ok, aku pergi dulu ya Ka, Lo".
"Iya kak", jawabku.
"Bagaimana Ka, kamu suka?".
"Ya ini enak Lo".
"Jadi aku dapat imbalan apa Ka? Aku udah bawain pastry hari libur begini ngantri pula 1 jam".
Aku tersenyum sambil berjalan mendekat kearahnya, karena Carlo lebih tinggi dariku, aku memegang bahunya lalu berjinjit dan mencium pipinya. Mukaku langsung memerah karena malu. Aku berusaha pergi kembali ke posisiku semula berada di belakang meja dapur, namun baru satu langkah mundur, Carlo memegang tanganku lalu memeluk pinggangku.
"Kamu yang mulai Ka...".
Carlo lalu menciumku, menggigit pelan bibirku, memintaku untuk menyambutnya, lalu aku mengikuti ritme permainan Carlo. Di ruangan sebesar ini, tidak ada suara lain selain decakan ciuman kami.
Kemudian ia memegang wajahku dengan kedua tangannya, lalu berkata,
"Apa ini artinya kita resmi berpacaran?".
Aku mengangguk menunduk malu sambil tersenyum. Carlo memelukku erat lalu mengangkat tubuhku untuk duduk diatas meja pantry dan ia menciumku lagi, lebih dalam dan menuntut, seakan tidak ada hari esok.
Setelah beberapa saat kami bemesraan, Carlo mengatakan sesuatu yang membuatku ingin bersembunyi dibawah selimut lagi.
"Ka, karena sekarang aku adalah pacarmu, apa boleh aku baca novelmu?".
🫣😋😘💋❤️