NovelToon NovelToon
Kehidupan Ke Dua

Kehidupan Ke Dua

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Reinkarnasi / Akademi Sihir / Dunia Lain
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: NAYTHAN

— Lanna Xevellyn, gadis berusia 17 tahun itu harus mengalami kecelakaan maut yang membuat nyawanya melayang ketika menolong seorang anak kecil di jalanan.

Tetapi apakah memang Lanna benar-benar sudah tewas atau ternyata gadis itu masih hidup? Atau bagaimana tentang dirinya yang ternyata menjalani kehidupan keduanya untuk menggantikan peran orang lain yang sudah mati?

Ya, itulah yang di rasakan oleh Lanna. Gadis itu terbangun di dalam tubuh milik orang lain di semesta lain. Di mulai dari tubuh barunya itu, Lanna menjalani babak baru kehidupan keduanya dengan alur kehidupan berbeda yang tidak pernah terpikirkan sekalipun olehnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NAYTHAN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 05 :

Lanna masih tidak mengerti. Isi kepalanya belum bisa mencerna jawaban yang di lontarkan Xavier padanya. Memejamkan mata Lanna merasakan pelipisnya terasa berdenyut.

Xavier berjalan ke belakang sofa, menarik satu kursi kayu jati membawanya ke dekat kursi goyang. "Anak kecil yang kau tolong itu adalah aku," setelah itu Xavier mendaratkan bokongnya di atas kursi.

Jawaban yang tadi saja belum sempat Lanna mencerna semuanya dengan baik. Apalagi ini? Malah semakin bertambah dan membuat isi kepalanya makin rumit. Lanna merasa bingung saking bingungnya dia sampai tidak bisa membalas perkataan Xavier.

Sementara Xavier, lelaki itu tengah menatap Lanna. Bibirnya menyunggingkan senyuman kecil ketika Lanna di landa kebingungan. kedua alis gadis itu juga menukik tajam nampak seperti berpikir keras.

"Merasa bingung?" Tanya Xavier dan Lanna mengangguk dengan polosnya.

"He'em," jawab Lanna.

"Kenapa aku tahu dirimu? Aku sudah menandaimu cukup lama. Mungkin sudah sekitar beberapa bulan belakangan ini dan rasa sakit yang menjalar dari leher ke kepalamu serta tanda di lehermu yang samar-samar ada perlahan, itu semua adalah ulahku. Itu tanda lahir milik Serena Lyra. Tentang tanda itu agar jejakmu tidak hilang sekaligus aku akan selalu terhubung denganmu. Karena pada akhirnya memang tanda itu tetap akan ada di tubuh yang kau tempati sekarang,"

Alis Lanna menukik tajam, matanya melotot menatap ke ke arah Xavier marah. Sekarang dia paham alasan kenapa beberapa bulan belakangan ini rasa sakit aneh itu selalu menyerangnya. Ingin rasanya Lanna tidak ingin memaafkan serta memaklumi satu manusia di hadapannya ini tetapi mau marah pun juga sepertinya sudah terlanjur semuanya terjadi begitu saja. Dan ternyata Xavier ini cuma berlagak akting seolah-olah dia juga tidak tahu apa-apa termasuk dirinya, saat perkenalan awal mula tadi Lanna terbangun.

"Jangan berhenti, lanjutkan ceritanya agar aku mengerti dan paham walaupun tidak seluruhnya," suruh Lanna.

"Baiklah," sahut Xavier.

Xavier sendiri ialah siswa dari SMA Celestial sudah tingkat akhir dengan elemen pengendali api sebagai inti sihirnya. Xavier sendiri juga juga memiliki kemampuan lainnya yang di sebut penyeimbang inti sihir, seperti dia dapat berbicara dengan semua jenis hewan termasuk memanggilnya melalui siulan dan tergantung pemikirannya menginginkan hewan apa, kemampuan dapat membalikan serangan musuh serta teleportasi³. Kemudian satu hari Xavier di beri tugas oleh gurunya untuk menjalankan sebuah misi ke kota lain yang awalnya ramai dan damai kini berubah total seperti kota mati tidak memiliki kehidupan sama sekali. Dia di pasangkan dengan teman satu kelasnya, Serena Lyra. Siswi yang memiliki elemen pengendali es sebagai inti sihirnya. Gadis yang menyebalkan bagi Xavier, gadis yang selalu bersikap sombong kepada murid lainnya karena merasa selalu unggul dalam menjalankan misi tanpa gagal sekalipun. Serena juga memiliki penyeimbang inti sihir sama seperti Xavier. Penyembuhan, dari kemampuan itu Serena juga mudah menyembuhkan dirinya sendiri yang terluka namun masih memiliki batasannya. Jika lukanya amat sangat fatal maka teknik penyembuhan tidak bisa di lakukan dan sang pemilik teknik tersebut juga bisa melakukan penyembuhan kepada manusia lainnya serta telekinesis⁴.

Sebelum menjalankan misi, guru menitip pesan pada Xavier untuk pulang dalam keadaan mereka berdua selamat dan masih hidup, guru juga mempercayakan Serena padanya. Gadis sombong itu bisa saja lengah dan sesuatu hal yang terjadi akan menimpa keselamatan nyawanya.

Misi pun berjalan dengan baik di awal tetapi saat di pertengahan misi semuanya mulai kacau. Takdir berkata lain, yang dikhawatirkan oleh guru mereka ternyata memang benar terjadi. Serena lengah, dia terlalu menyombongkan diri di tengah-tengah misi. Gadis itu terluka parah terutama di bagian jantungnya yang tercabik serta mengalami pendarahan hebat sehingga tidak dapat menyembuhkan dirinya dan akhirnya Serena tewas di tengah misi. Xavier memilih untuk mundur dari misi yang sedang di jalankan, dia memutuskan untuk tidak melanjutkannya sementara waktu.

Xavier membawa tubuh Serena ke tempat yang aman dengan area dada gadis tersebut sudah di balutnya menggunakan kain putih, dia tidak ingin tubuh gadis sombong ini di lahap oleh snomster yang sangat kelaparan. Kemudian menghubungi gurunya dan menjelaskan apa yang sudah terjadi termasuk tewasnya Serena melalui telepati⁵. Setelah menghubungi gurunya dan di beri arahan, Xavier membawa tubuh Serena ke sebuah pondok di kota lain yang aman. Pondok kecil itu milik gurunya, tempat untuk rehat sejenak.

"Jadi kenapa tiba-tiba jiwaku sudah berada di tubuh milik seorang Serena ini?" Tanya Lanna sembari memandangi tubuh barunya.

Adalah perasaan Xavier yang memiliki perasaan bersalah yang begitu kuat. Xavier tahu Serena begitu di sayang oleh kedua orang tuanya dan satu lagi, guru yang menitipkan Serena padanya. Kedua hal tersebut menjadikan sebuah beban berat bagi pikirannya, perasaan bersalah selalu menghantuinya. Xavier tidak tega ketika melihat orang tua Serena mendengar kabar kematian anaknya nanti. Serena, anak semata wayangnya mereka.

Setelah berhasil membawa tubuh Serena ke pondok yang aman, guru datang melalui teleportasi. Di sana, Xavier meminta sebuah permintaan yang tidak biasa pada gurunya sendiri. Yaitu, menggantikan jiwa baru ini untuk mendiami tubuh Serena serta menjelaskan mengapa alasannya. Awalnya guru tidak menyetujuinya tetapi pada akhirnya guru menyetujui permintaan anak muridnya itu. Xavier meminta kepada gurunya untuk tidak memberi tahukan tentang apa yang terjadi pada Serena kepada orang tua gadis itu, bahwasanya anak mereka sudah tiada. Gurunya itu menyetujui permintaannya sebab karena alasan yang di berikan Xavier juga tidak buruk dan ada satu hal lainnya yaitu karena itu adalah permintaan dari seorang Xavier Walters.

Entah apa yang di lakukan oleh gurunya tetapi Xavier di minta keluar dari ruangan kamar di pondok tersebut sementara, menunggu di luar dalam beberapa saat. Dan ketika semuanya sudah, Xavier melihat di sekeliling tubuh Serena yang sudah di baringkannya di atas ranjang tempat tidur itu, di sinari cahaya kuning yang terlihat hangat. Guru berkata padanya : Cahaya di sekelilingnya itu dapat melindungi tubuh Serena dari apapun serta menjaganya agar tubuhnya tidak membusuk. Jangan menyentuhnya sebelum kau berhasil memilih satu jiwa untuk kau bangunkan di dalam tubuhnya. Karena kalau kau menyentuhnya, tubuh Serena bisa lenyap dalam sekejap. Jantung Serena akan pulih kembali jika jiwa yang kau bawa sudah mendiami tubuh Serena.

Dan Xavier menuruti perkataan gurunya. Maka dari itu Xavier pergi ke semesta lain untuk mencari salah satu jiwa yang akan dia culik.

Kebetulan yang pas Xavier menemukan Lanna dan langsung merasa cocok. Saat itu Xavier tidak memikirkan bagaimana kepribadian Lanna, selama memantau gadis itu Xavier pikir Lanna gadis yang baik walaupun hidupnya cukup menyedihkan, berkebalikan dari sifat Serena. Tidak penting, yang paling penting bagaimana dirinya membawa Serena pulang dalam keadaan masih hidup itulah intinya. Selama itu Xavier terkadang bolak-balik menggunakan teleportasi dari tempat asalnya planet lumi kemudian pergi ke planet bumi hanya untuk memantau Lanna. Terkadang jika Xavier tidak pergi ke bumi, dia akan menggunakan penglihatannya melalui mata burung hantu yang di temuinya di bumi untuk matahari terbenam, burung gereja untuk matahari terbit dan tanda lahir milik Serena pada tubuh Lanna walaupun tidak sempurna dari kejauhan.

Setelah semuanya di rasa Xavier cukup, Xavier langsung melancarkan aksinya. Dia kembali ke bumi dan menyamar sebagai anak kecil yang meminta tolong dengan sengaja, penyamaran yang di lakukannya itu terhubung dengan gurunya serta di kontrol oleh gurunya sendiri karena Xavier tidak memiliki penyeimbang sihir tentang penyamaran. Mobil yang menabrak Xavier pun juga ulahnya. Dan ketika mobil itu sudah menabraknya, tubuh Lanna terlempar jauh ke tanah aspal. Xavier segera menteleportasi menjauh tempat kejadian, berubah ke wujud semula. Begitupula dengan gurunya menggunakan kemampuan teleportasinya untuk datang ke bumi.

Namun entah apa yang di lakukan oleh gurunya ketika baru saja datang ke hadapan tubuh Lanna yang tergeletak. yang jelas dari kejauhan gurunya yang memiliki kemampuan tidak bisa terlihat itu memejamkan matanya sembari mengarahkan kedua tangannya ke depan tubuh Lanna. Sebuah gelombang putih di sertai hijau itu keluar melalui telapak tangan gurunya, menyelimuti tubuh Lanna perlahan-lahan. Setelah itu Xavier tidak tahu apa yang terjadi sebab cahaya putih di sertai hijau itu juga menyelimuti mereka berdua membentuk seperti sebuah bola besar. Xavier pun kembali ke tempat asalnya menggunakan teleportasi.

"Seperti saat ini, kau akhirnya terbangun di dalam tubuh seorang Serena Lyra," Xavier mengakhiri ceritanya.

Lanna menatap kedua telapak tangannya. Teringat dengan tubuh aslinya dulu. "Lantas bagaimana dengan tubuh asliku?"

"Sudah di makamkan di tempat tinggalmu dulu," jawab Xavier.

"Apa aku bisa kembali ke tubuh asliku?" Tanya Lanna, dia hanya untuk iseng-iseng belaka menanyakannya.

Xavier menggeleng pelan. "Tidak. Jiwamu sudah di kunci di dalam tubuh itu dan kau akan menjalani kehidupan keduamu dengan tubuh barumu,"

"Sebagai Serena Lyra?"

"Ya,"

Lanna pun akhirnya terdiam untuk beberapa saat. Kini pikirannya mulai bisa mencerna apa yang di ceritakan Xavier. Awalnya Lanna sangat tidak mempercayainya sebab terdengar seperti sebuah dongeng anak kecil. Tetapi Lanna mencoba melihat lagi pada dirinya sendiri serta apa yang sudah terjadi padanya, Lanna resapi cerita itu dan Lanna paham ini semua bukan hanya sebuah dongeng belaka. Sekali lagi Lanna memukul-mukul pipinya pelan untuk memastikan bahwa semua ini bukanlah sekedar mimpi. Gadis itu kini mengalihkan pandangannya menatap Xavier yang mulai fokus membaca. Xavier, lelaki itu bukan berasal dari tempat tinggalnya bukan dari alam semestanya melainkan dari semesta lain. Dan planet sekarang yang menjadi tempat tinggal barunya ialah planet lumi. Lanna baru mendengarnya selama hidup.

"Apa planet tempat tinggalmu ini mirip seperti bumi?" Tanya Lanna. "Dan kau juga manusia sama sepertiku, kan?"

"Iya," jawab Xavier tanpa menatap Lanna. Walaupun sebenarnya dia merasa agak geli di dalam hatinya dengan pertanyaan tentang manusia padanya. "Dan aku sama sepertimu,"

"Lalu kita ini apa?"

"Apanya?"

Lanna diam sesaat mengerjapkan matanya beberapa kali ke arah Xavier. Pertanyaannya itu memang lebih pantas mengarah pada mempertanyakan sebuah status dalam hubungan yang lain. Tapi bukan seperti itu yang di maksud Lanna pada Xavier di sini.

"Maksudku tentang sihir-sihir itu, lho, dan apa yang kita lakukan ini termasuk ke dalam sebuah pekerjaan juga di sini?" Lanna meraih gelas cangkir cokelat panasnya yang tidak sepanas tadi kemudian menenggaknya untuk sekali tegukan.

"Kita adalah penyihir dan tidak semuanya terlahir seperti kita. Tidak semuanya terlahir memiliki kemampuan yang kita miliki sekarang. Contohnya kau, kau bisa mengendalikan es, Kau pengendali es. Tetapi orang tuamu tidak sepertimu. Memang begitu, terkadang ada yang memang keturunan dari keluarganya dan ada juga yang bawaan alami sendiri saat sudah lahir," jelas Xavier.

"Wah! Aku bisa mengendalikan es? Aku punya kekuatan? Wah, keren!" Seru Lanna merasa takjub. "Sekarang pekerjaanku adalah seorang penyihir!"

"Sebagai penyihir muda," timpal Xavier.

"Ah, ya, benar. Lalu makhluk yang tadi itu apa? Maksudku yang bentuknya menyeramkan yang kau kalahkan itu?"

Xavier melirik Lanna sekilas sambil membalikkan lembar halaman buku selanjutnya, mendengar pertanyaan dari gadis itu yang masih berkelanjutan.

"Snomster," jawab Xavier.

"Snomster? Apa itu?" Tanya Lanna, lagi.

Banyak bicara serta meladeni orang dengan bicaranya yang banyak melebihi kapasitasnya dengan pertanyaannya yang bertubi-tubi bukanlah seorang Xavier. Sebenarnya Xavier merasa sudah cukup lelah karena belakangan ini dirinya bekerja keras terlalu keras. Xavier butuh istirahat. Dengan sabar lelaki itu berusaha meladeni pertanyaan Lanna kembali.

"Iblis terkutuk yang bergentayangan. Mereka itu menyerang manusia, bisa juga mencelakakan manusia itu sendiri bahkan tidak segan untuk melahap manusia. Kita ini berdampingan dengan mereka, Hal-hal gaib,"

"Tapi mereka darimana asalnya?"

"Mereka memang sudah seharusnya seperti itu. Aku tidak bisa menceritakannya terlalu banyak nanti kau juga akan tahu dengan sendirinya. Hanya kita yang bisa melihat mereka, manusia biasa lainnya yang bukan penyihir tidak bisa,"

"Aku tahu, indigo?" Sahut Lanna. Fakta lainnya bahwa dirinya bisa melihat makhluk itu karena mata Serena.

"Ya, tapi mereka akan menampakkannya kepada manusia biasa lainnya ketika memang ingin mengincar dan mengganggu,"

Xavier menutup buku yang berjilid tebal itu bangkit dari duduknya, berjalan mendekati Lanna yang tengah mengangguk-anggukkan kepalanya merasa paham dengan apa yang telah di sampaikannya walaupun tidak begitu detail. Xavier merasa bersyukur dengan itu karena pemahaman gadis itu termasuk cepat.

"Tapi tadi kau bilang Serena memiliki orang tua? Apa mereka berdua masih hidup?"

Mendengar pertanyaan Lanna mengenai kedua orang tua Serena, Xavier paham akan sesuatu. Sebab gadis di hadapannya itu adalah seorang yatim piatu sama sepertinya. Xavier setengah berjongkok di hadapan Lanna dan menatap wajah gadis itu agak lama. Ya, gadis di hadapannya itu bukan lagi benar-benar Serena yang menempatinya melainkan jiwa Lanna yang akan memulai kehidupan baru dengan tubuh itu. Xavier merasa ada warna baru serta aura yang berbeda dari tubuh Serena. Dan dia mengerti, itu karena memang jiwanya Lanna.

"Kedua orangtuanya masih lengkap dan mereka masih hidup hingga saat ini. Mereka sangat menyayangi Serena. Kau tidak perlu khawatir sekarang kau memiliki orang tua dan mereka akan menyayangimu, kau akan senang. Besok kita akan pulang, aku akan mengantarmu untuk menemui orang tua mu terlebih dahulu. Mulai besok kau akan memulai kehidupan baru mu sebagai Serena Lyra bukan lagi Lanna Xevellyn. Tidak ada yang mengetahui semua ini kecuali aku, kau dan guru kita berdua juga para pengajar yang lainnya di sekolah,"

"Apa aku harus bertingkah seperti Serena Lyra juga? Maksudku apakah aku harus menyamai karakter mendiang gadis itu?" Tanya Lanna untuk yang terakhir.

Xavier menggeleng kecil. "Tidak perlu. Kau bersikap seperti dirimu saja. Tetap jadi dirimu sendiri, bawaan dari jiwa mu, Lanna. Aku lebih suka itu dan sepertinya itu akan lebih baik. Sudah, ya, sekarang kita istirahat. Sudah sangat larut,"

Lanna mengangguk seperti anak kecil menuruti perkataan Xavier untuk berisitirahat. Xavier bangkit lalu berjalan menuju rak buku menaruh bukunya kembali ke asal. Sejenak ada perasaan aneh yang menyelimutinya, perasaan bersalah kepada Lanna. Gadis itu di buatnya untuk menutupi rasa bersalah kepada orang tua Serena dan gurunya. Malah sekarang semakin membuat perasaannya rumit terhanyut dalam rasa bersalah. Xavier merasa seperti sudah mengambil hidup seseorang untuk di korbankan demi kepentingannya sendiri. Tapi di satu sisi, Xavier yang terkesan dingin seperti tidak peduli itu sebenarnya adalah sosok yang peduli diam-diam dan alasan dia melakukan ini semua adalah masih dengan alasan yang sama.

Apa aku sudah bersikap egois? Pikirnya.

Xavier melirik Lanna yang sedang berusaha bangkit dari sofa dengan susah payah. Berjalan mendekati Lanna dan meraih tubuh Lanna sigap ketika tubuh gadis itu mulai terhuyung.

"Kau mau apa?" Tanya Lanna bingung. "Aku sudah cukup kuat untuk berjalan,"

Xavier tidak menjawab celotehan kecil Lanna, menggendong tubuh Lanna ala bridal style dan membopongnya menuju kamar.

"Tidak menggunakan teleportasi?"

"Kau mau?" Tawar Xavier yang sebentar lagi padahal sudah mendekati pintu kamar.

Dalam sekejap mereka berdua sudah berada di dalam kamar. Xavier menaruh tubuh gadis itu di ranjang penuh kehati-hatian.

"Eh, Xavier, kau mau kemana?" Lanna menarik tangan lelaki itu dan menahannya ketika Xavier hendak pergi berjalan keluar kamar.

"Keluar," jawab Xavier melirik pegangan tangan Lanna sekilas.

Lanna menepuk ke sebelahnya yang setidaknya masih ada sedikit ruang.

"Agak sempit tapi sepertinya tidak apa," kata Lanna.

Xavier masih diam memproses tawaran Lanna, pikirannya sedang membuat keputusan untuk menolaknya atau tidak. Tidur di sofa tunggal sepertinya akan membuat punggungnya tambah sakit akibat luka sayatan yang di dapatkannya saat misi lain sedang dia jalankan seorang diri. Di tambah seluruh tubuhnya benar-benar merasa letih, Xavier sangat butuh untuk membaringkannya.

Melihat Xavier yang menatapnya cukup lama, Lanna merasa kikuk. Lanna takut tawarannya itu ternyata malah menyinggung perasaan Xavier. Takut Xavier memikirkan bagaimana mesum dirinya karena sudah mengajaknya untuk tidur bersama. Bukan begitu, Lanna hanya tidak enak hati sekaligus tidak tega.

"Aku tidak punya pikiran aneh-aneh, kok. Aku juga tidak mencuri kesempatan apapun, aku tidak ada maksud tertentu dengan menyuruhmu tidur bersama dalam satu ranjang. Aku, aku hanya—"

"Baiklah, aku terima tawarannya," Sela Xavier. Menyetujui tawaran Lanna.

Dan Xavier melakukannya. Mereka berdua tidur bersebelahan namun tidak berhadap-hadapan, mereka saling membelakangi. Lanna di sebelah kiri sementara Xavier di sebelah kanan. Terlihat sempit tapi mereka berdua akhirnya tetap tidur pulas, menunggu malam berganti siang dan mereka akan memulai hari lagi besok.

...****************...

*Teleportasi³ : Kemampuan untuk berpindah tempat dari lokasi mereka saat ini atau dari satu tempat ke tempat lain secara instan.

*Telekinesis⁴ : kemampuan menggerakkan objek fisik (bisa benda ataupun makhluk hidup) dari jarak jauh tanpa menyentuhnya dengan kekuatan pikiran.

*Telepati⁵ : Kemampuan untuk berkomunikasi tanpa menggunakan indra.

1
Retno Isma
jgn Hiatus ya....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!