"Bila aku diberi kesempatan kehidupan kembali, aku berjanji tidak akan mencintaimu, Damian. Akan ku kubur dalam-dalam perasaan menyakitkan ini. "
Pernikahannya sudah menginjak usia tiga tahun. Namun, cinta Damian tak bisa Helena dapatkan, tatapan dingin dan ucapan kasar selalu di dapatkannya. Helena berharap kehidupan pernikahannya akan terjalin dengan baik dengan adanya anak yang tengah di kandunginya.
Namun nasib buruk kembali menimpanya, saat tengah dalam perjalanan menuju kantor Damian untuk mengatakan kabar baik atas kehamilannya, kecelakaan masal tak terduga tiba-tiba menimpanya.
Mobil dikendarainya terpental jauh, darah berjejeran memenuhi tubuhnya. Badannya sakit remuk redam tak main, lebih lagi perutnya yang sakit tak tertolong.
Lebih dari itu, rasa sakit dihatinya lebih mendalam mendengar ucapan dan umpatan kasar Damian padanya saat Helena menelpon untuk meminta pertolongan pada Damian-suaminya.
"Mati saja kau, sialan! Dengan begitu hidupku akan terbebas dari benalu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
delapan
Damian sudah tidak minat dengan makanan didepan matanya, kata-kata Helena barusan entah mengapa menusuk hingga ke relung hatinya. "Aku memang tidak pernah menyukai pernikahan ini. " dengan egonya, Damian menjawab, melipat tangannya didepan dada.
Menatap remeh Helena didepannya, bila kata-kata itu dia lontarkan. Helena akan memohon minta maaf padanya, memohon padanya untuk jangan mengucapkan kata-kata keramat yang sering Damian ucapkan.
Namun, balasan yang dilontarkan Helena membuat Damian meluruhkan wajah sombongnya.
"Kalau begitu, kita bercerai saja. " ucap Helena santai, dia melipat kedua tangannya diatas dada, menatap Damian dengan menantang.
Damian mengepalkan kedua tangannya kesal, matanya menatap tajam Helena. "Kamu berani bilang begitu?! "
Helena sedikit takut sekarang, apalagi tatapan tajam Damian layangkan membuatnya membatu di tempat. Tapi, demi harga dirinya, Helena akan terus melawan, menekan rasa takutnya.
"Berani! Kenapa juga aku harus takut? Bukannya selama ini kamu terus mengatakan ingin cerai? Sekarang aku kabulkan keinginan kamu, mari kita bercerai. "
Damian berdecak, mendengar ucapan lantang Helena yang memutar kembali perkataannya dulu yang selalu mengatakan ingin bercerai. "Kamu punya hak apa? Selain bukan aku yang buka suara soal perceraian, kamu gak punya hak untuk memutuskan sesuatu, apalagi soal perceraian. " setelahnya. Damian bangkit dari duduknya, melangkah menuju kamar tanpa menyentuh sedikitpun makanan yang sudah tersedia diatas meja.
Sudah tidak berselera, laparnya entah kemana sudah hilang saat mendengar keberanian Helena yang memintanya bercerai. Damian tidak suka, entah kenapa, padahal Damian yang terus mendesak Helena untuk menyetujui ajuan perceraian darinya.
Namun, saat Helena menyetujui keinginannya, ada rasa kecewa, bingung dan takut dirasakan Damian sekarang. Damian tidak menyukai perasaan baru yang terus dirasakannya.
"Arghhh, si*lan! " Damian mengacak-acak rambutnya dengan gusar saat dirinya sudah masuk di dalam kamar, duduk termenung di ranjangnya.
"Kenapa kamu berubah, Helena? Kamu bukan seperti Helena yang selama ini aku kenal. " ujar Damian lirih, dia mengusap wajahnya dengan gusar. Masih terngiang wajah datar Helena tadi yang meminta bercerai padanya, Damian tidak tenang.
Sementara Helena, yang masih duduk kaku di meja makan, menatap kepergian Damian dengan diam dengan perasaan takut. Takut akan kemarahan Damian, selama ini Damian emang suka marah-marah kepadanya, tapi kali ini amarah Damian lebih parah dan menakutkan dari sebelumnya.
"Dia sebenarnya kenapa? " gumamnya dengan penuh kebingungan.
Matanya tiba-tiba melotot saat mengingat kembali ucapan Tari tadi siang di restoran.
"Aku curiga banget, Damian sebenarnya ada perasaan sama kamu, tapi karena rasa gengsi, dia selalu menyangkal perasaannya, dan selalu berkata kasar dan dingin sama kamu."
Helena termenung, memikirkan kembali ucapan Tari. "Apa yang dikatakan Tari benar, ya? " Namun, dengan cepat Helena menggeleng kuat kepalanya. "Mana mungkin! Dia aja suka marah-marah gak jelas kalau lihat muka aku. "
Helena ingat, pernah suatu hari Damian gak sengaja lihat tas Helena tergeletak di sofa ruang tamu saat laki-laki itu hendak keluar berangkat ke tempat kerja, laki-laki itu lantas marah-marah meminta Helena untuk tidak menyimpan barangnya di sembarangan tempat.
"Tapi apa mungkin Damian merasa kehilangan seperti apa yang dibilang, Tari? Mungkin aja Damian ngerasa aneh sama sikap aku yang tiba-tiba berubah. " Helena mengangguk-angguk kepalanya, mengiyakan ucapannya sendiri barusan. "Kalau begitu ini bisa untuk aku balas dendam sama Damian, akan aku lempar kembali ucapan kasar dia kepadaku setiap hari. " tekadnya, dia mengepalkan tangannya di atas.
"Loh, bu? Kok makanannya belum ada yang makan? Mas Damian juga kemana? Kenapa piringnya masih kosong bersih begini? " Bi Ayu yang baru datang dari belakang kaget melihat makanan di meja makan yang masih utuh semua, dia tadi hendak membersihkan bekas makanan majikannya.
"Damian katanya udah kenyang. Bi Ayu simpan aja makanannya buat besok dipanaskan lagi, atau kalau bibi masih lapar, makanannya buat bibi aja sama pak Tarno." Helena bangkit dari duduknya.
"Terus, ibu gak makan malam? " Bi Ayu bertanya, melihat piring Helena yang terisi nasi kosong yang belum disentuh sedikitpun.
"Saya masih kenyang, bi. Kalau begitu saya naik keatas dulu, mau tidur. " pamitnya sebelum melangkah menuju tangga.
"Sayang sekali, makanan seenak ini malah gak ada yang mau makan sedikitpun. " Bi Ayu menatap sedih makanan diatas meja, untung dia masaknya tidak banyak. "Mending bibi makan semuanya aja daripada mubazir, pak Tarno juga kayaknya masih mampu makan lagi. "
Bi Ayu mengambil semua makanan diatas meja dan disatukan ke piring untuk dirinya juga pak Tarno, biar dia bawanya ke pos depan tidak susah.
Bi Ayu dan pak Tarno kayaknya bakal tidur nyenyak malam ini karena kekenyangan.
••••••••
Paginya, seperti tidak terjadinya sesuatu. Damian dan Helena bertemu kembali di meja makan, bedanya kali ini Damian tidak melihat Helena dengan tampilan rapi seperti kemarin, perempuan itu mengenakan pakaian rumah terusan sebatas betis, namun tetap terlihat begitu cantik di mata Damian. Ekhem.
"Nanti jangan lupa bawakan makan siang ke kantor. " ujar Damian di sela makannya, tanpa menatap Helena yang kini menatapnya dengan protes.
"Aku–
" Gak terima penolakan dan bantahan, kalau sampai siang nanti tidak kamu datang ke kantor. Aku gak bakal izinin kamu keluar rumah lagi, rekening kamu juga bakal aku bekukan. " ancam Damian memotong ucapan Helena yang hendak menolak permintaannya.
Helena berdecak, mau tidak mau mengikuti apa yang diperintahkan Damian.
"Aku mau bekal siang nanti, harus kamu yang masak. " pinta Damian, dia mengelap sisi mulutnya dengan tisu setelah menyelesaikan makannya.
Helena hendak menolak keras, tidak mau mengikuti perintah Damian yang seenaknya padanya.
"Aku kangen masakan kamu. "
Helena terdiam membeku, jantungnya berdegup kencang. Menelan ludahnya dengan susah payah, ucapan Damian barusan membuatnya berdebar, apalagi nada suaranya terdengar lembut dan ekhem...
Seperti rindu....?
Helena tidak tau.
Helena berdehem, "Iya."
Damian menahan senyum mendengar balasan Helena, dia bangun dari duduknya. Bersiap keluar untuk bekerja.
"Aku berangkat dulu. " pamit Damian. Namun tidak memiliki jawaban apapun dari Helena, wanita itu sibuk menundukkan kepalanya menatap makanannya.
"Helena, aku berangkat kerja dulu. " ucap Damian kembali dengan suara yang sedikit keras.
Helena yang tengah melamun, terkaget mendengar suara Damian yang berpamitan dengannya. "Ah, iya. Hati-hati. "
Namun, tindakan Damian yang tiba-tiba mengelus kepala atasnya membuat tubuh Helena mendadak merinding.
"Bekal makan siang aku jangan lupa, ya. "
Helena tidak menjawab ucapan Damian, dirinya masih terpaku dengan jantung yang terus berdetak dengan kencang, menatap tidak percaya belakang punggung Damian yang pergi menjauh hingga menghilang dari balik pintu.
Helena menghempaskan kepalanya di atas meja, mengacak-acak rambutnya kesal. Perbuatan kecil Damian padanya malah berdampak begitu besar dengan kondisi jantungnya sekarang.
"Kalau begini, bagaimana bisa aku menghilangkan perasaan ku pada, Damian?! "
semangat 💪💪💪