Ini bukan tentang harga diri lagi, ini hanya tentang mencintai tanpa dicintai.
Aruna nekat menjebak calon Kakak iparnya di malam sebelum hari pernikahan mereka. Semuanya dia lakukan hanya karena cinta, namun selain itu ada hal yang dia perjuangkan.
Semuanya berhasil, dia bisa menikah dengan pria yang dia inginkan. Namun, sepertinya dia lupa jika Johan sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini. Yang dia cintai adalah Kakaknya, bukan Aruna. Hal itu yang harus dia ingat, hingga dia hanya mengalami sebuah kehidupan pernikahan yang penuh luka dan siksaan. Dendam yang Johan punya atas pernikahannya yang gagal bersama wanita yang dia cintai, membuat dia melampiaskan semuanya pada Aruna. Perempuan yang menjadi istrinya sekarang.
"Kau hanya masuk dalam pernikahan semu yang akan semakin menyiksamu" -Johan-
"Jika perlu terluka untuk mencintaimu, aku rela" -Aruna-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bawa Jesika Pulang
Hari yang bahkan tidak pernah baik bagi Aruna sejak dia menikah dengan pria yang dia cintai. Salahkan hati yang memilihnya. Tapi, salahkan takdir yang tidak berpihak padanya.
Aruna keluar dari kamar setelah dua hari ini hanya berada di dalam kamar. Itu karena Evi yang menjadi pelayan disini memintanya untuk tetap di dalam kamar. Kenapa? Karena dia takut Aruna akan kembali di siksa oleh Johan, sementara keadaannya pun masih begitu buruk.
Ketika kakinya menapaki lantai yang terasa dingin, membuat dia langsung memakai sandal rumah. Berjalan ke arah ruang tengah, dan tepat pada saat itu suara langkah kaki terdengar. Aruna menoleh dan melihat suaminya yang berjalan menuruni anak tangga.
Johan hanya menatapnya dengan datar, hal itu yang semakin membuat Aruna begitu terluka. Meski bekas luka di tubuhnya masih terlihat, tapi luka di hatinya yang terlalu menganga lebar dan menyakitkan.
"Mau kemana Kak? Ini sudah malam?" tanya Aruna saat melihat Johan yang sudah rapi dengan pakaian casualnya.
"TIdak perlu mengurus hidupku!" ucapnya dingin, dia melirik Aruna yang berdiri tidak jauh darinya. "Untuk apa menggunakan sandal itu?!"
Aruna menundukan pandangannya, melihat sandal rumah berwarna coklat dengan gambar buah strawberry di atasnya. Apa yang salah? Dia menemukan sandal ini di rak sepatu, dan langsung memakainya. Berpikir jika ini di sediakan memang untuknya, atau mungkin milik pelayan disini.
Aruna terkejut saat tiba-tiba rambutnya tertarik ke belakang hingga kepalanya mendongak. Menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca.
"Berani sekali kau menggunakan sandal milik Jesika! Sialan! Apalagi yang akan kau ambil dariku, setelah kebahagiaanku" teriak Johan. Dia menghempaskan tubuh Aruna hingga tersungkur di atas lantai. Kakinya membentur lantai cukup kuat.
Johan membungkukkan tubuhnya di depan Aruna. Tangannya mencengkram kuat rahang Aruna, seolah ingin menghancurkan rahang Aruna sekarang. Tatapan matanya yang penuh dengan kilatan kemarahan.
"Kau hanya orang yang tidak akan pernah bisa masuk dalam hidupku! Kau orang yang paling tidak aku inginkan di dunia ini. Dan sekali aku membenci, maka aku akan terus membencimu!"
Tes.. Air mata kembali menetes untuk kesekian kalinya. Ucapan Johan benar-benar menusuk ke relung hatinya. Tatapan penuh kebencian dari Johan, seolah mengingatkan Aruna jika dia tidak akan pernah bisa mendapatkan hati pria ini. Sebesar apapun perjuangannya.
"Jika membenci dan menyiksaku bisa membuat hatimu lega. Aku tidak papa, lakukan apa yang kamu inginkan dariku. Agar kamu bisa lupa dengan rasa sakit yang pernah aku ciptakan"
Johan tertawa, tawa yang begitu mengerikan. Tatapan matanya yang selalu menunjukan kebencian dan kemarahan pada Aruna.
"Semuanya tidak akan pernah merubah waktu yang sudah terlewat, Aruna! Kau pikir dengan melihatmu tersiksa dan terluka sudah cukup bagiku? Haha... Tidak, aku ingin kau perlahan mati ditanganku!"
Aruna hanya bisa menatap Johan dengan sorot mata yang penuh luka. Jika memang dia inginkan Aruna mati ditangannya, maka Aruna akan lakukan. Lagian, sudah tidak ada yang peduli dengan kehidupan Aruna saat ini.
Johan melepaskan cengkraman tangannya di rahang Aruna, meninggalkan bekas memar disana. Lalu, dia melepas paksa sandal rumah yang di pakai Aruna. Menendang kaki mungil itu dengan keras.
"Jangan sekali-kali menggunakan barang milik Jesika!" tekan Johan yang berlalu dari hadapannya.
Evi kembali datang setelah Johan pergi, terkadang dia juga menyesal pada dirinya sendiri yang tidak bisa memberikan bantuan apapun. Dia juga takut.
"Nona" panggilnya lirih, Evi duduk disamping Aruna sekarang.
Aruna menoleh, dan tangisannya pecah. Dia memeluk Evi, pelayan yang sudah seperti tempat pelindung baginya selama tinggal di rumah ini. Evi hanya terus memeluknya tanpa mengatakan apapun, biarkan Aruna mengeluarkan semua rasa sakitnya.
"Kenapa dia benci sekali padaku? Kenapa? Aku melakukan ini hanya karena tidak ingin dia terluka ... Hiks"
"Nona tidak ingin Tuan terluka, sementara Nona selalu terluka. Kenapa Nona harus seperti ini?"
Aruna melerai pelukannya, menatap Evi dengan mata basahnya. "Karena aku mencintainya, Evi. Aku ingin dia bahagia dan tidak kecewa dengan cinta yang dia inginkan"
Evi hanya tersenyum miris, melihat Nonanya ini yang benar-benar memberikan sebuah ketulusan yang sia-sia pada pria yang sama sekali tidak mencintainya. Bahkan tidak menginginkan keberadaannya.
"Bangunlah, biar saya kompres rahangnya. Itu memar"
*
Dua hari Johan tidak kembali ke rumah, membuat Aruna bertaya-tanya. Dia ingin mengirim pesan dan menanyakan keberadaannya. Tapi dia tidak berani, karena Johan akan sangat marah. Jadi, Aruna hanya menunggu saja.
Sampai hari ini dia mendengar suara mobil suaminya, segera dia berlari ke arah jendela untuk melihat. Dan benar itu adalah Johan.
"Ah, dia kembali juga akhirnya"
Aruna berlari ke arah pintu utama, ingin menyambut suaminya. Bodoh! Sudah diperlakukan seperti ini, masih saja dia bersemangat hanya untuk menyambut suaminya yang pergi entah kemana selama dua hari ini.
Langkah kakinya berhenti saat hampir sampai di pintu, ketika pintu terbuka dan menampilkan suaminya. Namun, tidak hanya seorang diri, tapi dengan seseorang di belakangnya.
"Kakak?" lirih Aruna, dia meremas roknya sendiri melihat Jesika yang sekarang berada di depannya bersama Zaidan.
"Hallo Adikku Sayang, kenapa kamu terlihat kaget?" ucap Jesika, dia menghampiri Aruna dan mengelus pipinya, membuat Aruna langsung memalingkan wajahnya. "Adikku yang mengambil sumber kebahagiaan dariku. Menggagalkan pernikahanku. Dan sekarang, aku ingin mengambil kembali apa yang sudah menjadi milikku"
Aruna menunduk dengan air mata menggenang di pelupuk matanya. Dia menatap tangan Zaidan yang merangkul pinggang Kakaknya, tepat di depannya sebagai seorang istri.
"Minggir! Kau menghalangi jalan!" tekan Zaidan yang mendorong tubuh Aruna agar menyingkir dari hadapannya.
Aruna segera berlari mengejar suaminya dan Kakaknya itu. "Kak Johan, kamu tidak bisa membawa Kak Jesika tinggal disini. Kita sudah menikah, dan aku tidak mau Kak Jesika tinggal bersama dengan kita"
Zaidan menghentikan langkah kakinya, menoleh dan menatap Aruna yang berdiri di depannya. "Kau ingin aku menurutimu? Haha... Sadar siapa dirimu disini? Kau hanya wanita mura*han yang menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkanku! Dan yang ingin aku cintai, hanya Jesika, bukan kau wanita mura*han!"
Aruna menunduk dengan dada yang terasa begitu sesak. Bahkan suaminya tega mengatakan itu di depan wanita lain. Sekarang harga diri Aruna bahkan rendah di depan Jesika sebagai mantan kekasih suaminya. Tapi apakah benar menjadi mantan kekasih? Atau mungkin mereka masih berhubungan sampai sekarang.
"Sudahlah Aruna, kenapa kamu melarang? Kan kamu tahu sendiri jika aku yang Johan cintai, bukan kamu!" ucap Jesika penuh penekanan.
"Tapi Kakak hanya ingin menghancurkan Kak Johan. Kak Jesi tidak benar-benar mencintainya. Kakak hanya akan membuatnya kecewa"
Plak
Sebuah tamparan mendarat di pipinya, Jesika yang melakukan. Aruna menatap Kakaknya dengan mata memerah dan berkaca-kaca.
"Suatu saat semuanya akan terungkap Kak, jika selama ini Kakak tidak pernah tulus mencintai Kak Johan"
Bersambung
Kalo rame aku lanjut ya.. wkwk.. Jan sampai aku tinggal pas lagi sayang-sayangnya.. Hihi
selamat ya Jo.... selamat menuai, yg slama ini kau tanam