NovelToon NovelToon
Wanita Pilihan CEO Tua

Wanita Pilihan CEO Tua

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Terlarang / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Rahayu Dewi Astuti

Wanita tegar dan nampak kuat itu ternyata memiliki luka dan beban yang luar biasa, kehidupan nya yang indah dan bahagia tak lagi ada setelah ia kehilangan Ayah nya akibat kecelakaan 10 tahun lalu dan Ibunya yang mengidap Demensia sekitar 7 tahun lalu. Luci dipaksa harus bertahan hidup seorang diri dari kejinya kehidupan hingga pada suatu hari ia bertemu seorang pria yang usianya hampir seusia Ayahnya. maka kehidupan Luci yang baru segera dimulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahayu Dewi Astuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

William, Simon dan Sabrina

Maria masih menunggu jawaban William yang terlihat santai atas pertanyaannya, padahal Maria kini sedang merasa ketakutan. Sejak kemarin dua orang anak buahnya tidak bisa ia hubungi sama sekali.

"JAWAB!!!" Maria makin frustasi.

William bangkit dari duduknya, berjalan menghampiri Maria dengan tatapan yang tajam. "Jangan pernah bermain-main denganku, jika sekarang mereka yang aku hilangkan nyawanya, mungkin besok kau yang akan kehilangan nyawamu." Ujar William sembari mengelus rambut Maria dengan lembut.

Tubuh Maria bergetar, ia segera keluar dari ruangan William cepat. bahkan ia segera meninggalkan kantor entah akan kemana ia pergi.

William tertawa puas, rasanya senang sekali memberi sedikit pelajaran pada orang yang berani mengusik hidupnya. Tak lama Simon datang kembali menemui William.

Pria itu tidak bicara, hanya membungkukkan sedikit tubuhnya memberi salam pada William.

"Apa yang sebenarnya terjadi, katakan." William sangat ingin tau apa yang baru saja terjadi pada Simon dan Luci hari ini.

"Sabrina datang ke gedung tempat tinggal Luci, ia juga mencoba untuk menyerangnya dan aku berusaha untuk menghalangi Luci sehingga Sabrina sedikit melukaiku." Simon menjelaskan sesingkat dan sejelas mungkin, karena ia tau jika William tidak suka pada orang yang bertele-tele.

William mengerutkan keningnya, "Lalu kenapa Luci ingin aku membantu wanita yang hampir saja melukai dirinya?"

"Sabrina dan Luci sahabat lama, sepertinya Sabrina melakukan hal itu karena emosi semata. Untuk sementara Sabrina tinggal di kamar bekas Luci tinggal, Luci juga mengirimkan sejumlah uang pada Sabrina".

Mendengar hal itu membuat William memutuskan untuk menemui Sabrina tanpa diketahui oleh Luci. Ia hanya ingin berbicara empat mata tujuan melakukan hal ini pada Wanitanya.

"Setelah aku selesai meeting, antar aku untuk menemui Sabrina." Ujar William sembari melangkahkan kakinya keluar ruangan.

"Baik, Tuan." Jawab Simon.

Setelah disewakan tempat tinggal oleh Luci, kini Sabrina merasa bisa tidur dengan bebas meskipun ruangan ini sempit, ia hanya membayangkan jika masih dirumah lamanya kamarnya kini hanya sebesar kamar mandinya saja.

Ponsel Sabrina berdering, ia melihat sebuah nama muncul dilayar ponselnya. Nampaknya Sabrina sangat muak, bahkan setelah panggilan ketiga ia baru mengangkatnya.

"Dasar anak durhaka, kenapa kau belum juga mengirimkan uang untuk kami. Kamu tau besok aku harus membayar arisanku."

Sabrina mengelus wajahnya kasar, orang tuanya terus saja meminta uang kepadanya padahal ia sudah menjelaskan bahwa dirinya baru saja dipecat dan seluruh kekayaannya disita. Tetapi keluarga itu tidak mengerti.

"Bisakah kau menghubungiku tanpa meminta uang? bahkan kau tidak tau bagaimana susahnya kehidupanku sekarang." Sabrina berusaha mengontrol emosinya meskipun air matanya hampir terjatuh.

"Kenapa aku harus tau? kau sudah dewasa urus semua urusanmu sendiri. Tugasmu hanyalah membalas budi pada orang tua yang telah susah payah membesarkanmu." Ibu Sabrina nampak tidak peduli pada perkataan anaknya.

"BALAS BUDI? BAHKAN AKU TIDAK PERNAH MAU DILAHIRKAN DARI ORANG TUA MISKIN SEPERTI KALIAN."

BIP...

PRANG....

Sabrina mematikan panggilannya dan melemparkan ponsel miliknya kelantai hingga hancur. Ia juga berteriak frustasi dengan keadaan yang menyiksa dirinya. Bahkan teriakan Sabrina sempat terdengar oleh tetanggga disamping dan didepan kamar yang ia sewa.

Tok...

Tok... Tokk

Dalam keadaan sedang kacau, tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu kamar Sabrina dengan cukup kencang.

"Sial..." Sabrina melangkahkan kakinya dan membuka pintu dengan kasar baru saja ia akan mengumpat tiba-tiba ia menyadari siapa yang baru saja datang.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Sabrina.

Simon menggeserkan tubuhnya hingga Sabrina bisa melihat pria jangkung yang pernah ia temui sebanyak dua kali.

"Bagimana kabarmu?" Tanya William basa-basi.

"Tanpa perlu aku menjawab kau bisa tau seberantakan apa aku sekarang." Jawab Sabrina dengan nada malas.

"Ikutlah denganku, sepertinya ada hal yang perlu kita bicarakan."

Sabrina menutup pintunya untuk sedikit bersiap, sedangkan Simon dan William memilih untuk keluar dari gedung itu karena sudah tak bisa lama-lama menghirup udara yang lembab.

Simon berdiri didepan mobil yang ia kendarai sedangkan William sudah duduk didalam dengan tenang. Tak lama Sabrina datang menghampiri mobil yang terparkir kemudian ia masuk disusul oleh Simon.

"Apakah photo gadis muda yang kau tunjukan saat itu adalah Luci?" Sabrina membuka pembicaraan.

"Aku kira kau akan langsung mengenalinya ternyata butuh waktu satu bulan." William tertawa kecil.

"Aku hanya tak percaya jika itu benar-benar Luci. Darimana kau mengetahui Luci kecil?" Tanya Sabrina yang semakin curiga pada William.

"Aku rasa aku tak perlu menjawab semua pertanyaanmu. Berapa uang yang kau butuhkan agar kau tak mengganggu Luci." William mengajak bernegosiasi.

Sabrina tertawa kesal, ia membuka jendela mobil dan menyalakan api untuk membakar sebuah rokok yang terselip diantara bibirnya.

"Kau pikir aku datang untuk melukai Luci? Ah.. apa kau mendengar laporan dari anak buahmu jika tadi siang aku hampir menyerang Luci?" Sabrina menyesap rokoknya sembari mengarahkan pandangan kearah Simon dan ke arah William bergantian.

Simon menghentikan mobilnya di area sepi dekat dengan sebuah danau. Kini bukan hanya Sabrina yang merokok William juga.

"Aku tak suka orang yang bertele-tele, lalu apa yang kau inginkan."

"Beri aku pekerjaan, aku mau bekerja apa saja serta tolong berikan bayaran terakhirku kepada keluargaku dan minta mereka untuk tidak pernah mengganggu hidupku." Sabrina membuang putung rokok ke tanah sembari menunggu jawaban William.

William masih berpikir, apakah Sabrina orang yang dapat dipercaya karena ia tak mau membantu seorang parasit dikehidupannya.

"Aku akan memikirkannya."

Tak lama sebuah mobil datang menghampiri mereka. Supir pribadi William datang menjemput, karena sejak tadi Luci sudah menelpon William karena sudah cukup telat ia pulang.

"Tuan mengapa anda tidak pulang denganku?" Tanya Simon.

"Antarkan saja wanita itu, aku harus segera pulang." William masuk kedalam mobil.

"Bagaimana dengam bayaranku?" Sabrina merasa sudah membuang banyak waktu tetapi tak mendapatkan hasil apapun.

"Simon, tolong urus dia."

"Baik tuan."

Mobil itu melaju cepat meninggalkan mereka berdua. Sabrina mengumpat berkali-kali karena kesal dengan sikap angkuh William.

"Masuklah aku akan mengantarkanmu pulang." Ujar Simon sembari membukakan pintu depan mobil untuk Sabrina.

Wanita itu masuk tanpa penolakan meskipun wajah kesalnya masih terlihat dengan jelas.

"Apa lukamu parah?" Tanya Sabrina.

"Tidak." Jawab Simon singkat.

"Tidak perlu bersikap dingin, bukankah buah dadaku sangat mencuri perhatianmu sejak tadi?" Tiba-tiba Sabrina menggoda Simon begitu berani, bahkan ia dengan berani memegang serta mengelus paha Simon dengan lembut.

"Hentikan, jika tidak kau akan menanggung akibatnya." Simon memerintahkan Sabrina untuk berhenti, namun hal itu tidak digubris sama sekali oleh Sabrina.

Jalanan sudah sangat sepi, tiba-tiba Simon keluar dari mobil membuka bagasi dan mengambil sebuah borgol dalam sebuah box, ia dengan cepat membuka pintu mobil sebelah kiri dah tentu saja itu membuat Sabrina terkejut.

"Hei.. APA YANG KAU LAKUKAN, BRENGSEK." Sabrina berteriak serta meronta-ronta ketika kedua tangannya diborgol kearah belakang oleh Simon.

"Sepertinya aku harus memberimu sedikit pelajaran." Ujar Simon sembari tersenyum nakal.

1
Reysha Maharani
ceritanya sangat fresh, dan membuat penasaran bagaimana nantinya hubungan Lucu dengan Mr.William perbedaan umur 20 tahun sangat menarik
Reysha Maharani
puas banget Simon nampar Sabrina /Scream/
Reysha Maharani
seru sekali, aku gak bisa stop baca Thor... jangan stop update yaaa
Eemlaspanohan Ohan
lanjut
Ita Putri
typo....sabrina thor bukan sandra
Eemlaspanohan Ohan
waw. Simon sama sabrina
Eemlaspanohan Ohan
mampir thor
Abu Yahya Badrusalam
Ceritamu bikin aku susah move on thor, keep writing 👏👏
Withtiwi: terima kasih kak(^v^)bikin aku jadi semangat buat nulis nih
total 1 replies
Jenny Ruiz Pérez
Terima kasih udah bikin cerita keren kaya gini. Jadi pengen jadi penulis juga.💪🏼
nabila Nisa
Wah, seru banget nih ceritanya, author jangan berhenti ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!