Pelatihan SIG atau Sistem Informasi Geografi yang di lakukan Amira bersama teman-teman sebagai kegiatan dalam semester 3, siapa sangka akan mempertemukan Amira dengan seorang pria yang akan menjadi tambatan hatinya. Sang asisten Dosen pelatih yang awalnya Amira kira sangat menyebalkan namun dengan cara ajaib bisa meluluhkan hatinya, membuatnya jatuh cinta dan menerima kehadiran pria itu sebagai pemiliki hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firda 236, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NINE
“Tau, tapi Mas Fahmi terlalu nyebelin jadi aku lupa kalo aku harus bersikap sopan santun sama Mas”
Dia mengirimkan emoji tertawa sebelum layar ku berganti menjadi layar panggilan video. Mas Fahmi menelfon ku! Astaga apa yang harus aku lakukan, menarik nafas sebentar aku akhirnya menjawab panggilan Mas Fahmi tersebut. dengan wajah yang ku buat kesal.
“Ngapain sih Mas?” apa nada ku terdengar aneh?
“Gak papa, emang gak boleh nelpon kamu?”
Aku terdiam, memilih memfokuskan pandangan pada kamar Mas Fahmi yang berwarna biru dengan campuran abu-abu juga beberapa foto dan koper yang dia gunakan tadi berada di pojok ruangan dengan sang pemiliki yang masih mengenakan baju yang sama saat pulang dari kota ku tadi.
“Mas Fahmi belum mandi?” dia menggeleng pelan.
“Ihh jorok. Mandi dulu sana, baunya ke cium sampe sini tau!” dia tertawa, tawa yang entah kenapa membuat ku menarik seulas senyum.
“Masa?” aku mengangguk dengan senyum yang ku tahan.
“Ya udah Mas mandi dulu. Nanti Mas telfon lagi” aku hanya mengangguk, dia tak tau saja aku berniat tidur dan enggan menjawab telfonnya.
“Jangan tidur dulu Mi, Mas mau ngomong” jawabnya seolah tau niat ku
“Iya Mas, udah sana mandi”
“Ya udah Assalamualaikum”
“Wa’alaikumsalam”
Layarku berubah hitam menandakan panggilan yang telah di akhiri, aku buru-buru meletakan handphone ku kembali ke atas nakas dan segera menarik selimut menutupi sebagian tubuh ku dan memejamkan mata berniat untuk melakukan apa yang sudah aku pikirkan tadi.
Tapi 25 menit berlalu aku belum juga terlelap, entah mengapa rasa kantuk tak juga datang walau sudah ku coba berbagai cara entah itu menghitung domba atau membayangkan tidur di tempat terbuka seperti yang dilakukan para tentara di medan perang bahkan aku sempat menghitung rumus dalam kepala ku guna merasa bosan dan akhirnya tertidur seperti biasa saat aku kesusahan tidur namun tetap saja aku masih terjaga, hingga dering panggilan masuk kembali terdengar dan nomor Mas Fahmi yang belum aku simpan muncul, sedikit pertimbangan terjadi, aku bingung apa harus mengangkat panggilan itu atau tidak, toh Mas Fahmi juga tidak tau kalau aku tengah mengabaikannya’kan dan bisa jadi dia akan berfikir kalau aku sudah tertidur karena menunggu lama tapi apa tidak masalah kalau aku melakukan itu, bukannya tadi aku sudah setuju untuk tidak tidur terlebih dahulu.
Akhirnya setelah pertimbangan itu berlangsung aku memutuskan untuk mengangkat panggilan dari Mas Fahmi tersebut, membiarkan obrolan absurd berlangsung di antara kami dengan sedikit ledekan juga kekesalan yang timbul pada ku, membiarkan waktu berlalu hingga aku tak sadar kalau aku terlelap dengan panggilan video call yang masih berlangsung.
-
Aku tengah menikmati kripik singkong di tengah sofa depan TV saat Papah yang duduk tak jauh dari posisi ku, memanggil.
"Ka?" aku menoleh, mengalihkan pandangan ku yang semula tengah fokus pada layar TV ke arah Papah, sambil menunggu break Iklan selesai.
"Iya Pah? " Papah menatap ku Intens, entah kenapa aku mendadak gugup.
"Semalem pas Papah abis masukin motor dan nge-unci Pintu, papah denger Kakak lagi ngobrol sama seseorang di telfon, itu siapa? Papah denger itu Suara cowok" sudah ku kira, rasa gugup ku memang pertanda paling ajaib.
