"Kau adalah milikku, Kau ada di setiap hembusan nafasku. Ku bunuh siapapun yang berani menyentuhmu. Aku mencintaimu Anya" - Damian Andante Salvatore
"Yang kau sebut cinta itu adalah Penjara bagiku Dante. Bila bersamamu rasanya sesak bagiku. Aku membencimu Dante" - Azzevanya Laluna Hazal
Hallo guys, ini adalah novel pertama ku... maaf kalau banyak typo atau ceritanya kurang menarik ya... Terima kasih banyak😍😍😍😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sequoia_caca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayahmu dan Kemal Ozturk
Ares sudah menugaskan anak buahnya untuk membuang mayat Aurel dan membersihkan kamar yang di sewa Damian. Ares melangkah masuk ke dalam kamar itu. Damian tampak sudah memakai pakaiannya kembali. Dengan memasang ekspresi wajah seperti tidak terjadi apapun.
"Kau puas? "
Ares bersandar di ambang pintu masuk kamar itu. Sambil merokok.
"tidak terlalu. "
Damian melemparkan tubuhnya diatas ranjang king size itu. Lalu menatap langit-langit kamar. Yang dia pikirkan sekarang, sedang apa pujaan hatinya. Apakah dia sudah mengingat saat pertama kali mereka bertemu. Apa Dia diizinkan untuk terbang dan bekerja di Italia oleh ibu asuhnya.. Apa yang sedang dia lakukan..
"Hey, Damn.. ku dengar kau sudah menemukan wanita itu.. "
"Johan yang memberitahu mu? "
"si bisu Hans, yang memberitahuku. Kau menyukainya? atau terobsesi padanya? "
tanya Ares dengan serius.
"Aku mencintainya"
"pufff hahahahaha... Kau bahkan belum mengenalnya lebih dalam. Kalian baru bertemu beberapa jam yang lalu... wkwkwk"
Damian merasa tersinggung dengan perkataan Ares, dia menatap Ares dengan datar. Hal itu membuat Ares menghentikan tawanya seketika.
"Tenang kawan, aku hanya bercanda. "
"Itu tidak lucu. "
"Damn... Itu bukanlah cinta, yang kau lakukan itu hanyalah obsesi. Kelak kau akan membuatnya sakit "
"Bukan urusanmu.. "
Damian memang keras kepala. Tapi Ares menasehatinya karena peduli padanya.
"Aku hanya tidak ingin kau salah melangkah Damn. Sebagai sahabat aku peduli padamu. Walau kau menyebalkan. ".
Damian yang mendengar Ares terus mengoceh bangkit dari ranjang, lalu pergi meninggalkan Ares keluar dari kamar.
" Heyy... kau mau kemana!!! aku sedang bicara!!!. "
"Bicaralah sampai mulutmu berbusa. "
Damian tidak menggubris teriakan Ares, dia berjalan menuruni tangga. Lalu bergabung kembali dengan Hans dan Johan.
Johan yang sedang memakan mie cup hampir saja tersedak karena Damian mendadak mendorongnya agar sedikit memberi ruang untuknya duduk.
"Okhhooo okhhoo, kamprett.. "
Johan langsung meraih sebotol air mineral diatas meja dan meminunnya.
"Tuan, bukankah anda akan istirahat sejenak.? "
Hans bingung melihat Damian yang malah turun kembali ke lantai dasar.
"Ada burung beo menggangguku terus. "
Hans tau maksud Damian adalah Ares, pas sekali Ares juga turun dari tangga lalu bergabung kembali dengan mereka.
"Damn... kau masih saja pemarah.. "
Ares duduk di sebelah Hans, lalu dengan lancang menggapai Mie cup yang sedang di makan Johan dengan nikmatnya.
"Anak anjingg... tidak bisakah aku tenang sehari saja... kembalikan... heyyy !!! atau ku pangkas rambutmu yang warna warni seperti ayam jago itu"
"Beli lah lagi, kau kan kaya...! pelit sekali kau sipit!! "
Hans tertawa tipis melihat tingkah laku mereke.
"Tuann, ini dokumen yang Tuan Vasco kirimkan dari Turki. "
Hans menyerahkan dokumennya pada Damian, dokumen itu berisi foto-foto kegiatan Kemal Ozturk. Seluruh kegiatannya setiap saat di muat di foto-foto yang dikirim kan Vasco itu. Vasco adalah salah satu sahabat Damian, dia berperan sebagai spy dan hacker dalam Klan.
"Tidak ada yang mencurigakan... kecuali.. "
Saat Damian melihat lembaran-lembaran foto itu, ada beberapa foto yang menarik perhatiannya. Di foto itu Kemal Ozturk mengunjungi sebuah tempat rehabilitasi orang dengan gangguan jiwa. Hampir setiap hari.
"Ada apa tuan?? ".
Hans penasaran dengan apa yang dilihat Damian.
" Ada yang mencurigakan. Untuk apa Kemal Ozturk mengunjungi tempat rehab itu setiap hari.? "
"Ya ampun... kau berburuk sangka sekali, mungkin orang tuanya, atau istrinya atau anaknya, saudaranya, atau mungkin anak buahnya yang gila.. Atau bahkan dia yang gila kan kita tidak tahu.. "
Johan melempar Nachos ke arah mulut Ares yang tidak berhenti mengoceh.
"Bisa diam tidak kau... "
Damian menghembuskan nafas kasar. Lalu melanjutkan pembicaraan nya.
"Dia hanya tinggal bersama ayahnya Azad Ozturk. sedangkan Putranya Serkan Ozturk bergabung dengan Angkatan Laut. Dan aku jamin, dia tidak kemana pun dan selalu berada di kawasan militer. "
"Apa mungkin ayahnya yang butuh rehabilitasi? "
Johan ikut penasaran.
"Biar ku tanyakan lebih lanjut pada Vasco saat tiba di Sisilia besok"
Damian merapikan foto-foto yang telah ia lihat di dalam Dokumen itu, lalu ia serahkan serahkan kembali pada Hans.
"Damn sebenarnya apa masalah yang membuat Kemal Ozturk sangat dendam pada keluarga mu. Terkadang aku lelah menghadapi mereka saat berada di Sisilia. Klan Ozturk itu selalu saja menyerang "
Ares mengacak rambutnya kesal.
"Nanti saja ceritanya, itu sangat panjang sekali jika dijelaskan dari awal.. bisa-bisa berakhir besok lusa. Sekarang kau jelaskan dulu kenapa kau bisa yakin dalang dari penembakan itu adalah pamanmu dan si Kemal itu"
"Pamanku itu ayahmu. "
Damian menatap Johan datar.
"Pufffttt.. maaf maaf lanjutkan. Jangan sampai ada perang saudara disini. "
Area menahan tawa. Mendengar sindiran Damian pada Johan.
"3 tahun lalu sebelum aku berangkat kemari. Aku merusak usaha ayahmu menyeludupkan anak-anak dibawah umur untuk di perjual belikan pada orang yang mengidap Pedofil. Aku melancarkan aksi ku tanpa bantuan siapapun, tapi aku mengetahui kabar itu dari salah satu anak buah ayahmu yang anaknya menjadi korban dari perdagangan itu. Kau tau selama ini ayahmu akan merampas anak-anak mereka itu secara paksa jika mereka tidak bisa melunasi hutang tersebut. Dia tidak melihat umur dari anak-anak itu, bahkan ada yang masih berumur 4 tahun"
"Lalu, kenapa baru satu orang yang memberontak. "
Ares menyela pembicaraan itu.
"Maaf tuan, sepertinya kau harus menutup mulutmu yang berisik seperti bebek itu. !!!"
Hans akhirnya angkat bicara, setelah menahan diri lama mendengar ocehan Ares.
"Kkkkauuu!!! berani padaku".
" syutttttt".
Ares pun terdiam saat Damian bersuara.
Johan tidak memberikan respon apapun, dia masih tidak percaya ternyata ayahnya masih belum berubah, bahkan lebih kejam.
"Kenapa baru satu orang? itu karena ada kesempatan. Karena biasanya jika hutang itu jatuh tempo dan anak-anak itu sudah ia jual, maka ayah dari anak-anak itu akan langsung Dia kurung di sebuah penjara bawah tanah. "
"Sekarang dimana ayah dari salah satu anak itu? "
Johan bertanya dengan wajah serius pada Damian.
"Dia tewas sebelum aku sampai disana. "
"Kau melawan mereka sendirian Ian? kenapa kau tidak memberitahu ku? "
"Karena kau pasti terpukul. Kau belum sembuh dari trauma dan luka lama mu seperti ku Jo. Hanya kau dan aku berbeda cerita. "
Hans mengepalkan tangannya, karena cerita itu hampir sama seperti dirinya dulu. Namun, bedanya dia selamat, tapi anak-anak itu banyak yang sudah terlanjur terjebak perdangangan anak.
"Aku juga tidak memberitahu Hans, karena dia juga pernah mengalami hal itu. Walau aku yakin sekarang kalian lebih kuat. Tapi aku hanya tidak mau saja melibatkan kalian. Aku melawan puluhan anak buah ayahmu, lalu aku melepaskan anak-anak itu dari pelabuhan, jika terlambat sedikit saja mungkin mereka sudah di layar kan menuju Jerman."
"Wahhh Damn, itu kalimat terpanjang mu selama kita bersahabat. "
Ares mendapat tatapan membunuh dari mereka bertiga.
"setelah aku menghancurkan kapal-kapal itu dan membunuh anak buah ayahmu satu persatu, Ayahmu berkata aku adalah keponakan yang buruk. Dan tak akan segan-segan membunuh ku. Dia tahu rencanaku untuk memantau cabang hotelku di Indonesia. Aku tidak menggubris ancamannya. Tapi benar saja malam itu dia mengirim kan seseorang untuk membunuhku. Lalu saat dia tahu usahanya gagal, dia menghubungi ku. "
"Apa yang bajingan itu katakan? Ian"
"Dia bilang apa aku senang dengan hadiah kecil darinya.. dia melakukan itu agar aku cepat menemui ibuku"
Damian mengatakan itu sambil tersenyum smirk.
"Lalu, darimana kau tau ayahku bekerja sama dengan Kemal Ozturk. "
Johan kembali bertanya pada Damian.