Hidup Aina seperti diselimuti kabut yang tebal saat menemukan kenyataan kalau Fatar, lelaki yang dicintainya selama 7 tahun ini meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil. Namun Fatar tak sendiri, ada seorang wanita bersamanya. Wanita tanpa identitas namun menggunakan anting-anting yang sama persis dengan yang diberikan Fatar padanya. Aina tak terima Fatar pergi tanpa penjelasan.
Sampai akhirnya, Bian muncul sebagai lelaki yang misterius. Yang mengejar Aina dengan sejuta pesonanya. Aina yang rapuh mencoba menerima Bian. Sampai akhirnya ia tahu siapa Bian yang sebenarnya. Aina menyesal karena Bian adalah penyebab hidupnya berada dalam kabut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengantin Baru
"Aina, kita keluar yuk! Dari tadi kamu di kamar saja." kata Emir saat masuk ke kamar. Lelaki itu sudah selesai mandi, mengenakan celana jeans dan kaos lengan panjang. Rambutnya yang basah disisir rapi.
"Keluar kemana, kak?" tanya Aina.
"Jalan-jalan keliling kota. Kan kita sekarang jadi pengantin baru. Jadi harus senang-senang dulu. Sekalian memanfaatkan waktu libur yang ada."
Aina tersenyum. "Aku ganti pakaian dulu ya?"
"Jangan lupa pakai pakaian yang agak tebal."
Aina mengangguk. Emir keluar kamar dan gadis itu segera membuka lemari pakaian. Ia harus berbagi lemari dengan Emir. Memang tak semua pakaiannya bisa tersimpan di lemari ini.
"Emir, hati-hati membawa motor nya ya?" pesan Tita sebelum mereka pergi.
"Iya, Bu."
Aina yang duduk di belakang berpegang pada pinggiran jaket Emir. Lelaki itu menjalankan motornya dengan kecepatan sedang.
Motor berhenti di sebuah lapangan.
"Di sini ada pelaksanaan pasar malam. Maaf ya, tidak membawa kamu ke mall atau restoran mahal." ujar Emir saat mereka turun dari motor.
"Di sini ada rumah hantunya kan?"
"Ada."
"Ada bianglala."
"Ada."
"Aku mau main di sana. Karena seumur hidupku, tak pernah diijinkan main di dua tempat itu. Katanya kotor, tak higienis. Mungkin karena dari kecil aku selalu sakit-sakitan ya."
"Aku akan menemani kamu. Ayo!" Emir menggenggam tangan Aina. Gadis itu menatap tangannya yang digenggam Emir.
"Maaf kalau aku kurang sopan." Emir hendak melepaskan tangan Aina namun gadis itu mempererat genggaman tangannya. "Ayo!" ujar Aina lalu melangkah diikuti oleh Emir.
Selama 2 jam lebih, Aina dan Emir menghabiskan waktu mereka di pasar malam itu.
Mereka juga makan bakso, makan beberapa jajanan yang tak pernah Aina makan sebelumnya, termasuk juga menikmati gulali.
Untuk sesaat, Aina melupakan semua kesedihan yang dialaminya. Ia tanpa sadar beberapa kali memeluk lengan Emir karena senang boleh melakukan semua yang selama ini dilarang oleh orang tuanya dan juga Fatar.
"Mana tanganmu?" tanya Emir.
"Tangan? Ini!" Aina mengulurkan tangannya. Emir menyemprotkan cairan antiseptik di tangan Aina.
"Terima kasih ya?" Aina senang karena Emir ternyata perhatian dengan kesehatannya.
"Jangan dulu makan sebelum membersihkan tanganmu. Aku sudah periksa abang baksonya. Warungnya bersih."
Aina mengangguk sambil tersenyum. Keduanya pun masuk ke warung bakso.
"Jangan terlalu banyak cabe nya. Nanti sakit perut." Emir mengingatkan Aina saat melihat sudah 2 sendok cabe yang dimasukan Aina ke dalam baksonya.
"iya, pak. Cerewet banget sih!"
"Sebentar."
Aina mengangkat wajahnya. Menatap Emir yang duduk di sampingnya. "Ada apa?"
Emir mengambil tissue dan membersihkan wajah Aina. "Kamu berkeringat. Pasti di sini panas karena nggak ada AC nya, ya?"
"Terima kasih."
Mereka pun menikmati makan bakso sambil bercerita banyak hal tentang permainan yang baru saja mereka mainkan.
Selesai makan, Aina meminta dibelikan gulali. Emir pun membelikannya.
"Sampai di rumah jangan lupa gosok gigi ya, nanti giginya rusak." pesan Emir. Aina tertawa.
"Siap, pak!"
Kembali lagi keduanya tertawa bersama.
"Kak, berhenti di ATM itu sebentar ya." kata Aini.
"Ok."
Aini turun dan masuk ke dalam ATM. Ia mau mengambil uang. Aini bermaksud untuk membeli keperluan di rumah Emir. Namun satu ATM nya tak berfungsi. Begitu juga dengan 2 ATM yang lain. Aini jadi terkejut. Ia segera menghubungi layanan bank. Atas pemberitahuan Bank, Aini akhirnya tahu kalau semua kartunya sudah diblokir papanya.
"Kenapa ?" tanya Emir saat melihat wajah Aini yang sedih.
"Semua kartu ku sudah diblokir papa."
Emir mengusap kepala Aini. "Jangan sedih, ya. Aku akan berusaha memenuhi semua keperluan mu."
"Kak, aku tidak mau menyusahkan mu dengan ibu Tita. Aku sudah memasuki keluarga kalian secara paksa. Aku tidak mau menjadi beban."
Emir menggenggam tangan Aina dan mengajaknya duduk di bangku beton yang ada di sana. "Aina, kamu tak secara paksa masuk di keluargaku karena aku juga menerimamu. Kamu bukan beban buat aku dan ibuku karena kamu adalah istriku."
Hati Aina tersentuh mendengar kata-kata Emir. Ia mencium punggung tangan lelaki lelaki itu. "Kak, terima kasih. Kakak bagaikan malaikat yang dikirim Allah untuk melindungi aku saat aku kecewa dengan semua orang yang ad di sekitarku."
Emir hanya mengusap kepala Aina. "Percayakan saya seluruh hidupmu padaku, Aina. Akan kulakukan yang terbaik untukmu."
Air mata Aina menetes. Emir menghapusnya dengan lembut. "Ayo kita pulang! Ini sudah larut malam. Ibu pasti khawatir."
Aina mengangguk. Mereka pun pulang bersama.
***********
2 minggu sudah Aina menjadi istri Emir. Komunikasinya dengan seluruh keluarganya pun menjadi putus. Beberapa hari setelah pernikahannya, kakak tertua Fatar mengirimkan pesan. Ia meminta agar Aina mengembalikan anting-anting yang diberikan Fatar padanya saat mereka tunangan. Anting-anting yang sama dengan milik Wilma.
Aina tak membalas pesan itu. Ia bahkan berniat mengganti nomor teleponnya.
"Kak, aku boleh pinjam uang?" hanya Aina.
Emir yang baru selesai mandi setelah pulang kerja menatap Aina.
"Kamu perlu sesuatu?" tanya Emir sambil membuka dompetnya.
"Besok rencananya aku mau melamar pekerjaan di sebuah perusahaan. Aku melihat kalau ada lowongan di sana. Aku mau fotocopy ijasah ku dan membuat pas photo.
Emir mengeluarkan 2 lembar uang seratus ribu. "Ini cukup?"
Aina mengambil satu lembar saja.
"Kenapa?" tanya Emir.
"Seratus ribu saja sudah cukup, kak."
Emir duduk di samping Aina. "Kamu serius mau kerja?"
"Iya. Lagi pula berdiam diri di rumah juga bosan. Ibu pagi-pagi sudah ke pasar untuk jualan kue. Kakak, jika shif pagi, berangkatnya juga masih jam 7. Aku tak tahu harus buat apa. Mau memasak, semuanya sudah dikerjakan oleh ibu."
"Ai, mulai Minggu depan, aku sudah mendapatkan pekerjaan tambahan. Jadi, kamu nggak usah menyusahkan dirimu."
"Aku mau bantu, kak. Untuk apa aku sekolah tinggi kalau tak bisa bekerja. Aku lulusan S2 lho."
"Baiklah. Asalkan itu gak menyusahkan mu, aku akan mendukung apapun yang kamu inginkan."
"Terima kasih, kak." Aina, karena sangat senang, tanpa sadar ia langsung memeluk Emir. Namun tak sampai semenit, ia melepaskannya kembali.
************
Wajah sumringah Aina langsung terlihat saat ia berhasil diterima di perusahaan ini. Perempuan itu ingin rasanya melompat karena kegirangan.
Saat melintasi halaman perusahaan, Aina melihat Emir.
"Kakak......!"
Emir menghentikan langkahnya. "Aina, apa yang kamu lakukan di sini?"
"Aku melamar pekerjaan di sini dan aku diterima." Kata Aina dengan sangat senang.
"Oh, ya? Jadi kita di perusahaan yang sama."
"Kakak bekerja di sini juga?"
"Iya. Sesekali mengantarkan bos. Itulah pekerjaan tambahan yang aku katakan kemarin menjadi sopir. Gajinya lumayan."
"Wah, menyenangkan ya? Sekarang kakak mau kemana?"
"Baru selesai mengantar bos."
"Bosnya lelaki atau perempuan."
"Perempuan."
"Wah, aku cemburu dong."
Emir tertawa mendengar kata-kata Aina. "Kamu bisa saja. Jangan buat aku geer dong dicemburui oleh gadis secantik kamu."
Gantian Aina yang ikut tertawa. "Berarti kita bisa berangkat kerja sama-sama."
"Nanti kita bicarakan di rumah. Aku mau kembali ke pos ku ya?
Aina menatap Emir. Lelaki berparas bule itu sangat tampan dengan seragam satpamnya. Tubuhnya yang tinggi atletis membuat Aina merasa terlindungi saat mereka berpelukan.
Aina menepuk kepalanya sendiri. Ia kemudian keluar dari perusahaan dengan naik angot.
***********
Akankah Emir dan Aina jatuh cinta?
kenapa harus Aina yg menjadi korban
dr awal jg curiga sama emir..
knp tiba2 hadir di sa,at aina sedih & terluka krn di khianati cinta nya..