Diputuskan begitu saja oleh orang yang sudah menjalin kedekatan dengannya selama hampir tujuh tahun, membuat Winda mengambil sebuah keputusan tanpa berpikir panjang.
Dia meminta dinikahi oleh orang asing yang baru saja ditemui di atas sebuah perjanjian.
Akankah pernikahannya dengan lelaki itu terus berlanjut dan Winda dapat menemukan kebahagiaannya?
Ataukah, pernikahan tersebut akan selesai begitu saja, seiring berakhirnya perjanjian yang telah mereka berdua sepakati?
Ikuti kisahnya hanya di lapak kesayangan Anda ini.
Jangan lupa kasih dukungan untuk author, ya. Makasih 🥰🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merpati_Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bundamu Pergi, Boy
Bisma berhasil memberikan pengertian pada Arsen dan setelah itu bocah kecil tersebut tak lagi bertanya hal yang bisa membuat kepala Bisma berdenyut. Mereka bertiga kemudian melanjutkan acara makan malam kedua dalam keheningan.
Tengah khusyuk makan, tiba-tiba terdengar suara seseorang berseru. "Lu belum tidur, Bis!"
"Ayah, itu Bos Nick!" seru Arsen yang langsung berdiri, kemudian berlari keluar untuk menghampiri orang yang baru saja datang. Saking antusiasnya, Arsen bahkan meninggalkan nasi gorengnya yang tinggal beberapa suap lagi.
"Nicholas," gumam Bisma.
Berbeda dengan Arsen yang terlihat sangat senang mengetahui kedatangan orang yang dipanggil Bos Nick itu, Bisma justru nampak kebingungan. Entah apa yang dipikirkan laki-laki itu.
"Siapa Bos Nick?" tanya Winda, tapi tak ada jawaban dari Bisma hingga beberapa saat.
Winda lalu mengedikan bahu. Setelah itu, Winda kembali cuek dan melanjutkan makannya dengan tenang.
"Bos Nick!" seru Arsen, menghampiri Nicholas yang seketika merentangkan kedua tangan melihat kedatangan bocah kecil itu.
"Hai, Prince! Kamu belum tidur?" tanya laki-laki seusia Bisma yang kemudian membungkukkan badan untuk menyambut tubuh Arsen.
"Udah berapa kali Arsen bilang, jangan panggil Prince!" protes Arsen.
"Hahaha ... iya-iya. Maaf, Boy. Bos lupa," kata Nicholas sambil tertawa. Arsen lalu ikut tertawa.
"Pertanyaan Bos tadi belum kamu jawab, Boy. Kenapa belum tidur?" tanya Nicholas.
Arsen kebangun karena lapar," balas Arsen sambil memeluk leher lelaki dewasa yang menggendongnya.
"Tapi sekarang udah nggak lapar lagi karena Arsen udah makan nasi goreng," lanjutnya.
"Nasi goreng? Hem ... pasti enak. Ayah Bisma beli di mana? Di resto kesukaan kamu, kah?"
"Nggak beli, Bos! Bunda yang buat nasi gorengnya. Enak banget. Lebih enak dari nasi goreng di resto yang biasa kita makan."
"Siapa-siapa? Bunda?" tanya Nicholas dengan dahi berkerut dalam.
"Iya, Bunda. Bunda barunya Arsen. Ayo, Arsen kenalin," ajak bocah kecil itu dengan antusias sembari menunjuk ke arah ruang dalam.
Nicholas yang masih menggendong Arsen, lalu membawa bocah laki-laki itu masuk. Betapa terkejut Nicholas, melihat ada seorang wanita di apartemen yang selama ini dia tinggali.
"Oh, jadi seperti ini kelakuan lu jika gue nggak ada, Bis," tuduh Nicholas sembari menunjuk Winda.
Bisma terlihat tidak suka mendengar ucapan Nicholas. Sementara Winda seketika menghentikan makan, lalu menatap Nicholas penuh tanya.
"Sudah berapa lama kalian kumpul kebo?" lanjut Nicholas, membuat Bisma seketika menghentikan makannya.
Begitu pula dengan Winda. Gadis itu pun sepertinya tak terima dituduh demikian oleh orang yang baru pertama kali dia lihat.
"Kami tidak kumpul kebo! Kami bahkan baru bertemu tadi siang," sangkal Winda, menjelaskan.
"Baru bertemu, tapi sudah seintim ini? Mencurigakan." Nicholas berkata sembari tersenyum smirk ke arah Bisma hingga membuat laki-laki yang menurut Winda berwajah datar itu, berdecak.
"Bos, Arsen mau turun." Permintaan bocah yang masih berada di gendongan Nicholas, sejenak menjeda laki-laki itu yang sebenarnya masih ingin bicara.
Nicholas lalu menurunkan Arsen dan mendudukkan bocah itu di kursinya. Arsen lalu melanjutkan makannya kembali. Melihat Nicholas duduk di samping Bisma, Arsen lalu beranjak sembari membawa sesendok penuh nasi goreng.
"Bos. Cobain, deh," pinta Arsen sambil mendekatkan sendok tersebut ke mulut Nicholas. Mau tak mau, Nicholas yang tadinya hendak membisikkan sesuatu pada Bisma, mengurungkan niat, lalu membuka mulutnya karena dia yang sangat menyayangi Arsen tak ingin membuat bocah itu kecewa.
"Enak, kan, Bos? Bunda Arsen juara, 'kan?" tanya Arsen. Lalu, bocah laki-laki itu menatap Winda dengan kedua netra berbinar-binar. Sepertinya, Arsen sedang sangat bahagia karena dikelilingi oleh orang-orang yang sangat menyayanginya.
"Hem ... kamu benar, Boy. Bunda kamu memang juara. Juara menaklukkan hati laki-laki paling dingin di abad ini," kata Nicholas setelah menelan nasi gorengnya.
"By the way, gimana cara kamu menaklukkan hati Bisma, Nona?" tanya Nicholas kemudian seraya menatap Winda dengan tatapan dalam dan dengan senyuman yang sulit diartikan.
"Menaklukkan hati? Maaf, Mas. Saya tidak menaklukkan hati siapa pun," balas Winda sejujurnya karena memang dia tidak merasa telah melakukan sesuatu yang bisa membuat lawan jenis takluk padanya.
"Maaf semua. Saya sudah selesai," kata Winda sembari beranjak. Dia angkat piringnya dan piring milik Bisma yang sudah habis isinya, lalu dia bawa ke wastafel.
Setelah mencuci piring, Winda yang hendak ke kamarnya mengurungkan langkah ketika Arsen merengek pengen ditemani tidur. Winda yang tak bisa menolak keinginan bocah itu, lalu menemani Arsen tidur di kamarnya.
"Siapa dia, Bis?" tanya Nicholas seraya menatap pintu kamar Arsen yang baru saja ditutup.
"Kenapa? Lu naksir dia?" Bukannya menjawab pertanyaan Nicholas, Bisma malah melontarkan pertanyaan balik.
"Gue lihat dari tadi, tatapan lu begitu mengagumi Winda, Nick," lanjut Bisma seperti seorang paranormal yang dapat menebak isi pikiran seseorang.
"Ck! Sok tahu lu!" elak Nicholas, tapi sambil senyum-senyum.
"Tapi memang cantik, sih," aku Nicholas kemudian dengan sejujurnya.
"Lu mau, nggak, kalau diminta untuk menikahinya?"
"Maksud lu?" tanya Nicholas.
"Dia butuh suami. Jika lu bersedia, lu nikahi dia dalam waktu dekat."
"Anda keterlaluan, Mas! Anda pikir, saya barang yang bisa dilempar-lempar begitu saja? Jika memang Mas berubah pikiran dan tidak mau menikahi saya, ya, udah! Kita batalkan saja perjanjian yang telah kita sepakati! Dan jangan asal menawarkan saya pada laki-laki lain!" seru Winda yang baru saja keluar dari kamar Arsen dan kebetulan mendengar perkataan Bisma barusan. Gadis itu terlihat sangat marah pada Bisma.
"Oke," balas Bisma dengan singkat, padat, dan jelas.
Winda yang sangat kesal mendengar perkataan Bisma tadi dan jawaban laki-laki itu barusan, segera masuk ke kamarnya. Tak berapa lama kemudian, gadis itu keluar sambil membawa tas punggung miliknya.
"Mau ke mana, Nona?" tanya Nicholas.
"Pulang!" balas Winda ketus, tanpa menoleh ke arah Nicholas.
"Terima kasih udah memberi saya tumpangan," kata Winda kemudian sembari melirik Bisma.
Setelah berkata demikian, Winda melangkah keluar dan tak lagi menengok ke belakang. Tepat di saat Winda hendak membuka pintu utama, terdengar suara Arsen berseru memanggil Winda.
"Bun! Bunda Winda! Kenapa lama sekali ngambil minumnya?"
Tak ada jawaban, Arsen lalu keluar dari kamar. Bocah laki-laki itu kemudian menghampiri Bisma yang terlihat kebingungan. Sementara Nicholas menatap Bisma dengan tatapan menuntut penjelasan.
"Bunda mana, Ayah?" tanya Arsen sembari menuju kamar yang ditempati Winda. Arsen lalu membukanya. Tak ada siapa pun di sana, bocah kecil itu segera keluar.
"Ayah, Bunda mana? Kenapa Ayah diam saja?" tanya Arsen mulai khawatir. Sepertinya, anak kecil itu takut jika Winda pergi meninggalkannya.
"Bundamu pergi, Boy. Dan itu karena ayahmu," kata Nicholas sembari melirik Bisma.
"Bunda Winda! Arsen ikut!" Seketika, Arsen menjerit sambil berlari keluar.
bersambung ...
***
Apa kira-kira Bisma akan ikut mengejar Winda? Atau, Nicholas yang akan menemani Arsen mengejar gadis itu?
Nantikan, yah 😊
Yuk-yuk, sambil nunggu kelanjutan kisah Winda, simak dulu novel karya dari teman 🥰
Judul ; Bangkitnya Pewaris Kegelapan
Karya. Maylafaishaa
Semangat terus Kak.... qt selalu nungguin Bisma-Winda Up lg...❤🌹