NovelToon NovelToon
Pulang / Di Jemput Bayangan

Pulang / Di Jemput Bayangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Mata Batin / Kutukan / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:671
Nilai: 5
Nama Author: Novita Ledo

para pemuda yang memasuki hutan yang salah, lantaran mereka tak akan bisa pulang dalam keadaan bernyawa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novita Ledo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 Kebenaran Tersembunyi

Dua minggu setelah insiden terakhir di Hutan Giripati, Hana menjadi satu-satunya saksi yang kembali ke dunia luar. Namun, kehidupannya berubah drastis. Setiap malam, ia terbangun dengan mimpi buruk tentang bayangan besar dan tawa mengerikan yang terus menghantuinya.

Pihak berwenang mencoba menutup kasus itu dengan alasan "kecelakaan dalam hutan", tapi Hana tahu lebih dari itu. Ia tidak percaya pada penjelasan sederhana tersebut. Terutama karena beberapa malam terakhir, ia merasa ada sesuatu yang mengawasi dirinya.

Suatu malam, Hana menerima sebuah paket misterius di depan pintunya. Tidak ada nama pengirim, hanya sebuah kotak kecil yang berisi peta lusuh dan sebuah catatan bertuliskan:

“Kamu belum selesai. Kembali ke Giripati jika ingin tahu kebenarannya.”

Hana merasa ragu, tapi ada sesuatu di dalam dirinya yang berkata bahwa ia tidak bisa lari selamanya. Jika ia ingin bebas dari mimpi buruk ini, ia harus kembali.

---

Hana menghubungi seorang ahli supranatural, Pak Wira, yang dikenal sering menangani kasus mistis di daerah-daerah terpencil. Bersama dengan dua asistennya, Nanda dan Surya, mereka memutuskan untuk memasuki Hutan Giripati sekali lagi, kali ini dengan persiapan lebih matang.

“Mereka yang hilang belum sepenuhnya pergi,” ujar Pak Wira sebelum perjalanan dimulai. “Ruh mereka mungkin masih terjebak di sana, atau lebih buruk lagi… menjadi bagian dari hutan itu.”

---

Ketika mereka memasuki hutan, suasana terasa lebih gelap dan mencekam dibanding sebelumnya. Pak Wira membawa serangkaian benda ritual, seperti dupa dan manik-manik yang katanya bisa menangkal energi jahat.

Namun, semakin dalam mereka masuk, semakin aneh segalanya. Jalur setapak yang sebelumnya dilalui Hana kini tidak lagi sama. Pohon-pohon berubah posisi, dan suara-suara aneh mulai terdengar.

“Dengar itu,” bisik Nanda.

Suara bisikan samar terdengar dari pepohonan. Bisikan itu bukan suara manusia, tapi terdengar seperti jeritan yang ditahan.

“Mereka tahu kita di sini,” kata Pak Wira, wajahnya tegang.

Hana berhenti mendadak. Ia melihat sesuatu di tanah—sebuah kamera lain yang sudah tertutup lumut. Saat ia mengangkatnya, ia menyadari itu milik Rio.

“Ini… ini kameranya!” teriak Hana, napasnya memburu.

Pak Wira memandang kamera itu dengan serius. “Benda ini mungkin punya jawaban.”

Mereka memutuskan untuk memutar rekaman di kamera tersebut, meski layarnya rusak parah. Dalam rekaman, terlihat detik-detik terakhir Rio yang diakhiri oleh sosok besar dengan mata merah menyala. Namun, di bagian akhir rekaman, ada sesuatu yang lebih mengerikan:

Galih, yang mereka pikir sudah mati, terlihat sedang berjalan di antara pepohonan. Tapi ada yang aneh—kulitnya pucat, dan matanya hitam pekat, seperti tidak lagi hidup.

“Dia masih di sini,” bisik Hana dengan gemetar.

---

Malam itu, mereka memutuskan untuk mendirikan kemah di tempat terbuka, agar lebih mudah mengamati sekitar. Namun, tidak ada tempat yang benar-benar aman di Hutan Giripati.

Saat Nanda berjaga, ia melihat bayangan seseorang di kejauhan. Ia pikir itu salah satu teman mereka, tapi saat ia mendekat, bayangan itu menghilang. Tiba-tiba, tubuh Nanda terangkat ke udara tanpa sebab, dan sebelum ia bisa berteriak, ia ditarik ke dalam kegelapan.

Jeritannya membangunkan yang lain.

“Nanda!” teriak Hana, berlari ke arah suara.

Namun, mereka hanya menemukan bekas-bekas darah di tanah dan jejak kaki yang menuju ke arah pohon-pohon gelap.

“Dia sudah diambil,” kata Pak Wira, menatap ke arah pepohonan. “Hutan ini haus akan jiwa.”

---

Kehadiran yang Tidak Diundang. Hana, Pak Wira, dan Surya melanjutkan perjalanan dengan hati-hati. Namun, suasana semakin tidak bersahabat. Akar-akar pohon mulai bergerak, seperti mencoba melilit kaki mereka.

“Kita hampir sampai di pusatnya,” ujar Pak Wira.

“Tunggu, pusat apa?” tanya Hana.

“Hutan ini tidak hanya tempat biasa. Ada sesuatu yang menjadi sumber kekuatannya. Kalau kita bisa menghancurkannya, kita bisa menyelamatkan mereka yang terjebak.”

Namun, sebelum mereka bisa melangkah lebih jauh, sosok Galih muncul dari kegelapan. Ia berdiri dengan wajah datar, tatapannya kosong, tapi mulutnya melengkung membentuk senyum menyeramkan.

“Galih?” bisik Hana, setengah berharap.

“Bukan dia lagi,” jawab Pak Wira cepat.

Galih mengangkat tangannya, dan tiba-tiba akar-akar pohon menyerang mereka. Surya mencoba melawan dengan parang, tapi ia dengan cepat ditarik dan ditenggelamkan ke tanah seperti Nanda.

Kini hanya tersisa Hana dan Pak Wira.

---

Mereka akhirnya tiba di sebuah area terbuka di tengah hutan. Di sana, sebuah batu besar berdiri dengan goresan-goresan aneh yang bersinar merah. Di sekelilingnya, tampak bayangan-bayangan samar orang-orang yang pernah hilang di hutan itu, termasuk Siska, Ratna, dan bahkan Galih.

“Mereka terjebak di sini,” kata Pak Wira, mengeluarkan dupa dan memulai ritual.

Namun, saat ia mulai melafalkan mantra, sosok besar dengan mata merah menyala muncul dari balik batu.

“Kalian tidak akan mengambil mereka,” suara itu bergema, memekakkan telinga.

Pak Wira melanjutkan ritualnya meski sosok itu semakin mendekat. Batu besar itu mulai retak, dan bayangan-bayangan di sekitarnya mulai berteriak.

“Hancurkan batu itu!” teriak Pak Wira kepada Hana.

Hana mengambil parang Surya dan mengayunkannya ke batu dengan sekuat tenaga. Batu itu retak semakin besar, dan sosok hitam besar itu mulai melengking kesakitan.

Namun, sebelum batu itu hancur sepenuhnya, sosok hitam itu menyerang Pak Wira, melempar tubuhnya hingga menghantam pohon.

“Hana! Cepat!” teriak Pak Wira, napasnya tersengal-sengal.

Hana mengayunkan parang terakhir kalinya, dan batu itu pecah berkeping-keping.

---

Akhir yang Tidak Benar-Benar Akhir

Saat batu itu hancur, hutan mulai berubah. Akar-akar yang hidup berhenti bergerak, dan bayangan-bayangan di sekitar mereka menghilang satu per satu. Sosok hitam besar itu melolong sebelum lenyap menjadi debu.

Namun, Hana menyadari satu hal. Meski ia telah menghancurkan pusat kekuatan itu, hutan tidak sepenuhnya melepaskannya.

Ia keluar dari Hutan Giripati dengan tubuh lelah, hanya untuk menemukan bahwa tidak ada satu pun orang yang percaya padanya. Bahkan kamera yang ia bawa tidak merekam apa-apa, seolah-olah hutan itu menghapus semua bukti.

Namun, setiap malam, ia masih mendengar bisikan dari kegelapan.

Hutan Giripati belum selesai dengannya.

1
そして私
numpang lewat, jangan lupa mampir di after book bang
Novita Ledo: Yups, bentar yah
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!