Melissa Permata Sari, gadis muda yang nekat menjual keperawanannya demi melunasi utang keluarganya sebesar 150 juta. Di hotel tempat "transaksi" berlangsung, ia justru bertemu Adrian Sutil, pria tampan dan kaya yang bukan mencari kesenangan, melainkan seorang pengasuh untuk putrinya yang berusia tiga bulan.
Adrian memberikan penawaran tak biasa: jika Melissa berhasil membuat putrinya nyaman, separuh utang keluarganya akan lunas. Namun, ada satu masalah—Melissa belum bisa memberikan ASI karena ia masih perawan. Meski sempat ragu, Adrian akhirnya menerima Melissa sebagai pengasuh, dengan satu syarat tambahan yang mengubah segalanya: jika ingin melunasi seluruh utang, Melissa harus menjadi lebih dari sekadar pengasuh.
Bagaimana Melissa menghadapi dilema ini? Akankah ia menyerahkan harga dirinya demi keluarga, atau justru menemukan jalan lain untuk bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banggultom Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Beberapa bulan kemudian. Jika dihitung, kandungan Melissa sudah memasuki keempat bulan. Tak terasa, gadis yang marah-marah karena depresi sulit menerima kenyataan itu, kini justru sangat menikmati momen-momen di masa kehamilannya.
Peran Adrian pun tak lepas dari seorang suami yang sangat siap siaga, meski kenyataan tidak ada hubungan di antara mereka, tetapi tanggung jawab tetap ada.
Entahlah budaya hamil tanpa pernikahan seakan sudah diwajarkan, mirisnya banyak dari kebanyakan setelah melahirkan mereka membuang anak. Namun, agaknya tidak begitu juga di kehidupan dua pasang manusia itu.
Dalam kehidupan Melissa dan Adrian hamil tanpa pernikahan dianggap kecelakaan karena itulah yang mereka alami sekarang.
"Melia, hari ini aku yang antar makanan, kamu santai aja di rumah!"
Saat ini Melissa tengah memasak makan siang untuk Adrian. Gadis yang biasa diperintahkan mengantar makanan itu
menghampirinya Melissa. "Kenapa Nona? Kandungan Nona sudah semakin besar, nanti justru dimarahi tuan. Biar saya saja!"
Melissa tersenyum lembut pada gadis itu. Meski usianya masih lebih tua dari Melissa, tetapi Melia tidak ingin dipanggil dengan sebutan yang sama saat Melissa memanggil Yani dan Sasa.
"Enggak apa-apa, Melia. Ini kemauan aku, biar kamu lakukan tugas seperti biasa aja di rumah!"
"Ah, baiklah kalau begitu."
"Ya sudah, tolong sampaikan ke mbak Sasa dan mbak Yani ya. Aku ke kantor sekarang!"
"Baik Nona, hati-hati!"
Melissa tersenyum lagi, kemudian ia berangkat dengan diantar oleh Laksa yang kebetulan pria itu dapat kebagian menjaga rumah, bukan lagi di kantor seperti biasa. Pria itu menjaga rumah semenjak kepergian Adrian dinas di luar negeri beberapa bulan lalu, saat Melissa dikurung paksa.
"Silahkan, Nona!"
Melissa dipersilahkan memasuki pintu depan, itu berarti ia akan duduk berdampingan dengan supirnya, yaitu Laksa sendiri.
"Apa sudah ada janji mendatangi perusahaan, Nona?"
Melissa tersenyum. "Enggak, aku mau buat kejutan aja ke dia hari ini ."
Laksa melihat benjolan besar di perut perempuan itu, tampak menggemaskan karena Melissa sedang memakai baju yang memperlihatkan punggung dan dadanya.
"Saya senang Nona sudah melupakan pria itu. Jadilah satu-satunya untuk, tuan!"
Lagi-lagi Melissa menanggapi dengan senyum mendengar ucapan Laksa. "Justru aku begini karena dia. Aku hanya sedang berperan sebagai perempuan yang seolah-olah menjaga benih dari tuanmu. Nyatanya aku akan tetap pergi setelah anak ini lahir."
"Bagaimana perasaan tuan, nanti?"
"Aku tidak perduli. Lagi pula di sini tidak ada yang melibatkan perasaan," balas Melissa enteng.
Tak ada lagi pembicaraan karena mobil sudah tiba di perusahaan. Melissa tidak diperintahkan untuk turun dulu sebelum pintunya dibukakan. Namun karena tak menjaga keseimbangan, Melissa nyaris kebelosok ke depan, tepat saat itu Laksa di hadapannya. Tangannya kekarnya pun menangkap kedua ketiak Melissa yang saat itu tidak terlapisi apa-apa.
"Oh astaga!" Perempuan itu terperangah, hampir ia kehilangan bayi dan nyawanya."Hampir saja Anda menggugurkan bayi tuan, Nona!"
"Baiklah, terima kasih!"
Laksa tetap membuntuti dari belakang untuk menjaga keamanan nona-nya itu, apalagi Melissa adalah perempuan ceroboh.
Ia sangat takut apa yang terjadi akan menjadi pertanggungjawabannya.
***
Sementara itu di kantor, Adrian habis memecat bawahan karena ketahuan mengkhianati perusahaannya. Dia sangat kejam, bahkan prinsip yang terselubung di dunia bisnisnya, yaitu kesalahan apapun bisa dimaafkan kecuali penghianatan. Jika sudah terjadi maka nyawalah sebagai gantinya.
"Incar nyawanya, jangan kembali sebelum memotret gambar kematian dia!"
"Baik, Tuan!"
"Baiklah, semuanya keluar dari ruangan saya!"
Beberapa kalimat itu mampu membuat mereka bubar dari posisi. Adrian memijat kepalanya, denyut akibat pikiran di dalam seketika menusuk.
"Pak Adrian ...."
"Apa lagi... hei!"
Akhirnya obat pusing Adrian datang, seketika rasa nyeri di kepalanya hilang saat melihat kehadiran perempuan buncit dengan pakaian yang terlihat seperti daster. Namun, ia terheran kenapa perempuan itu mengunjungi kantornya.
"Kenapa si, gak seneng ya aku ke sini?"
"Tidak, cuma kaget aja.
Kemarilah!" Adrian merentangkan tangannya, sementara tangan sebelah ia tepuk-tepuk paha.
Sebagai kebiasaan Melissa yang sering duduk di pangkuannya.
"Aku diantar sama Laksa.
Sengaja mau ke sini karena kangen masa-masa sebelum aku hamil.Baru kali ini lagi aku datangi perusahaanmu," ujar Melissa.
"Apa ke sini cuma mau membahas itu?" Adrian agaknya sangat tidak suka dengan ucapan Melissa barusan. Terlebih kenangan. Ia sudah paham yang dimaksud kenangan itu. Ya, sudah pasti tentang kekasihnya yang merupakan mantan bodyguardnya.
"Iya!" Dengan meledek Melissa menjawab. Senyumannya terlihat jahil.
"Siapa yang suruh pakai baju kayak gini, hmm? Kamu tau kamu ada di kantor sekarang?" Adrian mengangkat tali tipis di pundak Melissa. Tali yang diikat itu, menciptakan pandangan yang indah di kulit putih bagai susu milik Melissa.
"Gerah, maunya pakai kayak gini aja!"
"Ya sudah, yang penting jangan pernah ikat rambut okay?"
Ya karena hanya rambutlah yang menjadi tutupan bagian yang terbuka. Namun, untuk saat ini ia sangat menikmati pemandangan saat Melissa memakai baju seperti itu. Aura wanita hamilnya sangat memancar. Perut yang seperti balon itu tampak menggemaskan, buah dada Melissa pun terlihat semakin membengkak.
"Okey. Ayo sekarang makan!"
Melissa beranjak dari pangkuan Adrian, ia menyiapkan makanan yang dibawanya. Selama kegiatan ia terus dipandangi, bahkan seperti ingin menggigit. Kesan tatapan Adrian seperti ada gairah yang keluar. Namun, dalam hati ia terus menyadari begitu cantik perempuan yang akan menjadi ibu untuk anaknya nanti.
"Mas, aku kangen Chia.
Sekarang kabarnya gimana?"
"Anakku baik-baik saja dengan mama, setiap pulang dari kantor aku selalu menengok," jawab Adrian. Ia mulai membuka mulut saat Melissa menyuapinya.
"Nanti bawa pulang ya, biar aku aja yang jaga!"
Kamu mengurus diri saja kewalahan, bagaimana dengan anakku nanti? Bisa-bisa aku mengurus tiga bayi sekaligus!"
"Kan yang di dalem perut belum keluar ...."
Melissa cemberut, tetapi tidak merasa marah besar. Entah kenapa perlakuan perempuan itu sangat kalem hari ini. Adrian juga belum mendengar Melissa meminta sesuatu yang di luar kepala, biasanya setiap hari selalu ada.
"Mas, aku kepengen ke rumah ayah."
Adrian memejamkan matanya, baru saja ia kalut dengan perlakuan perempuan itu. "Bagaimana bisa kamu pulang dalam kondisi perut seperti itu? Tolong mintalah sesuatu yang masuk akal, Melissa!"
"Ah, iya juga ya!"
***
Malam hari. Pulang telat, padahal niatnya tidak ingin kembali ke rumah, tetapi ternyata kerjaan yang memaksa ia untuk lebih lama di kantor. Sungguh, Adrian tidak sabar ingin menemui perempuan tawanannya.
"Pak, kami sudah mengecek kandungan nona, mendengar dari dokter Nadya hasilnya bagus dan janinnya aman!" Ketika pulang Adrian langsung mendapat laporan dari Yani ketua pelayannya.
"Baiklah, terima kasih infonya !" Pria itu segera melewati Yani karena tak sabar ingin mengunjungi kamar Melissa. Padahal, tadi Melissa sempat ke kantor, tetapi entah mengapa rindunya semakin jadi setelah mengingatnya.
"Sedang apa?"
Adrian melihat wanita hamilnya sedang bercermin dengan sedikit membuka baju bagian perut. Seketika tersimpan perasaan tidak enak. Adrian sangat takut jika Melissa selalu berkaca. Ya, ia sangat membenci kaca.
Bersambung ~