Pengingat bahwa Aku tidak akan pernah kembali padamu. "Nico kamu bajing*n yang hanya menjadi benalu dalam hidupku. aku menyesal mengenal dan mencintai mu."
Aku tidak akan bersedih dengan apa yang mereka lakukan padaku. "Sindy, aku bukan orang yang bisa kamu ganggu."
Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitiku kembali
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syari_Andrian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku sangat Takut....
Beberapa menit kemudian, suara ketukan berhenti, meninggalkan keheningan yang mencekam. Nisa tetap berada di sudut ruangan, berusaha mengatur napasnya yang terengah-engah. Dia mendengar suara langkah kaki yang semakin menjauh dari pintu apartemennya. Namun, dia tahu bahaya belum sepenuhnya berlalu.
Tak lama kemudian, suara deru mesin mobil terdengar dari luar. Nisa melongokkan kepala ke jendela dan melihat sebuah mobil hitam melaju dengan kecepatan tinggi menjauh dari kompleks apartemennya. Dia segera menelepon Rey kembali.
"Rey, mereka pergi, tapi aku masih merasa tidak aman," katanya dengan suara bergetar.
"Aku sudah dekat, Nisa. Aku akan segera sampai. Jangan khawatir, kita akan melaporkan ini ke polisi," balas Rey.
Lima menit kemudian, Rey tiba di apartemen Nisa. Dia mengetuk pintu dengan lembut. "Ini aku, Rey. Buka pintunya."
Nisa segera membuka pintu, membiarkan Rey masuk dan langsung memeluknya erat-erat. "Aku sangat takut, Rey. Mereka tidak akan berhenti," katanya.
"Kita akan hadapi ini bersama. Aku tidak akan membiarkan mereka menyakitimu," kata Rey dengan tegas, membelai rambut Nisa dengan lembut.
Mereka duduk di sofa, membahas langkah-langkah berikutnya. "Kita harus melaporkan ini ke polisi. Mereka sudah melanggar batas. Ini bukan sekadar intimidasi lagi, ini sudah mengarah ke ancaman fisik," kata Rey.
Nisa mengangguk setuju. Mereka berdua pergi ke kantor polisi terdekat dan melaporkan insiden tersebut. Polisi mengambil laporan mereka dengan serius, apalagi dengan bukti pesan ancaman yang diterima Nisa.
Setelah selesai melapor, Rey mengajak Nisa ke rumahnya. "Lebih baik kamu tinggal bersamaku untuk sementara waktu. Aku tidak ingin kamu sendirian di apartemen itu."
Nisa setuju. Meskipun dia merasa canggung, dia tahu bahwa bersama Rey dia akan lebih aman.
Di sisi lain kota, Sindy dan Nico bertemu dengan Rasya dan teman-temannya di sebuah gudang tua. Mereka merencanakan langkah berikutnya, kali ini dengan niat yang lebih gelap.
"Kita harus membuat Nisa benar-benar ketakutan. Kalau perlu, kita akan masuk ke apartemennya dan membuat kerusakan yang besar," kata Nico dengan nada dingin.
"Bagus. Kita akan pastikan dia tidak akan merasa aman di manapun," tambah Sindy dengan
Setelah melaporkan insiden tersebut ke polisi, Rey memutuskan membawa Nisa ke vila keluarga Pak Roni, ayah Nisa. Rey merasa bahwa vila yang dikelilingi oleh penjagaan ketat akan menjadi tempat yang paling aman untuk Nisa sementara mereka menyusun rencana lebih lanjut.
Malam itu, mereka tiba di vila. Pak Roni yang sudah diberi tahu oleh Rey langsung menyambut mereka dengan wajah khawatir. "Nisa, Papa dengar apa yang terjadi. Kamu baik-baik saja, kan?" tanya Pak Roni sambil memeluk putrinya.
Nisa mengangguk, meskipun wajahnya masih menunjukkan ketakutan. "Aku baik-baik saja, Pa. Tapi mereka... mereka mungkin akan terus mencoba," ucapnya dengan suara gemetar.
"Tenang, di sini kamu aman. Vila ini dijaga ketat, tidak ada yang bisa masuk tanpa seizin kita," kata Pak Roni menenangkan.
Rey memotong, "Pak Roni, kita perlu memperketat penjagaan dan mungkin memasang beberapa kamera tambahan di sekitar vila untuk memastikan kita bisa melihat siapa saja yang mendekati area ini."
Pak Roni mengangguk setuju. "Bimo, segera hubungi perusahaan keamanan dan minta mereka memasang kamera tambahan dan menambah penjaga di sekitar vila," perintahnya kepada asistennya yang setia.
"Siap, Pak. Akan saya urus secepatnya," jawab Bimo dengan sigap.
Setelah semua perintah diberikan, Pak Roni mengajak Nisa dan Rey masuk ke ruang tamu yang luas dan nyaman. Mereka duduk, dan Pak Roni mencoba menggali lebih dalam tentang apa yang terjadi.
"Jadi, siapa sebenarnya yang melakukan ini? Apakah ada motif tertentu?" tanyanya dengan serius.
Nisa menunduk, mencoba menahan air mata. "Sindy dan Nico, Pa. Mereka tidak suka aku, dan mereka merasa bisa memanfaatkan ku untuk keuntungan mereka," katanya pelan.
Rey menambahkan, "Mereka sudah melakukan beberapa tindakan yang menunjukkan niat jahat. Ini bukan hanya masalah iri atau cemburu, ini sudah berbahaya."
Pak Roni menghela napas dalam-dalam. "Kalau begitu, kita harus bertindak tegas. Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti putriku. Bimo, selain keamanan tambahan, aku ingin kau mengawasi aktivitas Sindy dan Nico. Cari tahu semua tentang mereka, siapa yang mendukung mereka, dan apa langkah mereka selanjutnya."
Bimo mengangguk lagi. "Akan saya laksanakan, Pak."
Malam semakin larut, dan Nisa akhirnya bisa beristirahat di salah satu kamar tamu yang mewah di vila tersebut. Rey tetap berjaga di luar kamarnya, memastikan bahwa tidak ada yang bisa mendekatinya tanpa dia ketahui.
Namun, Sindy dan Nico, yang masih berada di kota, sedang merencanakan sesuatu yang lebih besar. Mereka tidak tahu bahwa Pak Roni dan Rey sudah satu langkah lebih maju dalam melindungi Nisa. Rencana mereka mulai terkuak, dan mereka tidak akan dibiarkan merusak hidup Nisa lagi.
---
Rasya menyeringai. "Aku punya teman-teman yang bisa membantu kita. Kita akan membuat ini menjadi mimpi buruk bagi Nisa."
Rencana mereka semakin matang, tanpa mereka sadari bahwa Rey dan Nisa sudah mengambil langkah awal untuk melindungi diri mereka.
---