Agistya dan Martin awalnya pasangan yang bahagia.
Namun, semuanya berubah saat Agistya hamil di luar rencana mereka.
Martin yang ambisius justru membencinya dan merasa hidup mereka berantakan.
Tak lama setelah anak mereka lahir, Martin menceraikannya, meninggalkan Agistya dalam kesendirian dan kesedihan sebagai ibu tunggal.
Dalam perjuangannya membesarkan sang buah hati, Agistya bertemu dengan seorang pria yang baik hati, yang membawa kembali kebahagiaan dan warna dalam hidupnya.
Apakah Agistya akan memaafkan masa lalunya dan membuka hati untuk cinta yang baru?
Bagaimana pria baik ini mengubah hidup Agistya dan buah hatinya?
Apakah Martin akan menyesali keputusannya dan mencoba kembali pada Agistya?
Akankah Agistya memilih kebahagiaannya yang baru atau memaafkan Martin demi keluarganya?
Semuanya terjawab di setiap bab novel yang aku update, stay tuned terus ya!✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fareed Feeza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nasib rumah tangga
Martin selalu menceritakan masalah keluarganya pada Listy, pria itu selalu mengajak Listy makan di luar kantor dan tak pernah absen mentraktirnya setiap hari, untuk apa lagi kalau bukan untuk menggaet hati wanita itu.
Sedangkan Listy selalu memancing dan mengompori Leo dengan komentar-komentarnya.
"Harusnya menikah itu harus satu visi misi ya pak Martin, kan kasian bapak sebagai kepala keluarga jadi pusing kalau begini caranya."
"Makanya itu saya kesal banget liat wajah istri saya di rumah, ga ada rasa-rasanya sayang dan cinta kayak dulu lagi, dia keras kepala banget."
"Menurut saya, walaupun kandungannya sejak awal di gugurkan gak ada masalah kok, kecuali jika kehamilannya sudah besar seperti sekarang, tinggal makan nanas muda sama jamu aja setiap hari, lama-lama si bakal janin nya gagal tumbuh." Kata Listy berbicara omong kosong, padahal dia belum sama sekali mengalami hal itu, dia hanya mendengar selentingan cerita dari teman dan dari internet.
"Kenapa istri saya tidak sepintar kamu ya Listy? Kenapa malah kamu yang seperti satu kepala dengan saya?" Ucap Martin membuat Listy tersipu malu.
"Ah bapak bisa aja, yuk lanjut makan ... Nanti istri bapak di rumah bersin-bersin karena kita omongin terus."
Martin lanjut menyuap makanannya, sambil sesekali memandang wajah Listy, dan Listy menyadari itu hanya tersenyum malu sambil sesekali mengigit bibir bawahnya agar Martin tergoda dengannya.
***
Bulan demi bulan berlalu, Tya sudah kebal dengan semua perlakuan mertua, adik ipar dan juga suaminya sendiri.
Tya percaya bahwa anaknya kelak akan jadi pelindung garda terdepan untuknya.
Sore itu, Martin menenteng satu box makaroni panggang ... Makanan kesukaan Komala sedari kecil.
"Waaaah kakak! Aku suka banget makaroni panggang, kita dulu selalu beli ini kalau lagi jalan-jalan ke puncak Bogor." Ucap Komala kegirangan kala Martin meletakaj box itu di atas meja makan.
Tya berjalan perlahan, aroma keju lumayan menusuk hidungnya.
"Boleh di buka sayang?" Kata Tya pada Martin yang duduk dengan tangan yang memegang segelas air.
"Bilang Komala dulu lah, itu hadiah dari temen aku buat dia." Ucap Martin ketus.
Komala yang sedang mengambil piring dan juga pisau langsung tersenyum sumringah, "Waaah seneng deh, Mala udah punya fans di kantornya Kakak. Ganteng gak kak?"
"Ganteng? Temen kakak ini cewe loh, masa ganteng."
Seketika hening, mertuanya dan juga Komala langsung melihat ke arah Tya, tentunya mereka ingin melihat bagaimana ekspresi Tya saat ini saat Martin bilang temannya adalah wanita.
Tya berusaha bersikap normal, dia tahu jika wajahnya berubah sedih para penghuni rumah itu akan bahagia melihatnya.
"Jangan terlalu dekat dengan lawan jenis sayang, inget ada istri sama calon anak kamu di perutku."
"Aduhhhh ... Mulai deh, pembahasan membosankan, udah ah mending ke kamar, terus mandi." Kata Martin yang langsung berjalan meninggalkan penghuni rumah lainnya.
Yunita menatap sinis, dan mengambil alih box makaroni yang berada di dekat Tya.
"Mengacaukan saja bisanya." celetuk Yunita pada Tya saat Martin masuk ke dalam kamar.
***
Tya cek up ke dokter kandungan terakhir sebelum hari perkiraan lahirnya.
"Dari awal hamil, suami ibu tidak pernah datang, apa tugasnya di luar negeri Bu? Apa tidak ada anggota keluarga lain yang menemani? Saya khawatir jika terjadi apa-apa pada Bu Tya." Kata dokter yang memeriksanya.
"Ada kok dok, cuma semuanya sibuk dan saya gak masalah kok dengan semua ini, mereka semua baik kok ingin mengantar saya cek up, cuma saya nya aja yang menolak. Karena tidak mau menganggu aktivitas mereka.
Dokter kemudian lanjut memeriksa perut Tua dengan alat USG, untuk melihat posisi janin.
"Posisinya sudah bagus, tinggal tunggu harinya aja ya Bu, banyak-banyak olahraga, makanan yang bergizi dan hindari stress, kalau ada hal yang mencemaskan ibu bisa langsung hubungi saya dari ponsel."
"I-iya dok, terimakasih buat semua kebaikannya." Kata Tya dengan suara haru.
.
.
Taxi sudah berhenti di depan rumah Martin, dengan langkah hati-hati Tya turun di bantu oleh supir yang khawatir Tya jatuh karena kehamilannya yang sudah besar.
Di pekarangan terlihat satu buah motor asing terparkir, Tya berfikir mungkin itu teman dari mertua laki-laki nya, karena selama menikah Martin tidak pernah mengajak temannya datang ke rumah.
Saat Tya masuk ke dalam rumah, pemandangannya di suguhkan oleh Komala dan juga ibu mertuanya sedang mengobrol dengan seorang wanita yang hampir sebaya dengan Tya.
Wanita itu tersenyum ramah menyambut kedatangan Tya, kecuali Yunita dan Komala yang masih dengan posisi duduknya.
Listy menghampiri Tya dan mengajaknya bersalaman, dengan senyum ramah Tya pun menyambutnya.
"Tya ya? Istrinya pak Martin?"
"I-iya, aku Tya. Kamu kenal sama Martin?"
"Iya Tya, perkenalkan aku Listy teman kantornya pak Martin, maaf sudah lancang main kesini ... Aku hanya ingin mengobrol dengan Komala, karena kami sama-sama suka KPop. Gak masalah kan kalau aku kesini?"
"T-tidak masalah, baiklah kalau begitu, aku masuk ke kamar dulu." Ucap Tya yang langsung berjalan meninggalkan ketiganya.
.
.
Tya menutup pintu kamar sambil menghela nafasnya, entah kenapa saat bersalaman dengan Listy Tya merasa ada yang aneh dari wanita itu, tapi entah itu apa.
Martin keluar dari kamar mandi sambil menggosokan handuk ke rambutnya yang basah.
"Maksud kamu apa Martin bawa teman kantor kesini? Gak etos rasanya seorang pria beristri membawa teman wanitanya ke rumah, apapun alasannya."
Martin terkekeh.
"Kenapa? Merasa tersaingi? Atau takut suaminya berpaling? Makanya jadi istri itu yang nurut, biar suami betah sama istrinya."
"Aku udah nurutin semua yang kamu mau, terkecuali untuk mengugurkan anak ini, aku tidak bisa ... itu sama saja dengan pembunuhan Martin."
"Ya ... Berarti kamu harus siap dengan semua konsekuensinya, minggir sana ... Aku mau ke depan nemenin ibu sama Mala." Ucap Martin menggeser tubuh Tya dan pergi keluar kamar.
Tya langsung terasa lemas seketika, untuk kelakuan Martin yang satu ini, dia bisa menerim semua perlakuan tidak baik suaminya, tapi tidak dengan orang ketiga.
.
.
Malam harinya.
Tya gelisah, matanya benar-benar tidak bisa terpejam, saat ini dia terus memikirkan nasib rumah tangganya, akibat kedatangan Listy hari ini.
Gimana nanti kalau misalkan Martin lebih nyaman bersama Listy, apakah aku masih bisa bertahan seperti sekarang?
Tya membangunkan Martin pelan, ingin memastikan bahwa perkiraannya itu salah.
"Sayaaang ... Sayang." Panggil Tya dengan suara lembutnya.
Martin menyipitkan matanya lalu melihat jam dinding menunjukkan pukul 2 dini hari. "Ada apa?" Tanya nya dengan suara serak.
"Sayang, yakinkan aku kalau kamu akan selalu setia dalam pernikahan ini, aku gelisah karena takut kamu dekat dengan teman wanitamu itu."
"Apaan sih, gak jelas banget pertanyaannya malam-malam begini." Ucap Martin yang langsung menutup diri dengan selimutnya.
puasssss banget tuhhhh si Martin 😡😡😡
thank you Thor 😘😍🤗
semangat lanjut terus yaaa 💪💪😘🤩🤗🤗