Cerita ini mengisahkan tentang diri seorang pendekar muda bernama Lin Tian. Seorang pendekar pengawal pribadi Nona muda keluarga Zhang yang sangat setia.
Kisah ini bermula dari hancurnya keluarga Zhang yang disebabkan oleh serbuan para pendekar hitam. Saat itu, Lin Tian yang masih berumur sembilan tahun hanya mampu melarikan diri bersama Nona mudanya.
Akan tetapi sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepada pemuda itu. Lin Tian terpaksa harus berpisah dengan sang Nona muda demi menyelamatkan nyawa gadis tersebut.
Dari sinilah petualangan Lin Tian dimulai. Petualangan untuk mencari sang Nona muda sekaligus bertemu dengan orang-orang baru yang sebagian akan menjadi sekutu dan sebagian menjadi musuh.
Kisah seorang pengawal keluarga Zhang untuk mengangkat kembali kehormatan keluarga yang telah jatuh.
Inilah Lin Tian, seorang sakti kelahiran daerah Utara yang kelak akan menggegerkan dunia persil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adidan Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Berkunjung
"Baiklah tuan-tuan sekalian, terima kasih atas kunjungannya dan hati-hatilah dijalan." kata Hu Kai mengiringi kepergian para tamunya.
Hari sudah sangat larut dan pesta sudah selesai. Saat ini satu-persatu para tamu meninggalkan ruang pesta itu.
Sedangkan untuk pria dempal di pojok ruangan itu, ternyata dia masih belum selesai dengan kegiatannya.
Terlihat di kanan kirinya dua orang gadis yang terbaring lemas tanpa busana kelelahan. Dua orang gadis itu agaknya telah tertidur lelap setelah "bermain" dengan pria dempal tersebut.
Hu Tao yang sudah mual melihat kebiadapan mereka, langsung saja bangkit dari duduknya dan pergi dari sana.
Tak ada yang menghentikan langkah pemuda ini. Ayah dan ibu tirinya itu malah memulai aksinya sama halnya seperti si pria dempal.
Saudara kembar ibu tirinya itu juga tak mau ketinggalan. Wanita ini menanggalkan pakaiannya dan ikut "bermain" pula bersama Hu Kai dan saudaranya.
Sungguh manusia-manusia kotor tak bermoral.
Hu Tao meninggalkan tempat itu dengan langkah cepat dan kasar. Berbeda seperti biasanya, yang ketika dia berjalan langkah kakinya sangat halus dan tenang.
Dia ingin kembali ke kamarnya untuk istirahat. Pemuda itu sudah muak tinggal di sana, ingin rasanya dia pergi meninggalkan keluarganya yang sudah diisi dengan orang-orang berwatak seperti binatang itu.
Akan tetapi jika ia lakukan hal itu, sama saja dengan membiarkan keluarganya jatuh kedalam jurang kesesatan. Dirinya sebagai Tuan muda yang setia, tentu saja menolak keras hal itu.
Karena itulah, setiap hari dia selalu memikirkan cara bagaimana agar keluarganya ini kembali seperti dulu. Sebuah keluarga kuat yang dihormati semua orang, sebuah keluarga pelindung kekaisaran yang terhormat dan mulia. Dia ingin mewujudkan itu semua.
Akan tetapi setiap hari pula dia merasa putus asa dan kecewa. Melihat keadaan ayahnya yang sudah rusak total seperti itu, pupus sudah semua harapan dan angan-angan pemuda albino ini.
Ketika tiba di kamarnya, Hu Tao langsung merebahkan tubuhnya di kasur dan mencoba untuk tidur. Akan tetapi hingga satu jam lamanya pemuda itu sama sekali belum terlelap.
Dia hanya meramkan mata akan tetapi sama sekali belum tidur dan masih terjaga. Pikirannya tak tenang setelah menghadiri pesta malam ini.
Dia akan diangkat menjadi pemimpin keluarga Xiao? Tentu saja ini mimpi buruk!!
Dia dapat menduga jika seandainya dia diangkat menjadi pemimpin baru, sebagian dari anggota keluarga Xiao dapat dipastikan akan membenci dan mendendam padanya.
Inilah yang paling di hindari oleh Hu Tao. Pemuda itu sebenarnya ingin membangun kembali kehormatan dan membersihkan nama keluarganya. Akan tetapi jika hal itu terjadi, jelas keluarga Xiao akan memusuhi keluarga Hu.
Hu Tao hanya berbaring sambil memikirkan nasibnya kedepan. Ingin rasanya pemuda itu menumpahkan semua isi hatinya kepada seseorang. Ingin rasanya agar ada seseorang yang bisa memahaminya dan membantunya.
Awalnya dia memang berpikir untuk mengatasi semua ini sendirian. Akan tetapi saat ini dia sadar bahwa dirinya sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa. Baru terbukalah matanya bahwa selama ini dia sudah berlaku sangat naif.
Berpikir sampai sini, Hu Tao tertawa dalam hati. Dia menertawai kebodohannya sendiri yang berlagak seolah-olah mampu mengatasi semua ini sendirian. Akan tetapi hasilnya? Tak ada yang berubah sama sekali!!
"Haha...dasar orang tolol!!" gumamnya perlahan mengumpat diri sendiri dengan tersenyum pahit.
Tanpa sadar setelah tiga puluh menit berlalu, Hu Tao yang terlalu lelah berpikir dan meratapi nasipnya akhirnya mampu tertidur lelap.
...****************...
Pagi hari di kaki bukit belakang kediaman keluarga Hu. Terlihat Hu Tao sedang duduk-duduk di pinggir anak sungai.
Dia memandang kearah puncak dari bukit itu yang diatasnya berdiri kokoh sebuah kuil megah bercat merah.
Dia memandang ke sana dengan kening berkerut. Jelas wajahnya itu menampakkan ekspresi kekecewaan.
Memang di sana berdiri sebuah kuil megah yang menjadi markas perguruan Tapak Sakti. Akan tetapi semua berubah setelah tiga bulan lalu ketika ayahnya diangkat menjadi pemimpin keluarga.
Waktu itu, Hu Kai mencoba bernegosiasi dengan pemimpin perguruan Tapak Sakti untuk meminta bantuan mereka agar menolong keluarga Hu menguasai keluarga Xiao.
Tentu saja mereka menolak dengan tegas permintaan itu.
Tetapi Hu Kai belum menyerah, keesokan harinya dia kembali ke sana dan mengajukan permintaan yang sama. Namun seperti hari kemarin, perguruan Tapak Sakti menolak permintaan itu.
Hingga satu minggu ayahnya berusaha menyakinkan pemimpin perguruan itu akan tetapi hasilnya sama saja, mereka masih menolak.
Akhirnya, Hu Kai yang hilang kesabaran, memerintahkan para pendekar keluarga Hu dan dibantu pendekar Aliansi Golongan Hitam untuk menyerbu kuil itu.
Terjadi peperangan hebat di atas bukit itu, dan keluarga Hu lah yang menjadi pihak pemenang. Untuk murid-murid perguruan Tapak Sakti yang tersisa memilih pergi melarikan diri dari sana.
Sungguh kejam Hu Kai itu. Setelah kedatangan Si Cantik Setan Kembar, pikirannya menjadi rusak begitupun dengan sifatnya.
Karena itulah, Hu Tao sangat berhati-hati dengan yang namanya perempuan. Melihat perubahan drastis dalam diri ayahnya itu, Hu Tao berjanji kepada diri sendiri bahwasannya seumur hidup dia takkan pernah main-main dengan perempuan. Dia juga akan lebih berhati-hati ketika memilih seorang istri nantinya.
Tiba-tiba dari belakang, Hu Tao merasakan sebuah angin pukulan dahsyat yang menyambar kearahnya.
Angin pukulan itu terasa sangat dingin. Hu Tao yang juga memiliki kepandaian silat, dengan refleks membuang tubuhnya kesamping.
"Braakkk!!!"
Terdengar suara keras ketika batu tempatnya duduk tadi telah hancur berkeping-keping terkena sambaran angin tersebut.
Wajah Hu Tao menegang seketika. Sedetik kemudian ia tolehkan kepalanya kearah datangnya serangan. Tak ada siapapun di sana.
Sebelum hilang rasa terkejut pemuda itu, dari belakangnya ia merasakan sebuah ancaman yang bukan main dahsyatnya. Kembali menyambar angin serangan yang terasa sangat dingin dan mengancam.
Spontan Hu Tao merendahkan tubuh dan bergulingan ke samping untuk menghindari serangan tersebut. Setelah berdiri, dia melihat penyerangnya adalah seorang pendekar dengan jubah putih dan memakai topeng.
Penyerang itu ternyata tidak ingin memberi nafas pada Hu Tao, dia lalu nelompat dan kembali mengirim sebuah pukulan kearah pemuda albino itu.
"Deesss...."
Kedua kepalan tangan bertemu dan menimbulkan deru angin kencang. Hu Tao terkejut ketika menyadari tangannya yang beradu kepalan itu terasa amat dingin sampai membuatnya mati rasa.
"Apa-apaan ini ?" Batin Tuan muda itu terkejut.
Si penyerang lalu melanjutkan serangan kedua dengan cara mengirim tendangan kearah leher Hu Tao.
Pemuda itu tentu tak ingin menjadi sasaran empuk. Ia lalu merendahkan tubuh untuk menghindar dan menyelonjorkan kaki kirinya menendang kaki tumpuan penyerang itu.
Sang penyerang langsung melompat dan balik menyerang dan cara menendangkan kaki kirinya kearah wajah Hu Tao.
Hu Tao terkejut dan kembali pemuda itu harus membuang dirinya kebelakang untuk menghindari serangan.
"Siapa kau? Beraninya kau mengacau di kediaman keluarga Hu!!!??" bentak Hu Tao setelah bangkit berdiri.
"Jadi kau tuan muda keluarga Hu? Yang akan menggantikan posisi pemimpin keluarga Xiao itu? Hmph...kemampuan belum seberapa tapi sudah berani sombong hendak merusuh di rumah orang!! Sungguh tak tahu malu!!" umpat penyerang itu sarkas.
"Kau...!!" geram Hu Tao.
"Coba tahan seranganku!!" kata si penyerang sembari mengayunkan tangan kanannya mengirim angin pukulan kearah Hu Tao.
Hu Tao terkejut, pasalnya angin pukulan kali ini terasa lebih dingin dari sebelumnya. Pemuda itu merasa jika serangan ini jauh lebih berbahaya dan mematikan.
Tak ada pilihan lain, karena angin itu datang sangat cepat, tak ada kesempatan bagi Hu Tao untuk menghindar. Mau tak mau dia harus menahan serangan itu!
Pemuda ini menyilangkan tangan ke depan dada kemudian mengalirkan tenaga dalamnya ke seluruh tubuh agar cedera yang dialami nantinya tidak terlalu parah.
"Deessshh...."
Hu Tao terpental sejauh beberapa meter setelah menerima serangan itu. Tubuhnya berhenti ketika punggungnya menabrak sebuah batang pohon besar yang keras.
"Aarrghh...!!" teriak Hu Tao kesakitan.
Kemudian, terdengar langkah kaki penyerang itu mendekatinya perlahan-lahan. Hu Tao tak mampu untuk bangkit dikarenakan rasa sakit di punggungnya, sehingga pemuda itu hanya diam dan pasrah.
Setelah tiba dihadapannya, terdengar penyerang itu berkata.
"Untuk memperbaiki keluarga saja kau tak mampu dan kau hendak menjadi pemimpin keluarga lain? Kuulangi lagi, dasar tak tahu malu!!" kembali pendekar bertopeng itu mencela.
"Huh?" Hu Tao menampakkan ekspresi terkejut mendengar pernyataan itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
BERSAMBUNG