NovelToon NovelToon
Kencan Buta Terakhir

Kencan Buta Terakhir

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Keluarga / Persahabatan / Romansa
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Puspa Indah

Park Eun-mi, seorang gadis Korea-Indonesia dari keluarga kaya harus menjalani banyak kencan buta karena keinginan keluarganya. Meski demikian tak satupun calon yang sesuai dengan keinginannya.

Rayyan, sahabat sekaligus partner kerjanya di sebuah bakery shop menyabotase kencan buta Eun-mi berikutnya agar menjadi yang terakhir tanpa sepengetahuan Eun-mi. Itu dia lakukan agar dia juga bisa segera menikah.

Bagaimana perjalanan kisah mereka? Apakah Rayyan berhasil membantu Eun-mi, atau ternyata ada rahasia di antara keduanya yang akhirnya membuat mereka terlibat konflik?

Yuk! Simak di novel ini, Kencan Buta Terakhir. Selamat membaca.. 🤓

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAGIAN 27

"Percobaan ketiga guys..", tiba-tiba dari pintu belakang muncul David dengan sebuah piring berisi potongan cake di tangannya. In-ho yang baru selesai membayar ikut menoleh padanya sebagaimana para karyawan yang ada di ruangan itu.

Ia lalu menyuapi seorang pelayan pria di situ yang dua detik kemudian langsung menunjukkan kedua jempolnya pada David. Kemudian tiga orang pelayan wanita juga memuji rasa kue itu setelah ia suapi. Wajah mereka menunjukkan betapa enaknya kue itu. Dan terakhir, David menuju Asna yang tempatnya sedikit lebih jauh dari yang lain.

In-ho yang sebenarnya sudah tak punya urusan lagi, seketika merasa perlu untuk tetap bertahan di sana. Apakah orang itu akan menyuapi Asna juga? Apa dia tidak tahu seperti apa perilaku Asna sebenarnya? Jangan-jangan dia karyawan baru sampai tak paham bagaimana seharusnya berinteraksi dengan Asna.

Benar saja, ternyata David memang berniat menyuapi Asna. In-ho tersenyum sinis melihatnya. Tapi sedetik kemudian, senyum itu lenyap tak berbekas dari wajahnya, berganti dengan tatapan nanar. Asna menerima suapan itu tanpa ragu, kemudian mengangguk-angguk sambil melihat ke arah David, meski ekspresinya tetap datar.

Sesaat kemudian, lelaki itu pun ikut menyuap sisa cake yang ada di piring, lalu mengangguk-angguk sambil balas menatap Asna. Hanya saja wajahnya dihiasi senyum puas atas keberhasilannya.

In-ho sungguh tak percaya dengan apa yang baru dilihatnya. Bisa-bisanya Asna bersedia disuapi oleh lelaki itu. Siapa dia? Mengapa interaksi mereka yang hanya berupa suapan, tatapan dan anggukan tanpa kata, sanggup membuat In-ho terbakar api cemburu?

"Oh, maaf. Apa anda ingin membayar?", tanya David saat melihat In-ho, mengira kalau dia sudah mengganggu urusan In-ho di kasir.

"Baiklah, kalau begitu aku ke dalam dulu. Di dapur masih ada sisanya. Nanti bisa kau bawa pulang", ucapnya pada Asna.

"Kalian juga kubagi", ucapnya pada karyawan lain sebelum beranjak menuju pintu belakang.

In-ho yang merasa kikuk, akhirnya hanya bisa membungkuk pada Asna. Dadanya terasa sesak sebab adegan yang baru saja disaksikannya.

"Terima kasih, sampai jumpa", hanya itu yang bisa dia ucapkan. Ia lalu menuntun Dae-ho keluar, yang berjalan seraya tersenyum dan melambai pada Asna.

"Ya Tuhan.. dia sungguh tampan. Puteranya juga sangat lucu dan menggemaskan. Isterinya sangat beruntung memiliki mereka", ucap salah seorang pelayan wanita dengan ekspresi gemas.

Asna hanya menghela nafas. Mereka tak tahu saja kalau lelaki itu adalah calon suami bos mereka. Dan anak itu bukan anak kandungnya. Ya, Eun-mi sudah menceritakan perihal Dae-ho pada Asna. Asna bersyukur, meski tak bisa bersama Rayyan, paling tidak Eun-mi mendapatkan calon suami yang baik seperti In-ho.

**********

Pukul 16.10, baru Eun-mi kembali ke toko. Para pekerja dapur sudah selesai dengan pekerjaan mereka dan tengah bersiap pulang. Sedangkan Wina sudah pulang sekitar satu jam lalu.

Ia menuju ruangannya. Bermaksud untuk meneruskan pekerjaannya yang belum rampung akibat celoteh Wina yang membuat fokusnya seketika menghilang.

"Eun-mi, coba cicipi", Rayyan muncul di ambang pintu lalu berjalan ke arahnya. Sebuah piring berisi potongan cake ia letakkan di hadapan Eun-mi lalu duduk.

"Resep baru kamu?", tanya Eun-mi sambil mengambil piring itu lalu menyandar di kursinya.

Rayyan menggeleng.

"David yang bikin. Dia jago bikin cake, bahkan yang terbaik di angkatanku. Sebelum ke sini, dia kerja di salah satu toko kue terbesar di Singapura. Sering melayani pemesanan kue ulang tahun dan pernikahan selebritis", ucap Rayyan.

"Serius? Lalu, kenapa dia malah mau kerja di sini?", Eun-mi penasaran.

Toko miliknya memang bukan toko kecil, tapi juga masih jauh dari kata besar dan terkenal. Apalagi sampai jadi langganan selebritis. Karena memang usianya yang masih dua tahunan.

"Kerjanya sistem kontrak, karena memang dia gak punya pengalaman kerja profesional sebelumnya. Dia diterima di situ karena rekomendasi dari salah seorang pengajar di akademi. Beberapa waktu yang lalu kontraknya habis. Sebenarnya sih pihak toko itu sangat berminat untuk memperpanjang. Tapi ketika aku coba-coba tawarin ke sini, eh, ternyata dia malah langsung oke", terang Rayyan.

"Bukannya malah aneh? Gaji di toko besar kayak gitu pasti juga tinggi kan? Apa gak rugi dia?", tanya Eun-mi.

"Mana peduli dia masalah begituan. Dia kerja karena hobi, bukan nyari makan. Warisan ortunya gak bakalan habis tujuh turunan. Memang enak benar hidup tuh orang", ucap Rayyan setengah mengumpat, seperti sedang membandingkan dengan kehidupannya sendiri.

Eun-mi hanya menatapnya.

"Ayo, cepet dicoba kuenya. Terus kasih review yang objektif", suruh Rayyan, melihat Eun-mi yang sedari tadi hanya memegang dan memandangi cake di tangannya.

Eun-mi perlahan memotong cake itu dengan garpu dan menyuapnya.

Eun-mi sedikit tersentak. Rayyan benar, cake ini sungguh enak. Eun-mi merasakan lidahnya dimanjakan oleh rasa dan aroma dari setiap bagian cake itu. Fix sudah, kue pancong kini mendapat saingan di hati Eun-mi.

"Ini benar-benar enak Ray. Kalau dia memang sejago ini, bisa-bisa tokoku nanti jadi tambah ramai", sahut Eun-mi antusias.

"Benar kan? Begini, aku ada ide. Gimana kalau kue pernikahan kamu dan In-ho nanti, David saja yang bikin. Biar para tamu juga bisa merasakan enaknya cake buatan David, sekalian promosi toko ini", Rayyan tak kalah antusias.

Eun-mi terdiam. Sebenarnya ia sangat setuju akan hal itu. Hanya saja saat mendengarnya dari Rayyan, hati Eun-mi membencinya. Seolah Rayyan sangat bersemangat untuk segera terlepas dari tangannya dan hinggap ke tangan calon isterinya.

"Ya, tentu. Kayaknya itu ide yang bagus, aku setuju", sahut Eun-mi tak lagi antusias tapi ditanggapi Rayyan dengan senyum puas.

"Oke, aku permisi dulu. Mau kasih tahu David kalau cakenya lulus sensor dan bisa segera tayang di etalase", Rayyan kemudian segera keluar dari situ dengan wajah riang.

Eun-mi hanya bisa menghela nafasnya.

1
Tutupet
baca sampai sini dulu
Puspa Indah: Makasih 😃
total 1 replies
Puspa Indah
Kritik sangat diharapkan. Sekeras dan setajam apapun dipersilahkan asal disertai penjelasan supaya bisa jadi pembelajaran demi perbaikan kualitas. Pisau kalau gak di asah sampai klenger mana bisa tajam, jadinya malah gak guna. Jadikan saya pisau, dan anda semua adalah batu asahannya. Thanks✌️😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!