— Lanna Xevellyn, gadis berusia 17 tahun itu harus mengalami kecelakaan maut yang membuat nyawanya melayang ketika menolong seorang anak kecil di jalanan.
Tetapi apakah memang Lanna benar-benar sudah tewas atau ternyata gadis itu masih hidup? Atau bagaimana tentang dirinya yang ternyata menjalani kehidupan keduanya untuk menggantikan peran orang lain yang sudah mati?
Ya, itulah yang di rasakan oleh Lanna. Gadis itu terbangun di dalam tubuh milik orang lain di semesta lain. Di mulai dari tubuh barunya itu, Lanna menjalani babak baru kehidupan keduanya dengan alur kehidupan berbeda yang tidak pernah terpikirkan sekalipun olehnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NAYTHAN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 08 :
SMA Celestial adalah sekolah di kota Ravoria yang di khususkan untuk setiap anak yang terlahir memiliki kemampuan tertentu, indigo serta memiliki sihir. Di bangun dengan berkonsep asrama, laki-laki dan perempuan. Gedung sekolah itu juga memiliki 4 lantai kokoh dengan koridor tertutup. Setiap kelasnya hanya di huni sekitar 5-8 murid saja atau terkadang bahkan kurang dari itu, seperti kelasnya guru Han yang hanya memiliki dua murid saja. Kelas paling sedikit di antara yang lainnya.
Setiap sebuah tim, akan di berikan sebuah misi oleh guru mereka masing-masing. Ketika mereka berhasil memberantas para snomster, mereka akan mendapatkan bonus setelahnya. Bahkan terkadang seorang guru akan memilih salah satu muridnya untuk ikut menemaninya menjalankan tugas atau murid itu di pilih untuk menjalankan misi hanya seorang diri.
Tetapi bukan itulah yang jadi faktor utamanya.
Siapapun yang memilih jalannya untuk menjadi seorang penyihir, dia harus memiliki ketulusan hati yang besar untuk mempertaruhkan nyawanya, menyerahkan jiwa raganya kepada kematian yang tidak terduga. Dan mati secara terhormat.
Dan kematian bukan lagi hal yang aneh bagi mereka, Sebab sudah banyak para penyihir yang berguguran. Juga bukan lagi hanya tentang memikirkan dirinya sendiri melainkan menjadi keharusan melindungi yang lainnya sebagai tugasnya. Maka dari itu banyak para penduduk yang berziarah ke pemakaman para penyihir untuk mengenang jasa mereka.
Drago turun, mendarat di tengah-tengah lapangan sekolah yang sangat luas. Dua kali lipat bahkan lebih dari ukuran lapangan normal pada umumnya. Tapi penampakannya seperti lapangan biasa saja, terdapat ring basket juga di sana serta gawang bola dan yang lain semacamnya. Sebuah bangunan sekolah berdiri kokoh. Di sekitar bangunan tidak lupa pepohonan hijau yang asri menambah kesan sejuk sekolahan tersebut. Namun uniknya, sekolahan yang Lanna pijak itu tidak memiliki gerbang sekolah seperti pada umumnya.
Maksudnya bagaimana?
Saat menaiki Drago tadi Lanna mengamati area hutan dan sekolah Celestial berada di tengah-tengah hutan lebat ini. Sekolah ini begitu tersembunyi di dalam dan sedikit naik ke atas bukit. Memang bukan gerbang seperti pada umumnya, sekolah itu memiliki sebuah pintu tersendiri saat ingin masuk, pintu yang di nilai Lanna penampakannya agak keramat.
Terdapat juga gapura dengan sebuah lonceng di tengahnya. Gapura itu terbuat dari kayu yang nampak tradisional dan uniknya lagi tidak ada nama sekolahan atau apapun itu. Yang Lanna yakini kalau itu adalah pintu utama masuk menuju sekolah Celestial. Setelah jalanan tanah, mereka akan di sambut jalanan aspal dengan gapura serta lonceng dengan pepohonan yang rindang dan teratur di sekitar jalanan lalu sampailah mereka ke area sekolah Celestial. Jalannya agak sedikit naik ke bukit dan berkelok namun tidak tajam.
Xavier mengulurkan tangannya meraih tangan serta pinggang gadis itu untuk menurunkannya dari punggung Drago setelah dirinya turun lebih dulu. Tidak lama kemudian, Drago pun menundukkan kepalanya kepada Xavier dan menghilang dari hadapan mereka. Lanna memperhatikan hal itu dan menatap telapak tangannya, bertanya-tanya apakah dirinya juga memiliki hewan pendamping juga seperti Xavier? Sedang sihir milik Serena saja tadi tidak bekerja dengan baik padanya.
"Yang tadi itu... "
Belum sempat Lanna menyelesaikan kalimatnya dengan cepat Xavier menyela, sudah tahu arah pembicaraan gadis itu kemana.
"Tadi itu hanya untuk mengetesmu saja. Ternyata memang inti sihirnya belum bisa bekerja dengan baik sepenuhnya. Aku melihat kau mengeluarkan perisai perlindungan,"
Kali ini Lanna menatap Xavier penuh rasa jengkel. "Jadi itu alasanmu tiba-tiba saja menghilang? Kau kenapa jahat begitu sudah meninggalkanku? Aku takut, tahu! Dari awal perjalanan kita, snomster itu mengikuti terus-terusan. Ku pikir kau tidak tahu karena terlihat begitu tenang. Jadi itu semua ternyata ulahmu juga?"
Xavier hanya diam tanpa membalas ungkapan kekesalannya Lanna walaupun sebenarnya itu semua adalah ide di luar perencanaannya. Bukan dirinya, Xavier cuma menuruti perintah gurunya saja. Dia juga tidak tahu kenapa gurunya menyuruhnya untuk hal itu.
"Aku sampai terjatuh karena tersandung dahan pohon. Nih, kau lihat bagaimana kedua lututku terluka—eh! Kenapa, kenapa bisa?"
Lanna merasa heran saat kedua lututnya kembali normal seperti biasanya tanpa luka sedikitpun, hanya menyisakan darah yang setengah mengering saja. Dia meraba-raba kedua lututnya dan tidak merasakan rasa sakit apapun.
Kok, bisa? Pikirnya.
"Sepertinya untuk yang satu itu bekerja dengan baik padamu," ucap Xavier ikut menatap kedua lutut Lanna.
"Apa? Apa maksudmu?" Kata Lanna tidak mengerti.
"Kekuatan penyembuh. Salah satu penyeimbang sihir milik Serena," jawab Xavier.
Benar juga. Lanna melupakan hal itu, tentang sihir Serena yang salah satunya di sebutkan adalah sihir penyembuhnya. Iya, Lanna ingat sekarang. Ternyata untuk yang satu ini bekerja dengan baik padanya dan Lanna merasa bersyukur dalam hatinya.
Guru Han, guru yang mengajar sekaligus wali kelas mereka datang menghampiri sembari bertepuk tangan bersama seorang wanita berpenampilan formal dan rambutnya yang di sanggul, mereka berjalan beriringan. Wajahnya sungguh cantik dan terlihat anggun.
"Yo! Sepertinya kalian sudah sampai, selamat datang kembali di sekolah!" sambut guru Han dengan ceria.
Xavier dan Lanna membungkuk hormat kepada keduanya.
Ngomong-ngomong tentang misi yang di jalankan bersama Serena sebelumnya itu gagal. Mereka berdua tidak dapat menyelesaikannya. Di gantikan oleh tim dari kelas lain.
"Aku adalah guru Han. Pengajar sekaligus wali kelas kalian. Lanna Xevellyn, selamat datang," kata guru Han lagi lalu mengalihkan pandangannya pada Lanna dan Lanna membalasnya dengan senyuman.
Tapi Lanna tidak terkejut dengan nama aslinya yang di sebutkan sebab seorang pria bernama guru Han yang berada di hadapannya itu juga terlibat dalam penculikan jiwanya. Pria itu juga memiliki kepribadian yang berkebalikan dari Xavier, muridnya sendiri. Penampilannya memiliki kumis tipis dengan rambut hitam buzz cut. Lanna sekali lagi membungkuk hormat. Tetapi bagaimana dengan wanita yang berada di sebelahnya itu? Apakah beliau juga sudah mengetahui identitas aslinya? Namun melihat bagaimana raut wajahnya yang terlihat tenang setenang air itu Lanna menduga bahwa wanita itu sudah mengetahui siapa dirinya.
Guru Han memperhatikan Lanna seksama, tatapan yang Lanna juga sama sekali tidak mengerti. Lebih mirip seperti sedang menelisik sesuatu.
" Yo, Baiklah! Sepertinya pertemuan kecilnya selesai. Wanita di sebelahku ini yang akan mengantarmu ke asrama khusus perempuan. Kalau begitu Xavier..." guru Han menepuk bahu Xavier, merangkulnya dan membawanya pergi. "Sudah lama setelah beberapa bulan terakhir kita tidak bertemu. Bagaimana dengan... "
Tinggal menyisakan Lanna dan wanita yang belum dia ketahui siapa namanya itu.
"Ayo, ikuti aku," ajak wanita itu dan Lanna mengikut langkahnya di belakang.
Lanna di bawa ke sebuah asrama. Asrama laki-laki dan perempuan itu saling berhadap-hadapan. Terletak di belakang bangunan sekolah dengan hamparan halaman hijau yang begitu luas di tengahnya. Bangunan asrama itu berbeda dengan bangunan sekolah yang nampak kokoh. Asrama yang di pijaknya itu menggunakan bahan kayu dengan nuansanya yang nampak tradisional. Asrama itu juga memiliki beberapa gedung yang terbagi menjadi tiga bangunan, tiga bangunan asrama untuk laki-laki dan tiga bangunan lainnya untuk perempuan. Dan setiap gedung asrama memiliki dua lantai. Gadis itu mengikuti langkah wanita di depannya, membawanya ke dalam asrama yang nyaman nan sejuk. Menaiki anak tangga menuju lantai paling atas, lantai dua. Di mana kamar Serena berada.
"Aku asisten guru Han. Panggil saja aku Rosie," suaranya begitu lembut dan sopan ke telinga.
Lanna mendengarkan perkenalan singkat oleh asisten Rosie di sela-sela perjalanan kecil mereka di koridor dengan suasana yang begitu sepi. Hanya suara langkah kaki mereka berdua saja yang memenuhi keheningan di koridor.
"Baiklah asisten Rosie," sahut Lanna.
"Semua guru pengajar di sini serta kepala sekolah sudah tahu siapa kau sebenarnya. Kami semua tahu kau bukanlah Serena Lyra tetapi Lanna Xevellyn," jelas nya, terus terang.
Dan benar saja dugaan Lanna, wanita di hadapannya itu mengetahui identitas asli jiwanya bahkan semuanya sudah tahu.
'Tetapi tidak dengan murid-murid lainnya terkecuali Xavier walters. Anak itu terlibat banyak hal atasmu," sambungnya.
Yang artinya seluruh murid-murid di Celestial tidak tahu sama sekali tentang perkara semua ini.
Lalu sampailah mereka di depan pintu kayu cokelat polos tanpa penanda apapun seperti nomor kamar misalnya. Kamar Serena terletak di bagian paling pojok.
"Jika ada sesuatu yang kau butuhkan, kau boleh memberi tahuku. Ini kunci kamarnya," asisten Rosie menyerahkan sebuah kunci polos tanpa gantungan apapun pada Lanna kemudian pergi meninggalkan Lanna.
Lanna membungkukkan tubuhnya lalu menatap kepergian asisten Rosie yang sudah tak terlihat lagi punggungnya. Segera Lanna membuka kunci pintu kamar dan langsung menguncinya dari dalam.
...----------------...
"Jadi guru, kapan sihir Serena akan benar-benar beradaptasi dengan jiwa Lanna?" Tanya Xavier.
Mereka berdua berjalan-jalan kecil di pinggir lapangan beriringan.
"Tidak akan pernah," guru Han mendaratkan bokongnya dan duduk dengan santai. Semacam tempat duduk terdapat di pinggir lapangan.
"Maksud guru bagaimana?" Xavier tidak mengerti dengan jawaban yang di berikan gurunya itu, Dia juga ikut duduk di sebelah guru Han.
"Serena Lyra sudah mati. Jiwa dari pemilik asli tubuh itu sudah mati dan inti sihir—"
"Dan inti sihir milik Serena sudah tidak ada, di bawa oleh jiwa asli sang pemilik dari tubuh tersebut? Artinya inti sihir itu menghilang?" Potong Xavier.
Guru Han mengangguk. "pintar sekali kau,"
"Tapi guru tidak bilang hal itu sebelumnya padaku," Xavier merasa sedikit tidak terima karena gurunya yang tidak memberitahukan hal tersebut.
"Aku hanya menuruti permintaan mu saja," jawab guru Han.
Dan ini memang benar-benar pertama kalinya dalam sejarah penyihir di kota Ravoria mengenai penculikan jiwa. Inti sihir menghilang karena memang inti sihir secara alami milik Serena. Otomatis ketika jiwa Lanna mengisi tubuh itu, Lanna tidak memiliki inti sihir kecuali penyeimbang sihir.
"Apa Lanna termasuk penyihir yang cacat juga?" Tanya Xavier dia agak melongo memikirkan Lanna pada akhirnya.
"Iya. Walaupun kasusnya berbeda, tidak seperti Ttheo Tinson yang terlahir indigo tetapi tidak memiliki inti sihir. Serupa tapi tak sama. Bedanya Lanna karena gadis itu hasil dari penculikan jiwa dari semesta lain yang tidak memiliki kemampuan apapun,"
Selanjutnya Xavier langsung merutuki kebodohannya sendiri dalam diam serta di balik wajah datarnya itu. Bisa-bisanya dia tidak bertanya terlebih dahulu tentang apa resiko yang akan di terima dan bagaimana bisa Lanna akan bertahan jika inti sihir milik Serena saja menghilang. Xavier diam-diam merasa khawatir terhadap Lanna.
"Tapi jangan khawatir. Yang menghilang hanyalah inti sihirnya saja. Penyeimbang sihirnya tidak menghilang seperti telekinesis dan kekuatan penyembuhnya. Hanya perlu melatihnya lagi agar penyeimbang sihirnya beradaptasi dengan jiwanya," jelas guru Han.
Mendengar penjelasan guru Han, Xavier merasa sedikit lega. Setidaknya Lanna dapat bertahan menggunakan penyeimbang sihirnya. Dan itu masuk akal, sangat masuk akal. Lagi, lagi dan lagi Xavier benar-benar merutuki kebodohannya sendiri. Dia sejak awal sudah sangat merasa bersalah kepada gadis itu dengan menculik jiwanya kemudian menambah kesulitan hidupnya saat menjalani kehidupan keduanya.
"Kemampuan telekinesis dan kekuatan penyembuhnya kemungkinan besar dalam beberapa waktu belakangan ini tidak akan bisa bekerja dengan sempurna, tidak akan semudah itu untuk dia kendalikan walaupun kita tadi melihatnya," sambung guru Han.
...****************...
*Inti sihir : Sihir yang terlahir secara alami dari jiwa sang pemilik dan akan menghilang jika sang pemilik tiada.
*Penyeimbang sihir : Kekuatan yang di peroleh melalui pelatihan dan dapat bertambah sesuai dengan bakat dan kemampuan setiap murid itu sendiri.