Aku sangka setelah kepulanganku dari tugas mengajar di Turki yang hampir 3 tahun lamanya akan berbuah manis, berhayal mendapat sambutan dari putraku yang kini sudah berusia 5 tahun. Namanya, Narendra Khalid Basalamah.
Namun apa yang terjadi, suamiku dengan teganya menciptakan surga kedua untuk wanita lain. Ya, Bagas Pangarep Basalamah orangnya. Dia pria yang sudah menikahiku 8 tahun lalu, mengucapkan janji sakral dihadapan ayahku, dan juga para saksi.
Masih seperti mimpi, yang kurasakan saat ini. Orang-orang disekitarku begitu tega menutupi semuanya dariku, disaat aku dengan bodohnya masih menganggap hubunganku baik-baik saja.
Bahkan, aku selalu meluangkan waktu sesibuk mungkin untuk bercengkrama dengan putraku. Aku tidak pernah melupakan tanggung jawabku sebagai sosok ibu ataupun istri untuk mereka. Namun yang kudapat hanyalah penghianatan.
Entah kuat atau tidak jika satu atap terbagi dua surga.
Perkenalkan namaku Aisyah Kartika, dan inilah kisahku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 13
Semakin dia masuk kedalam, dapat Melati lihat ruangan yang sangat luas dengan dekorasi menarik mata. Semakin dia masuk kedalam, dapat dia lihat ranjang besar bewarna putih bersih, seolah sedang menantang menatapnya.
"Kosong? Apa aku ditipu? Apa-apaan ini...!!" gerutunya sembari mengedarkan pandangan mencari pria misterius itu.
"Selamat datang Melati..! Ternyata kamu lebih cantik jika dilihat dari dekat seperti ini!"
Melati sontak membalikan badan, matanya membola tajam dengan raut wajah terkejut setengah mati.
Pria tampan berpakaian santai yang dilapisi jaket kulit bewarna hitam, serta celana jeans hitam dan juga topi, semakin menambah aura ketampanan yang terpancar dari dalam dirinya. Namun berbeda dari Melati. Dia hanya melihat tanpa terkagum sedikitpun. Setampan dan sekaya apa orang-orang disekitarnya, hanya Bagas lah yang mampu membuatnya jatuh cinta begitu dalam.
"Siapa kamu?!" suara Melati bergetar menahan takut, dengan memundurkan sedikit demi sedikit langkahnya kebelakang.
Sorot mata pria didepanya begitu tajam bagaikan seekor elang yang sedang mengintai mangsanya.
"Tenang dulu Melati, aku akan memperkenalkan namaku jika kamu bersikap tenang, bukan cemas seperti ini!" kata pria itu mencoba menahan lengan Melati agar lebih dekat denganya.
"Stopp!! Jangan sentuh aku! Tetaplah disitu!" tolak Melati memcoba menolak sentuhan dari pria didepanya.
Mata pria itu tertarik keatas kebawah mengamati tubuh mulus melati yang hanya memakai dress ketat sepaha. Ujung bibir pria itu terangkat sebelah, lalu segera melepas jaket kulitnya dengan menghempaskannya begitu saja diatas lantai.
"Aku sudah datang, jadi sekarang cepat kamu hapus video itu. Aku tidak akan segan-segan membuat hidupmu sengsara, jika kamu sampai memberi tahu suamiku!" seru Melati dengan kata menggema diakhir kalimatnya.
Pria itu semakin tertawa remeh, sembari menatap kearah langit-langit atap, merasa lucu terhadap penuturan wanita didepanya.
"Aku masih tidak menyangka padamu Melati. Kau begitu cantik, sempurna," pria itu menatap wajah hingga tubuh Melati, yang dimana menurutnya tidak ada hal yang tidak menarik bagi matanya. "Tapi bagaimana bisa kau mau dinikahi oleh Bagas pria yang sudah memiliki seorang istri?!" lanjutnya.
"Itu bukan urusanmu!! Aku sangat mencintai Bagas. Jadi aku tidak peduli dengan statusnya saat ini!" balasnya, "Sekarang cepat kamu hapus video itu sekarang juga!" teriak Melati yang sudah mulai geram.
"Ha..ha..ha..! Tidak semudah itu sayang! Aku dapat menuruti semua kemauanmu, jika kamu sendiri bersedia menuruti permintaanku. Sudah sangat lama aku memendam cinta kepadamu Melati. Tapi, setelah kepulanganku kau malah menikah dengan pria gila itu!" pria itu tertawa bak orang tidak waras, namun semakin dia meneruskan ucapanya sontak Melati meringsut ketakutan, karena bentakan yang berhasil Melati terima.
"Siapa kamu sebenarnya? Aku bahkan tidak mengenalmu sebelumnya?!" seru Melati mencoba mengingat-ingat siapa pria didepanya ini.
Ingatan Melati langsung mengarah kesahabatnya yang dulu mereka sempat hidup bersama dalam satu apartemen, saat masa kecilnya Melati tinggal di ibukota.
"Jadi...kamu Bisma? Nggak-nggak mungkin kamu Bisma sahabatku dulu?!" Melati masih menggelengkan kepala mencoba menolak percaya, bahwa pria didepanya adalah sahabat kecilnya dulu, yang dimana mereka masih berusia 10 tahun.
Langkah Bisma semakin mendekat kearah Melati sembari menyungging senyum sinis, "Benar Melati. Aku adalah Bisma, orang yang telah kamu abaikan sejak dulu!! Aku sekarang sudah memiliki segalanya. Rumah mewah, kendaraan mewah, uang yang tidak ada habisnya, dan masih banyak lagi hartaku untuk memenuhi finansialmu. Bagaimana, apa kau sudah bisa mencintaiku?" alis Bisma terangkat sebelah seraya mencondongkan setengah tubuhnya kedepan, sehingga Melati dapat meraskan sapuan nafas sahabat kecilnya itu.
Melati mencoba memalingkan wajahnya dengan cepat dan bergerak kesamping menghindar tatap dari kedua netra Bisma.
"Aku tidak akan pernah mencintaimu, Bisma! Aku juga tidak butuh hartamu. Suamiku bisa memenuhi apapun yang aku mau. Jadi berhentilah mengharapkan hal tabu dalam hidupmu!" tolak Melati dengan suara dingin.
Bisma tersenyum sengit dengan sorot mata menahan kecewa yang begitu dalam. Kedua tanganya terkepal kuat hingga baku kukunya terlihat pucat.
"Bagas, Bagas, dan Bagas....!!" suara Bisma menggelegar memenuhi kamar tersebut, "Apa hebatnya menjadi nomor dua, Melati? Kau hanya dijadikan selingan, dan dibuang dengan mudah setelah istri pertamanya datang!! Sedangkan aku...." Bisma menunjuk dirinya sendiri, "Aku dapat menjadikanmu seperti seorang permaisuri, dan hanya kamu satu-satunya Melati. Tapi bodohnya kamu malah memilih menjadi selir, hanya karena cinta konyolmu itu!" bentak Bisma yang sudah naik pitam.
Melati mendesah kasar karena sudah merasa muak mendengar haluan dari sahabat kecilnya itu. Melati sontak menoleh, dengan sorot mata tak kalah tajam.
"Nomor dua itu hanya sementara saja, Bisma!! Akan aku pastikan, jika aku akan menjadi satu-satunya istri Bagas. Lebih baik kamu mencari jalang diluaran sana Bisma. Aku tidak akan pernah tertarik dengan apa saja yang kamu tawarkan padaku. Termasuk cintamu sekalipun!" bentaknya tak kalah kuat.
Selepas itu, Melati bermaksud ingin segera keluar dari ruangan kamar tersebut. Namun baru dua langkah dia menapaki lantai marmer itu, suara Bisma berhasil menghentikan langkahnya.
"Aku tidak segan-segan memberitahu Bagas, jika kamu berani keluar dari ruangan ini, Melati!" teriak Bisma menatap lurus kearah ranjang.
Melati mendesah kasar kembali, lalu segera berbalik badan, "Sekarang katakan apa maumu?" tandas Melati dengan wajah pasrah.
Bisma mengangkat ujung sebelah bibirnya, "Temani aku malam ini!!"
Melati membolakan mata tajam, "Aku tidak mau Bisma! Apa-apaan kamu ini?" tolaknya dengan terang-terangan, "Kamu bisa menyewa jalan diluaran sana, jika hanya untuk memuaskanmu Bisma!"
Bisma sontak menoleh, lalu berjalan dengan perlahan hingga sampai dihadapan Melati yang hanya berjarak beberapa centi saja.