NovelToon NovelToon
Kesayangan Sang CASANOVA

Kesayangan Sang CASANOVA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cintamanis / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Romansa
Popularitas:22.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rifani

Apa jadinya ketika seorang mantan Casanova jatuh cinta pada seorang gadis yang polosnya tingkat dewa?

"Kau tahu tidak apa artinya cinta?"

"Tahu,"

"Apa?"

"Kasih sayang dari orangtua pada anak mereka."

Jleebb

Akan bagaimanakah kisah mereka selanjutnya? Mampukah seorang CIO MORIGAN STOLLER menaklukkan hati sang pujaan hati yang terlalu lambat menyadari perasaannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

~ 25

"Mau kabur ke mana kau?"

Hampir saja jantung Elil melompat keluar dari mulut saat dia ditegur oleh seseorang begitu keluar dari kamar. Sambil mengusap dadanya yang berdebar kencang, dia menatap aneh pada laki-laki yang sedang berdiri menyender ke dinding.

"Apa yang sedang kau lakukan di sini? Mengintipku ya?"

"Apa untungnya mengintip gadis berdada rata sepertimu? Tidak ada faedahnya."

"Siapa bilang tidak ada faedahnya. Aku sering lho melihat senjatamu mengacung setiap kali melirik dadaku. Ayo mengaku,"

Cio kicep. Sialan. Ternyata diam-diam Elil menyadari perubahan napsu pada dirinya. Kikuk harus menjawab apa, dia memilih memasang raut cetus. Dengan begini Elil pasti tidak akan berani membahas masalah itu lagi.

"Nah, wajahmu masam. Berarti ucapanku benar 'kan?" tanya Elil kemudian tertawa. "Biar rata begini, puncaknya bisa menegang juga lho."

"Ck, kau ini apa tidak malu berkata frontal di depan laki-laki?" Cio salah tingkah. Bisa-bisanya Elil membahas sesuatu yang sensitif dengan ekspresi tanpa beban. Tidak tahu apa kalau ucapannya itu menyebabkan sesuatu di bawah sana jadi menggeliat meminta dimerdekakan.

"Kenapa harus malu? Kan aku pakai baju,"

"Bukan malu itu yang ku maksud."

"Lalu apa?"

"Sikapmu." Cio berpindah ke hadapan Elil. Sejak tadi dia terus menyembunyikan tangan di belakang punggung. "Sebagai seorang gadis, harusnya kau merasa malu bicara frontal begitu di hadapanku. Karena biar bagaimana pun juga aku ini laki-laki normal. Aku punya nafsu. Memangnya tidak takut jika aku tiba-tiba menyerangmu?"

"Menyerangku? Memangnya kita sedang berkelahi ya?" tanya Elil bingung. Keningnya sampai mengerut tajam saking tak mengerti akan apa yang dimaksud oleh Cio.

"Ya Tuhan, harus bagaimana aku menjelaskan padamu, Lil. Kau ... ah sudahlah. Percuma saja memberi penjelasan pada gadis lelet sepertiku. Buang-buang waktu."

Elil menggigit bibir. Dia lalu berusaha keras mencerna ucapan Cio.

(Katanya apa aku tidak malu bicara frontal di depan laki-laki normal yang punya nafsu. Lalu apa hubungannya Cio dengan menyerangku? Aaa, aku bingung)

"Ganti bajumu," ucap Cio sembari menyodorkan paper bag ke hadapan Elil. Saat bicara, dia tak berani menatap wajah gadis ini. Bukan malu, hanya rasanya sedikit aneh.

"Ganti di sini?"

"Di kuburan, Elil. Di kuburan! Astaga kau ini ya. Masa iya kau mau mengganti baju di depanmu. Gila!"

Bibir memang mengomel. Tetapi dalam hati, Cio sebenarnya berharap Elil akan benar-benar mengganti baju di hadapannya. Sayangnya harapan tersebut tak bisa diucapkan keluar karena Cio tahu ada mata yang sedang mengawasi mereka dari salah satu sudut rumah. Siapa lagi kalau bukan tingkah usil ayah dan ibunya.

"Ini apa, Cio?" tanya Elil sambil melihat-lihat paper bag pemberian Cio. Agak berat, mungkinkah batu? Tapi tidak mungkin. Cio orang kaya, mustahil memberi hadiah benda seperti itu.

"Sekarang kau masuklah ke dalam kamar kemudian lihat isi dari paper bag ini. Setelah itu segera ganti baju dan temui aku. Aku akan menunggu di sini," jawab Cio sambil mendorong Elil agar kembali masuk ke dalam kamar.

"Baiklah,"

Dengan patuh Elil mengikuti perintah Cio. Sesampainya di dalam kamar dia bergegas membuka paper bag tersebut. Elil begitu penasaran akan isinya.

"Wahhhh gaun!" pekik Elil takjub akan isi paper bag. Segera dia mengeluarkan gaun tersebut kemudian berlari ke arah cermin. "Mimpi apa aku bisa mendapatkan hadiah seindah ini. Ya ampun, Cio baik sekali. Aku harus berterima kasih padanya."

Di luar kamar, tampak Cio yang sedang meng*lum senyum sambil Membuat pola aneh di dinding. Dia berani bertaruh kalau sekarang Elil pasti sedang berjingkrak kesenangan begitu melihat hadiah darinya. Sayangnya kamar ini kedap suara, jadi Cio tak bisa mendengar langsung seperti apa reaksi gadis itu.

"Aku yakin Elil pasti .... "

Ceklek

"CIOO!!"

Grepp

Hampir saja tubuh Cio terjengkang ke belakang saat Elil tiba-tiba melompat ke pelukannya begitu keluar dari kamar. Dia yang tak siap, segera merengkuh pinggangnya kemudian mencari berpegangan. Awalnya Cio ingin mengomel. Tetapi saat merasakan gesekan benda kenyal di dadanya, keinginan tersebut pun luluh begitu saja. Cio lalu menelan ludah saat pelukan Elil semakin menguat di mana hal tersebut menghadirkan gesekan-gesekan misterius yang membuat tubuhnya mulai terbakar.

(Semurah inikah diriku? Hanya gesekan, tapi aku sudah begitu b*rahi. Cio, kau benar-benar sudah tak punya harga diri. Haihh)

"Apa-apaan ini?" Cio pura-pura marah. Namun, tangannya memberikan respon berbeda akan tindakan Elil. Mulai bergerilya mengusap punggungnya hingga paha bawahnya.

"Cio, gaunnya indah sekali. Terima kasih banyak ya sudah memberikan hadiah yang begitu istimewa. Ini adalah yang pertama kali lho," ucap Elil heboh berterima kasih. Dia bahkan tak malu menunjukkan kebahagiaan tersebut yang mungkin terkesan kampungan.

"Suka?"

"Suka. Suka sekali. Hehehe,"

"Kalau begitu pakailah gaunnya. Atau kau ingin aku saja yang memakaikan gaun itu ke tubuhmu? Kebetulan aku senggang," seloroh Cio berharap.

"Tidak usah, akukan tidak cacat. Aku bisa kok memakai gaun ini sendiri,"

Terdengar suara bisik-bisik yang tidak terlalu jelas saat Elil menolak niat baik Cio. Sayangnya Elil tidak menyadari hal tersebut. Berbeda dengan Cio yang langsung berubah masam sambil melirik ke arah sumber suara. Ayah dan ibunya benar-benar ya. Mereka pasti sedang menertawakannya sekarang.

"Emm ngomong-ngomong dalam rangka apa kau memberiku hadiah? Akukan tidak sedang berulang tahun," tanya Elil tak sadar masih memeluk Cio.

"Memangnya hanya saat ulang tahun saja orang baru boleh memberikan hadiah? Pertanyaanmu konyol sekali," sahut Cio sembari mengelus rambut Elil. Tidak terlalu lembut, tapi membuat Cio ingin terus melakukannya.

"Yang aku tahu memang seperti itu, Cio. Tidak tahu kalau orang kaya punya kebiasaan seperti ini."

"Memberi hadiah tidak ada hubungannya dengan miskin dan kaya. Kalau ingin memberi ya tinggal diberi saja."

"Tapi orang miskin lebih penting makan daripada memberi hadiah. Orang-orang seperti kami lebih mengutamakan isi perut daripada apa yang kami pakai. Itu bedanya kami dengan kalian,"

Cio terpaku sejenak. Setelah itu dia mengurai pelukan lalu memegang kedua bahu Elil.

"Tuhan menciptakan manusia sama rata. Kaya dan miskin, semua sudah diatur sesuai porsinya. Dan juga di hadapan Tuhan kita semua sama. Jadi jangan pernah memandang dirimu rendah. Hanya masalah waktu dan kesempatan yang membuat kalian terlambat merasai apa yang sudah lebih dulu kami rasakan. Ingat ya, jangan pernah menganggap dirimu kecil hanya karena kekurangan. Itu sama artinya dengan kau tidak mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan."

Elil terpaku mendengar nasehat panjang yang diucapkannya oleh Cio. Dia terpana. Ternyata orang kaya bisa berpikir bijak juga. Ini luar biasa sih.

"Aku ingin mengajakmu makan malam di luar. Sekarang kau gantilah baju dengan gaun ini. Ya?" ucap Cio sambil tersenyum tipis. Angin segar serasa menyapu wajah. Elil terpesona.

"Baiklah,"

"Good girl. Jangan terlalu lama. Nanti restorannya tutup."

"Kalau tutup ya minta mereka untuk membukanya lagi. Kau kan punya banyak uang. Kenapa tak digunakan?"

"Ide bagus. Jadi sejarah kau sudah sadar kalau aku ini punya banyak uang ya?"

"Sudah. Kan kau yang bilang punya perusahaan sendiri."

Ingin rasanya Cio m*lumat bibir Elil yang begitu jujur dalam berkata. Takut kebablasan, dia segera meminta gadis ini untuk bertukar pakaian. Setelah itu Cio melirik ke arah di mana ayah dan ibunya masih sibuk mengintip. Dia menyeringa. "Lihat saja bagaimana nanti aku membuat Elil tergila-gila padaku. Sekarang dia sudah tahu kalau aku bukan penganggur. Ke depannya tinggal membuatnya sadar kalau aku menyukaimu. Heh,"

***

1
Riyasih
bikin Juwita kecelakaan aja Thor biar tahu rasa ,bikin kaki nya lumpuh/patah
Fahmi Ardiansyah
ya Alloh ellil org polosnya kok kebangetan.
Ilfa Yarni
aduh elii km itu ya bikin aku gregetan pengen getok Palamu itu loadingnya lama banget huh
Aldirasyid Mputra
lanjut Thor
Aldirasyid Mputra
sudah percaya rupanya elil
cio bukan pengangguran 😀
Riski Inden
ko cuma satu kak...tambah lagi dong buat isi hri libur yg stay di rmh sja
hl
kadang otak elil omes juga
Aminah
karya nya selalu bagi, dan tidak membosankan
tapi sayang banyak cerita yg belum selesai
Namun meski begitu aku selalu setia dgn karya2 nya....
Fahmi Ardiansyah
dasar Juwita gitu kok menginginkan cio bisa bisa kmu mati di bikin manekin
Fahmi Ardiansyah
jgn yg ini terus yg up Mak lanjutannya karl n Ilona mana kok lama gak up.
Ilfa Yarni
dasar Juwita jalang
Diana
Lanjut thor
Fahmi Ardiansyah
yaaa lanjut Mak tpi jgn lupa yg ovel karl n Ilona Mak ya.
Fahmi Ardiansyah
pasti org suruhannya papanya Juwita tu org
Eko Purnomo
lah kan mudah kecolangan si cio ....barus nya ...lemah si cio
Eko Purnomo
masak cio gak ada penjaga khusus buat gadisnya ....terlalu lemah kalau kayak gini ...
Ilfa Yarni
aduh eliiKu tuh ketawa sekaligus kesal liat kebodohanmu tp syukurnya cio suka bangat sama km
Aldirasyid Mputra
kejam sekali
Aldirasyid Mputra
Elil terluka 😭
muhammad ibnuarfan
lanjuuuuttt....Thor...makin hobbaaahhh...seru...keren....yang lain nya tolong di lanjut dong...kenapa berhenti di tengah jalan semuanya....
Riska sari azzahra: lanjut thor
Riska sari azzahra: wah, aku juga sampai blank melihat kelakuan elil😂😂😂😂
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!