Warning ❗
Mengandung kata-kata mutiara (sebaliknya).
Bacalah dengan bijak, tidak suka pun tak apa bisa skip ya🤗
Alexa gadis berusia 20 tahun, anak broken heart. 3 tahun lamanya ia tinggal sendiri disalah satu rumah mewah setelah kedua orang tuanya cerai, dan melanjutkan kehidupan mereka bersama pasangannya masing-masing.
Kurangnya kasih sayang dari kedua orang tua. Menjadi Alexa tidak membatasi dirinya didunia malam. Kerap kali ia selalu menghabiskan malam bersama teman-temannya dan pulang larut malam dalam keadaan mabuk.
Pada suatu hari ia bertemu seseorang disebuah club malam dan berkenalan dengan seorang pemuda.
Satu malam yang panjang, mengubah kehidupan Alexa pada saat itu.
Next untuk mulai baca👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MomoCancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Tepat 6 pagi Alexa sudah melakukan tugasnya sebelum ia berangkat bekerja, ia berangkat lebih pagi menghindari masalah yang akan diciptakan oleh Sofie seperti semalam.
Setelah penghuni rumah itu terbangun mereka sudah disajikan makanan untuk mereka sarapan pagi ini.
Pakaian pun Alexa sudah menyelesaikan nya, hingga pekerjaan lainnya gadis itu sengaja bangun dipagi buta untuk menyelesaikan pekerjaan yang selalu menjadi sarapan nya disetiap hari sejak ia tinggal disana.
Pagi ini seseorang masih belum ada yang datang kecuali dirinya, untung saja kunci cadangan cafe selalu ia pegang, sebagai antisipasi apa bila ada sesuatu yang darurat.
Alexa berjalan sebentar seraya mulai membereskan meja dan kursi-kursi, ia duduk sejenak dan memainkan ponselnya sebentar sambil menunggu teman-temannya datang.
Kebiasaan para pegawai datang jam 7 pagi, membuat Alexa sedikit bosan, iapun mulai melamun dan memikirkan kejadian satu tahun silam.
Tiba-tiba seseorang menyapanya dan seketika lamunannya buyar.
"Lo berangkat subuh banget Kenapa gak tungguin gue?" kata Evan tepat berdiri didepannya.
"Apa urusannya sama Lo, mau gue nyubuh atau enggak, ya ..terserah gue."ketus Alexa menjawab nya dengan malas ia pun pergi menuju tempat ganti pakaian dan meninggalkan Evan disana.
Wanita itu enggan mendapatkan perhatian dari nya, karena ia tahu mereka tidak akan bisa menjalin hubungan keluarga yang baik secara ibu nya sudah dengan berani berselingkuh dengan ayahnya Anwar ketika Alena tengah mengandung Alexa.
"Gak jelas banget tuh anak. Mau gue nyubuh mau enggak, apa coba urusannya lagian gue juga udah kerjain kerjaan rumah."Celotehnya Alexa kesal.
Satu persatu teman-temannya datang, Alexa pun mulai melakukan tugasnya sebagai waiters. Sesekali ia melirik ke arah Evan pria itu tengah sibuk dengan ponselnya.
Setelah Evan menyadari jika Alexa tengah memperhatikan nya pria itu segera mematikan ponselnya dan menghampiri Alexa yang tengah membersihkan meja.
"Ada apa?" tanya Alexa ketika pria itu sudah berdiri tepat didepannya.
"Jam makan siang hari ini aku tunggu di tempat makan Ariesta." ucap Evan, kemudian ia pergi begitu saja tanpa mengucapkan apapun lagi.
Alexa tertegun, heran tidak mengerti dia datang dan hanya untuk menyampaikan hal itu tanpa ada kata yang enak didengar.
Alexa mengernyit menatap kepergian nya, ia menaikkan satu jari telunjuknya di atas kening. "Sakit tuh orang."
Sejenak Alexa teralihkan dengan suara denting ponsel. Beberapa pesan beruntun masuk membuat Alexa tercengang.
"Siapa sih, banyak banget yang kirim pesan perasaan kemarin nih hp damai-damai aja."Dumel Alexa seraya merogoh kantong celemek nya seraya mengambil ponsel.
"Aditya?"
[Hai Lex?]
[Gimana kabarnya?]
[Dah lama kita gak ketemu]
[Gak gak ada niatan gitu Lo balik?]
[Kebetulan gue lagi libur, boleh kita ketemu?]
[Gue cuma kangen aja sih]
Alexa Menepuk jidatnya, pria itu ternyata masih ingat pada Alexa dan masih peduli namun Alexa sepertinya masih menutup hati untuk siapapun setelah laki-laki yang bernama David berlabuh dihatinya dan sudah membuat dirinya rapuh hingga dipermalukan banyak orang.
"Bisa gak sih, pu. Kalau kirim pesan sekalian aja gak usah di cicil. Heran deh gue," kernyit Alexa seraya mengomel kecil.
[Gue belum ada libur, lain kali aja kalau gue balik kita bisa ketemu. Untuk sekarang gue belum ada niat balik, btw gue baik.]
Balas Alexa secepat mungkin sebelum pak Tama maupun Evan memergoki nya tengah memainkan ponsel di jam kerja.
Satu persatu pengunjung mulai berdatangan. Hari ini kebetulan pekerjaan Alexa cukup membuat nya sibuk.
Beberapa kali ponselnya berdering, namun ia tidak menyadarinya Sebelum bekerja gadis itu mematikan dering ponselnya sehingga tidak dapat menggangu kegiatan Alexa yang tengah disibukan pekerjaan.
"Apa Alexa lagi sibuk banget ya, sampai-sampai telepon gue diacuhkan terus?"gumam Aditya menghela nafas berat, ia pun memahami Alexa untuk saat ini ia tahu wanita itu tengah bekerja dan ia tak mau lagi mengganggu pekerjaan ya.
Putaran waktu yang begitu singkat untuk Aditya, ketika ia harus berpisah dengan Alexa dan menerima kenyataan jika Alexa tidak pernah menaruh hati padanya.
Hingga tersebarnya video syur itu membuktikan segalanya jika cintanya pada Alexa masih sama dan belum berubah.
Sampai saat ini Aditya masih setia menunggu Alexa membuka hatinya, bagaimana pun keadaannya Aditya masih mengharapkan balasan untuk perasaannya dari Alexa.
Meski ia tahu masa lalu yang kelam yang sudah dilalui Alexa, bukan lah hal kecil tapi keteguhan Aditya patut diacungi jempol.
Setelah jam 7 malam Alexa termenung sendirian, terlintas dalam benaknya pertanyaan yang sama seraya menatap layar ponsel dengan menunjukkan banyak panggilan tak terjawab dari Aditya.
Bagaimana mungkin laki-laki seperti nya masih mengharapkan balasan dari wanita yang jelas-jelas masa depannya sudah suram sepertinya.
Alexa larut dalam pikirannya. Banyak masa yang sudah ia lalui sejak mereka sekolah, ketika mereka bertemu untuk pertama kalinya, cara Alexa menyapanya di pertama ia mengungkapkan cinta, hingga ia membuat pria berkacamata itu mendapat bully dari seluruh murid sekolah karena baginya Aditya tidak lah pantas jika bersanding dengan Alexa gadis populer dan cantik, sedangkan dia hanya laki-laki cupu dengan kacamata tebal dan gaya busana yang jadul.
Tapi kini dialah orang yang masih peduli pada Alexa sedangkan dia tahu apa yang sebenarnya terjadi pada nya.
"Dit.. Dit .. Lu tuh t*lol apa b*go sih?"makinya Alexa masih menatap layar ponsel itu sedari tadi.
Cukup lama memperhatikan Alexa bertingkah aneh, bicara sendiri termenung sendiri, dan marah-marah gak jelas entah pada siapa. Evan pun berniat untuk menyapanya, namun sebelum itu terjadi Alexa lebih dulu bangkit dari kursinya dan menabrak Evan yang sudah berdiri dari tadi dibelakang nya.
"Duh..."
Evan diam membisu hanya merasakan ngilu dibagian kakinya yang terantuk sudut kursi.
"Lu? Ngapain disini?" tanya Alexa heran.
"Gak ngapa-ngapain, cuma mau bilang tadi gue tunggu di Ariesta tapi lu gak Dateng."ucapnya masih merasakan ngilu diujung kakinya.
"Oh .. Tadi. Sorry gue tadi banyak kerjaan gak sempet istirahat, Dina izin pulang adiknya masuk rumah sakit."Sahutnya Alexa memberikan alasan penyebab ia tidak datang ke tempat makan yang diminta Evan.
Evan manggut-manggut paham, ia pun mengerti.
"Lu kenapa?"tanya Alexa melihat wajah Evan yang tengah menahan rasa sakit.
Evan terkesiap. "Enggak apa-apa."
Tanpa diminta Alexa berlutut didepan Evan dan memeriksa kakinya yang tengah ia pegang tengah terluka.
"Sorry pasti ini gara-gara gue barusan ya, duduk deh. Biar gue ambilin kotak obat."
Evan menurut dan ia pun duduk entah mengapa ia begitu merasa rendah didepan Alexa hanya karena luka kecil seperti ini. Namun ia juga tidak bisa menahan sakitnya, ketika tangan itu tengah mencengkram kuat kursi yang ia duduki sekarang, karena menahan sakit, tangan nya pun ikut terluka.
"Kok berdarah?" heran.
Evan memekik tertahan kecil kesakitan. Ia memeriksa kursi itu dan ternyata ada paku yang tidak tertancap dengan rapi di sana.
Alexa pun kembali dengan membawa kotak obat. "Loh tangan nya ..."
"Gara-gara ini .."Menunjuk kearah ujung kursi.
"Oh ternyata ini biang kerok nya, dah lah nanti gue simpen deh ke gudang."ucap Alexa seraya mengobati luka Evan dengan telaten.
Meski meringis kesakitan Alexa tidak menghiraukan Evan ia tetap membersihkan luka itu dengan cepat dan membaluti nya dengan plester.
"Dah ah .. Gitu aja cengeng."Cibir nya Alexa melihat ekspresi Evan yang tengah kesakitan seperti anak kecil. "Bisa bawa motor gak?"timpalnya Alexa bertanya.
"Bisa"
"Yakin?"
Evan mengangguk ragu, dari tampang nya tidak terlalu meyakinkan wanita itu gegas meminta kunci motor dari Evan.
Evan tidak mengerti, ketika Alexa memajukan tangannya dan meminta sesuatu.
"Apa?"
"Kunci motor."
"Hah?"