Dua orang Kakak beradik dari keluarga konglomerat dengan sifat yang berbeda, sama-sama jatuh cinta pada seorang wanita.
Satria yang diam-diam telah menjalin cinta dengan Aurora terpaksa menelan kenyataan pahit saat mengetahui wanita yang dinikahi Kakaknya Saga adalah kekasih hatinya, Aurora.
Satria yang salah paham pada Aurora, jadi sakit hati dan frustasi. Cintanya pada Aurora berubah menjadi dendam dan kebencian.
Satria melakukan banyak hal untuk merusak rumah tangga kakak dan mantan kekasihnya itu.
Hingga akhirnya, Saga meninggal karna penyakit kelainan jantung yang ia derita dari kecil.
Satria malah menuduh, Aurora lah peyebab kematian sang Kakak.
Rasa benci yang mendalam, membuat Satria terus menerus menyiksa batin Aurora.
Apakah Aurora sanggup bertahan dengan ujaran kebencian Satria? Sementara Aurora masih sangat mencintai Satria.
Jangan lupa mampir ke karya author yang lain ya, 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HARI YANG MENYEDIHKAN
Satria masih termangu di depan pintu rumah Aurora. Ia masih tak percaya dengan apa yang di ucapkan ayahnya Aurora. Bagaimana mungkin, Aurora akan mengingkari janji cinta mereka. Aurora takkan mungkin menikah dengan orang lain selain dirinya.
Bukankah Aurora sangat mencintai Satria? Mereka berdua saling mencintai. Mereka berdua telah saling bersumpah dan berjanji untuk terus bersama sehidup dan semati.
Blamm...!
Tubuh Satria seakan lemas tak bertulang. Ia bersimpuh jatuh menekuk lutut di depan pintu rumah yang telah di tutup Santi dengan keras.
Air matanya bergulir deras mengungkapkan betapa hancur hatinya dan seberapa kecewa dirinya pada Aurora.
"Aura, Aura, hiks..hiks...hiks...," Satria meremas dada sebelah kirinya dan memukul-mukul dadanya berulang kali.
Sakit, hatinya teramat sakit. Tak ada rasa yang paling sakit ia rasakan selama hidupnya selain rasa sakit yang ia rasakan hari ini.
Jantungnya bagai di sayat-sayat ribuan belati tajam, tercabik-cabik menjadi ribuan kepingan-kepingan yang bertebaran. Hancur, hatinya teramat hancur.
Sementara itu, kehadiran Satria di rumah itu sudah di ketahui Aurora yang samar-samar sempat mendengar bentakan ayahnya yang keras.
Satria tidak tahu, di dalam rumah Indra, di salah satu kamar yang temaram dengan kurangnya penerangan cahaya lampu, Aurora tengah menangis terisak-isak, meratapi nasib cintanya yang terhalang restu orang tua.
Gadis malang itu tak henti-hentinya menangis menyebut nama Satria dalam setiap tangisannya. Aurora nyaris seperti orang gila, menjambak rambutnya berulang kali dan meremas dan memukul dadanya yang juga perih rasa teriris.
Malam itu, adalah malam yang menyedihkan untuk mereka berdua. Sepasang insan yang saling cinta harus terpisah karna keegoisan orang tua serta keserakahan manusia yang gila harta dan kekuasaan.
Cinta Aurora dan Satria harus kandas di tengah jalan karna obsesi seorang pria penyakitan yang bernama Saga. Obsesi Saga yang tanpa ia sadari telah menghancurkan perasaan adiknya sendiri mengubah rasa cinta Satria menjadi dendam yang membara.
Jelang pernikahan Aurora dan Saga.
Saga tampak heran dengan perubahan Satria yang seringkali terlihat murung dan menyendiri di dalam studio di belakang rumahnya.
Adiknya yang memang menyukai seni itu, seringkali bernyanyi sendiri dan melamun sambil memeluk gitar akustik di taman atau pun di kolam belakang. Keceriaan yang biasa diperlihatkan Satria tak terlihat lagi.
Satria terlihat punya banyak masalah. Namun, Saga tak ingin bertanya lebih lanjut. Ia tak punya banyak waktu luang untuk bicara panjang lebar dengan Satria untuk hari ini atau pun beberapa hari ke depan.
Saga terlalu sibuk memikirkan pesta pernikahannya yang tinggal beberapa hari lagi.
Begitu juga dengan Bu Nilam dan Pak Wira. Kedua orang tua Saga dan Satria itu tak memperhatikan perubahan sikap anaknya Satria. Mereka terlalu sibuk mengurus persiapan pernikahan Saga yang di kejar waktu.
Hari pernikahan Saga dan Aurora pun tiba.
Pernikahan Saga dan Aurora yang di adakan di hotel mewah bintang lima tampak ramai dihadiri para tamu yang rata-rata adalah kalangan kelas atas.
Berbagai karangan bunga ucapan selamat dari banyak relasi berdatangan dan berjejer rapi di sepanjang jalan dari pintu gerbang hotel hingga ke pelataran parkir hotel yang luas.
Aurora yang terlihat sangat cantik bagaikan ratu semalam, dengan balutan gaun pengantin yang putih panjang menyentuh lantai serta rambut disanggul ke atas berhias mahkota kecil, tampak berjalan anggun diatas karpet merah di iringi beberapa orang iringan pengantin yang menemaninya.
Semua orang berdecak kagum menyaksikan kecantikan Aurora yang memang sulit untuk di tandingi tamu-tamu wanita yang hadir di sana. Mereka seolah melihat bidadari yang baru turun dari langit. Semua orang memuji kecantikan yang di miliki Aurora.
Hanya saja, tiada senyuman yang terlihat di bibir Aurora. Ia seperti patung yang di papah menuju mimbar pengantin, yang mana Saga dan kedua orang tua mereka beserta penghulu telah menunggu kedatangan calon pengantin wanita itu sedari tadi.
Saat Aurora datang, Saga langsung menggeser duduknya dan mengulurkan tangan untuk membantu Aurora duduk di sampingnya. Namun, sikap Saga di abaikan Aurora yang langsung duduk dengan menjaga sedikit jarak dari Saga.
Saga menghembuskan nafas pelan. Menundukkan kepalanya mencoba menghilangkan rasa malu yang menghinggapi hatinya karna perlakuan Aurora. Tak ada tamu yang memperhatikan kedua sikap kedua mempelai yang tak akur itu.
Dimata mereka, Saga dan Aurora adalah pasangan sempurna yang tak terlihat ada cacatnya. Kecuali satu orang, dia adalah Satria.
Satria yang baru saja datang ke hotel itu karna terlambat bangun tidur efek begadang semalaman, tampak mengerutkan dahinya memandang sosok Aurora dari belakang. Sosok pengantin wanita itu terasa sangat ia kenali.
Perlahan Satria menyelip di antara banyak tamu yang menghalangi pandangan matanya. Ia ingin melihat dengan lebih jelas lagi. Siapa perempuan yang akan menjadi kakak iparnya itu.
Dengan susah payah, Satria berhasil mendekati pengantin yang baru saja selesai mengucapkan ijab kabul.
"Bagaimana saudara-saudara? Sah?" tanya bapak penghulu dengan nada terdengar jelas karna menggunakan mic.
"Sah!"
"Sah!"
"Sah!"
Suara riuh dengan lantang menyebut kata 'Sah' bersahut-sahutan terdengar memekakkan telinga. Tepuk tangan riuh dengan tawa dan candaan bergema di mana-mana mengungkapkan kegembiraan setelah kedua pasangan pengantin itu telah resmi menjadi pasangan suami istri yang sah.
Suara ketawa, gurauan yang meledek pengantin wanita karena menangis setelah ijab kabul pun membahana meramaikan suasana ijab kabul yang mengharu biru.
Satria tampak terpaku memandang pasangan pengantin yang sudah tak jauh dari hadapannya itu. Alam sadarnya seakan menghilang, saat Saga kakak kandungnya terlihat mencium kening seorang perempuan cantik yang baru saja telah sah menjadi istrinya.
Satria mengucek matanya sekali lagi. Ia ingin meyakinkan penglihatannya kalau ia hanya salah melihat.
Tapi penglihatannya tetap sama, pemandangan yang ada di depan matanya tak berubah. Perempuan yang telah menjadi kakak iparnya dan telah resmi menjadi istri Saga adalah kekasih yang sangat ia cintai.
"Aura!" panggil Satria dengan suara bergetar.
Aurora seketika terkejut mendengar suara yang teramat ia kenali. Ia langsung menoleh ke arah Satria yang terlihat berdiri memandanginya dari bawah mimbar. Tubuh Aurora seketika gemetar, wajahnya berubah pucat pasi dan pandangan matanya mendelik tak percaya melihat kehadiran Satria di pesta itu.
Saga pun tampak tertegun melihat sikap adiknya yang terlihat sangat mengenal Aurora.
Semua mata yang hadir di pesta itu, tamu-tamu undangan dan kedua orang tua mereka serta kedua orang tua Aurora tampak terkejut dengan kehadiran Satria yang memberikan sensasi di pesta itu.
"Satria!" panggil Aurora lirih.
Air matanya merembes turun di pipinya, ia hendak menghambur turun dari mimbar ingin mendekati Satria.
Tapi sayang, tangan nya keburu di cekal Saga dengan kuat.
"Jangan buat keluarga ku malu dengan sikap mu Aurora. Kamu sudah jadi istri ku." bisik Saga dengan nada penuh tekanan.
Aurora terisak menahan tangis. Ia pun merunduk menutupi wajahnya dengan kedua tangan, menyembunyikan air mata yang mungkin saja sudah merusak make up yang menghias wajah cantiknya.
"Maafkan aku Satria, maafkan aku." rintih Aurora pelan tak terdengar.
.
.
BERSAMBUNG
suami kasar, si emak kasar juga