mengagumi Idola, hingga jatuh cinta dan ternyata gayung itu bersambut.
bagaimana rasanya.???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisetsuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesadaran Yuan
Seminggu setelah dipindahkan ke ruang perawatan, Yuan masih dalam keadaan belum sadar atau di sebut koma.
Belum ada tanda tanda bahwa Yuan akan tersadar dari keadaan komanya. Dokterpun tidak bisa memutuskan akan mengambil tindakan apa, karna semua organ vital Yuan bekerja dengan normal.
“dokter, ini sudah satu mingu berlalu, dan belum ada tanda tanda apapun. Apakah terjadi sesuatu yang bisa membahayakan kondisinya.?” tanya Jonath kepada dokter yang selama ini merawat Yuan.
“seharusnya tidak. Tapi kita tunggu hingga esok, jika sampai besok nona Yuan belum sadar, maka kita harus melakukan pemeriksaan intensive agar bisa memberikan perawatan yang sesuai untuk dapat memulihkan kesadarannya.” ucap dokter Drew.
Seminggu ini para member menjaga Yuan, bahkan tidak terkecuali Dio. Laki laki yang hampir mencelakai Hyungga itu kini juga sering berada di kamar perawatan Yuan untuk mengetahui perkembangannya.
Ada rasa takut dalam dirinya jika Yuan sadar dan menyadari bahwa kecelakaan itu berhubungan dengannya.
Rencananya sudah gagal, bahkan dia juga menjadi sasaran amukan dari orang yang bekerjasama dengannya dalam merencanakan insiden ini, hal itu membuat Dio sangat membenci Yuan dan juga ingin menghabisinya.
Karna ulah dari gadis itu Dio gagal mendapatkan uang lima ratus juta yang di janjikan jika sukses membuat Hyungga terluka.
Dio berencana akan menggunakan uang itu untuk meminang kekasihnya, yang sudah beberapa bulan ini mendesak untuk segera dinikahi.
Kebencian itu kini sudah membuat mata hati Dio tertutup, sehingga dia rela melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.
Bahkan memberikan racun yang bisa melumpuhkan saraf dan pita suara gadis itu, racun yang dia dapatkan dari rekannya untuk membuat Yuan tidak bisa berbicara bahkan bernyanyi lagi.
Sore itu Dio memasuki ruangan tempat gadis itu di rawat, saat itu dia datang untuk mengganti bunga penghias ruangan sekaligus untuk aroma terapi. Dio tidak nenyadari bahwa Yuan telah sadar, namun saat tau yang memasuki ruangannya adalah Dio, Yuan berpura pura masih belum sadar.
Dio menghampiri ranjang Yuan, dan berdiri disisi kirinya.
“aku tidak tau apakah kau tau rencana kami atau tidak, tapi kau sudah membuatku gagal mendapatkan uang itu. Dan kau tidak hanya menggagalkan rencana kami, tapi juga banyak rencana rencana lain yang sudah kau gagalkan. Memang benar kata Mitha, kau seharusnya tidak ada di lingkup ini. Kau harusnya pergi saja, mungkin lebih baik lagi jika kau mati.” ucap Dio, sambil tersenyum sinis.
Yuan yang mendengar itu menggenggam erat sepraiy yang ada di balik selimutnya, dia berusaha terlihat seperti belum siuman. Kini dia tau, bahwa sekarang bukan hanya hidup Hyungga yang dalam bahaya, tapi juga hidupnya.
Pintu kamar terbuka, Dio kaget dan menoleh ke arah pintu. Perasaan lega menyelimuti Yuan ketika ada orang lain yang masuk ke kamarnya.
“ternyata kau disini, aku mencarimu.” ucap Hyungga, sambil meletakan bunga di meja samping ranjang Yuan.
“iya, aku kemari menggantikan bungan dalam vas itu. Sudah berhari hari belum di ganti, sekalian aku juga ingin menjenguk Yuan. Aku ingin tahu bagaimana kondisinya, bagaimanapun juga dia terluka tepat di depan mataku dan aku tidak bisa melakukan apapun.” ucap Dio sambil menunjuk vas bunga dengan dagunya, dan memasang wajah simpatik.
Ternyata laki laki ini sangat licik dan munafik, aku harus lebih berhati hati dengannya. Batin Yuan.
“terima kasih atas perhatianmu padanya, padahal ku kira kau hanya mau mengurusku saja.” canda Hyungga.
“bagaimanapun juga, Yuan sudah menyelamatkanmu, aku harus berterima kasih padanya. Kau adalah teman dan sahabatku, mengganti bunga dalam vas bukanlah hal yang berat di banding kebaikanmu kepadaku selama ini.” ucap Dio berpura pura.
“hem, kau benar. Aku berhutang nyawa kepadanya.” ucap Hyungga sambil menatap gadis itu.
“baiklah, kalau begitu aku permisi.” pamit Dio, kemudian keluar ruangan.
Saat akan menutup pintu, pandangan mata Dio menatap tajam ke arah Yuan.
'Tunggu giliranmu, kali ini kamu akan aku singkirkan.' Ucap Dio bergumam kemudian menutup pintu kamar dan berlalu.
Saat sore hari, seluruh member SM berkumpul di ruang perawatan Yuan. Ada yang bermain game, membuka laptop, membaca buku, bahkan ada yang hanya menghabiskan camilan.
Yuan akhirnya membuka mata dan sedikit menggerakan badannya, Ian yang menyadari hal itu segera meloncati Jimi yang saat itu duduk di sampingnya dan berlari ke arah ranjang Yuan.
“IAN KAU,,,” belum sempat Jimi melanjutkan kemarahannya, dia melihat Yuan membuka mata dan segera berlari menyusul Ian.
“kak, kau sudah sadar.?” ucap Ian setelah berada disamping Yuan.
Jonath segera berlari keluar dan berteriak memanggil dokter.
Giyo menekan bel yang ada di samping ranjang Yuan.
“kau tinggal pencet tombol ini, kenapa harus berlari keluar. Dasar.” ucap Giyo menyindir Jonath.
Semua orang berhamburan menghampiri gadis itu, melihat keadaannya dan memastikan bahwa dia benar benar telah sadar.
Mengetahui bahwa gadis itu telah sadar sepenuhnya semua orang tersenyum lega dan bergantian memeluknya.
Beberapa menit kemudian dokter datang bersama dua orang asistennya dan memeriksa keadaan Yuan.
“syukurlah nona sudah sadar. bagaimana keadaan nona, apakah ada yang di keluhkan.?” tanya dokter Drew kepada Yuan.
Yuan hanya mengeleng lemah tanpa mengeluarkan sepatah kata. Lemas masih di rasakan Yuan, sehingga dia tidak bisa melakukan banyak gerakan.
“tidak apa apa, mungkin nona masih lemas karna pengaruh obat yang di konsumsi dan juga jumlah darah dalam tubuh nona yang belum stabil. Jika ada yang nona keluhkan silahkan memanggil saya.” ucap dokter Drew.
Yuan hanya menjawab dengan anggukan kecil, sebagai jawaban bahwa dia mengerti.
“kalau begitu saya permisi.” pamit dokter Drew, kemudian meninggalkan kamar rawat Yuan.
Hyungga menatap Yuan, memandangnya sambil berkaca kaca dan membungkukan badannya. Yuan berusaha bangun, tapi di halangi oleh Soni.
“tenanglah kak, dia baik baik saja, tidak kurang satu apapun. Kak Yuan tidak perlu khawatir, saat ini focuslah untuk kesembuhanmu.” ucap Soni menenangkan.
“terima kasih” ucap Hyungga menggenggam tangan Yuan.
“maaf selama ini aq sudah sering berkata kasar padamu.” lanjutnya.
Yuan hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya samar tapi mereka semua dapat melihatnya.
“sudah, kau jangan membuatnya kelelahan. Minggir.” kata Ian sambil mengusir Hyungga.
Ian ingin berada di samping gadis itu.
“haiy, bagaimana kabarmu.?” kata Jeano.
Soni menjauh sedikit untuk memberikan ruang kepada kakak tertuanya.
Yuan hanya memandang dan tersenyum samar, tenggorokannya masih terasa kering dan juga seperti ada sesuatu yang mengganjal.
“apa kau menginginkan sesuatu.?” ucap Jeano lagi.
Yuan hanya melihat gelas air yang ada di samping ranjang, Giyo yang menyadari arah pandang Yuan dengan segera memberikan gelas air kepada Jeano dan membantunya untuk meminumnya.
“kak, apa kau baik baik saja.? kami sungguh sangat khawatir dengan keadaanmu.” ucap Jimi.
Yuan tersenyum, tangannya berusaha meraih tangan Jimi, menggenggamnya untuk meyakinkan bahwa dia kini sudah baik baik saja.
Lima belas menit kemudian, Yuan kembali tertidur. Karna merasa khawatir Jonath memanggil dokter untuk memeriksanya.
“tidak apa apa, nona hanya tertidur. Jumlah darah dalam tubuhnya masih belum stabil sehingga membuat tubuhnya mudah merasa lelah. Aku ingatkan kepada kalian, jangan terlalu membuatnya lelah atau berpikir terlalu berat, hal itu dapat mempengaruhi kesehatannya.” ucap dokter Drew.
Setelah dokter meninggalkan ruangan Jonath menghampiri Jeano.
“kak, apakah kau sudah mengabarkan tentang insiden kali ini kepada mereka berdua.?” tanya Jonath. Jeano terdiam.
‘mereka berdua’ yang di maksud oleh Jonath adalah Kai dan Alen.
“bagaimanapun, Yuan juga dekat dengan mereka. Jika mereka tahu insiden ini bukan dari kita, takutnya nanti mereka akan membawa kak Yuan pergi dari kita.” lanjut Jonath, saat tidak mendapat jawaban apapun dari kakak tertuanya itu.
“aku tahu, itu juga yang aku takutkan. Tapi aku juga tidak tahu,bagaimana harus menyampaikannya kepada mereka.” jawab Jeano.
“apakah perlu aku yang menghubungi mereka.” tanya Jonath, meminta persetujuan dari Jeano.
“tidak, biar aku yang menghubungi mereka. Bagaimanapun juga, ini juga kesalahanku.” ucap Jeano.