Era kekacauan telah tiba. Ramalan penyihir ratusan tahun telah terwujud.
Sang Penjahat telah tiba untuk menuntut ketidakadilan.
Menantang dunia dan surga.
Saatnya kalian semua membuka mata dengan kemunculanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galih Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Xiao Ning.
"Tujuanku adalah untuk melindungi semua orang yang berharga di sekitarku. Jika sebuah pedang bisa melukai, sebaliknya, pedang juga bisa melindungi. Kurasa dengan sebuah pedang, aku akan bisa menjagamu."
Senyum Wang Kai merekah lebar dari balik pintu. Meskipun jarak mereka cukup jauh, Wang Kai mampu mendengarkan semua yang terjadi berkat ilmu bela diri yang telah ia kuasai.
Di seberang taman, seorang anak perempuan dengan mata berkilauan telah secara kebetulan mendengarkan pembicaraan antara ibu dan anak itu. Dia adalah Xiao Ning. Dengan cepat, Xiao Ning menutup mulutnya rapat-rapat agar tidak mengeluarkan suara, lalu berbalik dan pergi menjauh.
"Hebat, itu adalah tujuan yang mulia. Apakah aku bisa seperti dia?" pikir Xiao Ning sepanjang jalan pulang.
"Xiao Ning! Ke mana saja kamu? Kau terlambat!" Suara ibunya, Xiao Mei, menggema dalam rumah.
Ibu Xiao Ning meluapkan emosinya dengan cara melempar dan membanting semua barang di sekitarnya, sementara Xiao Ning hanya bisa berdiri kaku menonton. Dengan cemas, ia kemudian menjelaskan alasan keterlambatannya.
Tak lama kemudian, suasana kembali normal, dan Xiao Ning merebahkan badannya di ranjang empuknya setelah berlatih seharian. Namun, entah kenapa, kata-kata Luo Yan selalu terngiang di benaknya.
"Jika aku... Oh tidak, tidak mungkin aku akan melindungi ibuku,” pikir Xiao Ning frustrasi.
Xiao Mei adalah ibu Xiao Ning sekaligus selir pertama kaisar. Tidak perlu dikatakan, semua orang membenci Xiao Mei. Sikapnya yang buruk, penuh amarah dan kedengkian, membuat Xiao Ning harus menanggung beban benci terhadap ibunya.
"Kurasa aku perlu menemuinya besok." Entah kenapa, wajah Luo Yan tidak dapat lepas dari pikiran Xiao Ning.
Tinggal satu bulan lagi sebelum ujian tradisi dimulai, dan Luo Yan semakin keras berlatih. Napasnya tersengal-sengal setelah berulang kali mencoba menggerakkan bongkahan batu besar di depannya. Batu raksasa ini memiliki bobot hampir seratus kilo! Bagaimana mungkin seorang bocah berusia lima belas tahun diminta untuk menggerakkan batu seberat itu?
Sebenarnya, Luo Yan tahu jika batu raksasa itu mustahil untuk dipindahkan, karena latihan ini memang disiapkan menguji ketahanan saja dan karena suatu alasan Luo Yan melakukan latihan tersebut.
"Berhenti! Percuma saja kau mencobanya berulang kali. Latihan ini mustahil dilakukan, apa kau tidak tahu itu?" suara seorang remaja perempuan terdengar di dekatnya.
"Tidak sama sekali!" jawab Luo Yan tegas, yang justru membuat lelaki itu tertawa geli.
Tiba-tiba, seorang anak perempuan muncul dan mengajaknya bicara. Tanpa perlu mengenalkan diri, Luo Yan sudah tahu siapa dia.
"Kau lucu sekali, sampai membuatku hampir menangis," kata gadis itu seraya tertawa, menghadapi batu besar di depan Luo Yan.
"Apa yang kau lakukan di sini, Xiao Ning? Aku sedang sibuk, jadi pergi saja dan berhenti menggangguku!" Luo Yan melambaikan tangan.
"Bagaimana kau bisa tahu namaku?" tanya Xiao Ning, terkejut.
Gawat, pikir Luo Yan. Kebiasaan lamanya membuatnya keceplosan, dan sekarang ia mendapatkan tatapan tajam.
Luo Yan berusaha menghindar dari pertanyaan itu, tetapi tiba-tiba Xiao Ning salah paham.
"Aku mengerti! Kau pasti penggemarku, kan?" Meskipun usia mereka hampir sama, Xiao Ning memiliki banyak pemuja. Siapa yang tidak terpana dengan kecantikan dan bakat bela diri seorang gadis berusia enam belas tahun?
Perasaan nostalgia melanda Luo Yan.
Xiao Ning merupakan salah satu dari Tujuh Pendekar Legendaris.
