ZUA CLAIRE, seorang gadis biasa yang terlahir dari keluarga sederhana.
Suatu hari mamanya meninggal dan dia harus menerima bahwa hidupnya sebatang kara. Siapa yang menyangka kalau gadis itu tiba-tiba menjadi istri seorang pewaris dari keluarga Barasta.
Zua tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam semalam. Tapi menjadi istri Ganra Barasta? Bukannya senang, Zua malah ketakutan. Apalagi pria itu jelas-jelas tidak menyukainya dan menganggapnya sebagai musuh. Belum lagi harus menghadapi anak kedua dari keluarga Barasta yang terkenal kejam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 14 Kabur lagi
Zua bergerak gelisah dalam kamar besar itu. Dari tadi ia terus-menerus mondar-mandir. Otaknya berpikir keras. Sebelum pernikahannya dan Ganra terjadi, dia harus berhasil melarikan diri dari rumah besar ini.
Di meja makan tadi dia tidak berani mengemukakan pendapatnya kepada kakek Barasta, tetapi dia masih tidak ingin pernikahan itu berlangsung. Karena dia tidak ingin menghabiskan masa depannya bersama dengan laki-laki menyebalkan itu. Belum lagi mama Ganra yang jelas-jelas terlihat tidak menyukai perjodohan itu.
"Aku harus bagaimana? Bagaimana caranya kabur dari sini?" gumam Zua pada dirinya sendiri. Kemudian dia keluar ke balkon kamar, berjalan sampai ke ujung dan menatap ke bawah. Gadis itu merasa agak ngeri. Ternyata cukup tinggi kalau dia turun ke bawah melewati balkon. Sekarang sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Harusnya semua orang sudah tidur.
Tiba-tiba Zua terpikirkan sebuah ide. Ia kembali masuk ke kamar dan mengambil beberapa spray yang terlipat rapi di dalam lemari lalu mengikatnya menjadi tali agar bisa dia gunakan ke bawah. Dia tidak melihat siapa-siapa di bawah. Aman, dia bisa kabur.
Zua menutup matanya dalam-dalam dan merapalkan doa dalam hati agar perjalanannya turun ke bawah berjalan dengan mulus. Ia sudah bersiap-siap turun. Namun langkahnya tiba-tiba terhenti ketika mendengar suara deheman seseorang.
"Ehem."
kaget? Tentu saja. Zua bahkan hampir melompat saking kagetnya.
Gadis itu menatap ke arah kanan sambil mengusap-usap dadanya. Ia mendapati seorang pria tampan lainnya yang sedang menatap ke arahnya dari balkon kamar seberang.
Dante.
Laki-laki itu adalah Dante sepupunya Ganra. Pria dingin lainnya yang tinggal di rumah ini. Zoey malu sekali. Kenapa dia tidak lihat-lihat dulu sebelum bertindak? Ketahuan kan sekarang.
"Mau ke mana?" Dante sengaja bertanya seperti itu. Padahal jelas-jelas sudah keliatan kalau Zua mau kabur.
Zua menarik napas dalam-dalam. Jantungnya berdetak kencang. Matanya masih terpaku pada Dante, pria yang berdiri di balkon seberang dengan ekspresi datar. Ia memutar otak mencari alasan yang masuk akal. Namun, tak satu pun ide yang muncul. Sepertinya Dante tahu persis apa yang sedang ia lakukan.
Zua mengusap tengkuknya, berusaha mengendalikan kepanikan yang melanda dirinya. Ia tahu, jika ketahuan oleh salah satu penghuni rumah besar ini, rencananya melarikan diri akan gagal total. Dan lebih buruk lagi, kakek Barasta pasti akan memperketat pengawasannya.
"Aku ... aku cuma mau melihat-lihat suasana malam. Iya, lihat-lihat suasana malam." jawab Zua akhirnya, dengan alasan apa saja yang tiba-tiba terpikir olehnya. Suaranya terdengar ragu, bahkan di telinganya sendiri.
Dante mengangkat sebelah alisnya, ekspresi curiga terpampang jelas di wajahnya.
"Melihat suasana malam dengan membawa itu?" sindirnya menunjuk ke spray yang Zua jadikan tali.
Zua ikut menatap ke benda yang ditunjuk Dante dengan dagunya. Ia menggigit bibirnya, merasa tertangkap basah. Ia mencoba mengatur napas, berusaha tidak panik.
"Itu ... itu hanya kebetulan," jawabnya terbata-bata, masih berbohong juga.
Dante tidak berkata apa-apa untuk beberapa saat, tetapi sorot matanya yang tajam terus mengunci pandangan Zua. Seolah-olah ia sedang membaca setiap pikiran yang terlintas di kepala gadis itu.
"Kalau kau mau kabur dari sini, kau harus punya rencana yang lebih baik. Pakai benda yang gampang robek seperti itu, namanya bunuh diri. Kau pikir dirimu sedang bermain sinetron?" ucap Dante langsung. Tidak menohok tapi kata-katanya membuat Zua tertegun. Ia memandang pria itu lama. Dalam hari ia merasa jengkel.
Dante melangkah mendekati ujung balkonnya. Jarak antara balkon mereka tidak terlalu jauh.
"Rumah ini penuh penjaga, bahkan di malam hari. Kalau kau turun dari balkon itu, seseorang pasti akan melihatmu sebelum kamu sempat sampai ke gerbang depan. Tapi sebelum itu, aku yakin kau sudah tak sadarkan diri dan beberapa tulangmu patah." katanya lagi.
Lihat? kata-kata pria itu memang tidak ada yang enak di dengar. Tapi Zua terdiam, sialnya pria itu benar.
"Kenapa ingin kabur? Laki-laki yang akan kau nikahi adalah pria idaman semua wanita." kali ini Dante bertanya. Biasanya dia tidak pernah mau peduli dengan urusan orang lain. Anehnya, terhadap gadis itu ia merasa cukup penasaran.
"Idaman semua wanita apanya? Aku tidak menyukainya tuh."
Aku sama sekali tidak menyukai laki-laki kaku dan nggak masuk akal sepertinya. Mesum pula.
Kalimat itu dia ucapkan dalam hati.
Ujung bibir Dante melengkung ketika melihat dengusan kecil Zua.
"Kenapa?"
"Hah?"
"Apa yang tidak kau sukai darinya?" Dante penasaran ingin tahu.
"Terlalu tampan, terlalu kaya, pokoknya terlalu sempurna untuk gadis biasa-biasa saja sepertiku."
Zua mengatakan kalimat tersebut tanpa sadar kalau lelaki yang sedang berbicara dengannya sekarang ini adalah lelaki yang dia takuti. Karena kesalahpahaman waktu itu. Pada saat Zua sadar, gadis itu terdiam lagi.
Ini gila. Benar-benar gila. Bagaimana dia bisa sesantai itu berbicara dengan lelaki itu? Kalau dia salah bicara, bisa-bisa hidupnya tidak tenang lagi. Zua merutuk dirinya sendiri dalam hati, dan tersenyum canggung.
Perubahan Zua terlihat jelas di mata Dante. Ia tidak tahu kenapa gadis itu yang tadinya berbicara dengan berapi-api tiba-tiba berubah kaku dan canggung seperti itu. Dante juga tidak ingin bertanya karena menurutnya tidak penting.
"Mm ... U ... Udaranya cukup dingin, tidak baik berada lama di luar. A ... Aku masuk dulu." kata Zua dengan kalimat terbata-bata. Ia sudah mengambil ancang-ancang untuk masuk ke dalam kamarnya namun suara Dante kembali menghentikan langkahnya.
"Kau lupa sesuatu." kata pria itu, ekspresinya tetap datar.
Dahi Zua mengernyit menatap pria itu. Lalu ia mengikuti arah yang di tunjukkan Dante. Pria itu menunjuk ke spray yang telah dia jadikan tali untuk kabur. Dengan cepat Zua berjalan dan mengambil spray tersebut lalu langsung berlari masuk ke dalam.
Sudut bibir Dante melengkung. Lalu ia menggeleng-geleng kepala. Menurutnya gadis itu cukup langka, dan cukup menarik.
Mama dian hanya mengucapkan selamat sikapnya msh dingin dan datar kezua.....
suatu hari nanti mama diam dibukakan hatinya melihat ketulusan hatinya zua....
pada dasarnya hati narin baik krn pernah dikecewakan tmn2nya dan dibully jd membentengi dirinya bersikap sombong dan arogan....
Baguslah narin berubah lbh baik lagi...
lanjut thor.....
semoga rencana Bunga ga berhasil utk menculik/mencelakai zua ya thor