Spin off "Touch me mr. Cassanova"
🍁🍁🍁
"Kak, ini beneran kita menikah?"
Pertanyaan itu lolos begitu saja dari bibir mungil seorang Mikhayla Nolan.
Belasan tahun menyandang status sebagai seorang adik, kini tiba tiba ia berganti status menjadi seorang istri.
Kok bisa?
Kenapa?
Mikha merasa seperti mimpi buruk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
...~Happy Reading~...
Pagi itu, Calvin mengendarai mobil dengan tenang. Ia menatap jalanan dengan fokus, sementara Mikha, adiknya, duduk di sebelahnya sambil sibuk dengan ponselnya. Di antara mereka, ada suasana akrab yang biasa terjadi di antara kakak dan adik.
"Pulang jam berapa?" tanya Calvin tanpa berpaling dari setir.
"Kaya biasa, Kak," jawab Mikha santai, masih terpaku pada layar ponselnya. "Eh, enggak deh. Nanti mau pergi ke Gramed pulang sekolah."
Calvin melirik sekilas, menahan tawa kecil. "Ngapain?"
"Mau cari buku, Kak. Ya kali ke Gramed mau cari cowok," jawab Mikha dengan nada bercanda, sambil akhirnya mengangkat wajahnya dari ponsel.
Calvin mendengus. "Bukannya tiga hari lalu kamu habis dari sana? Terus sekarang mau ke sana lagi?"
"Hehehe," Mikha terkikik, mengalihkan pandangan penuh rasa bersalah ke arah Calvin. "Kemarin itu kita zonk, Kak."
"Zonk?" Calvin mengerutkan dahi, bingung.
"Iya, buku yang kita cari belum ada. Katanya hari ini udah ada."
"Buku apa sih?"
"Novel!" seru Mikha dengan penuh semangat.
Calvin menghela napas panjang, lalu kembali memusatkan perhatian ke jalan. Dalam benaknya, ia sempat berpikir adiknya mencari buku pelajaran atau sesuatu yang berhubungan dengan sekolah. Ternyata, hanya novel.
"Sekolah yang bener!" gerutunya, sambil menggoyangkan kepalanya. "Belajar, bukan malah baca novel terus!"
Mikha mendengus kesal. "Ihh, Kakak jangan salah ya. Dengan baca novel, kita tuh juga belajar!"
"Belajar apaan?"
"Banyaklah!" Mikha menjawab cepat dengan nada membela diri.
Calvin hanya menatapnya dari ujung matanya, tak berniat untuk berdebat lebih jauh. "Ngawur kamu."
"Dihh, gak percaya!" balas Mikha dengan cemberut.
Mobil berhenti di depan gerbang sekolah. Calvin menoleh ke arah adiknya yang bersiap turun dari mobil. "Sudahlah, buruan masuk. Nanti pulangnya naik taksi berarti!"
Mikha tersenyum lebar, lalu membuka pintu. "Oke, bos. Tenang aja. Pulang mah gampang. Supirnya Alina sama Mawar juga pada nganggur kok!"
Calvin hanya mengangguk dengan malas. Namun, sebelum Mikha benar-benar keluar, ia menghentikan langkahnya dan kembali menghadap Calvin.
"Oh ya, Kak."
"Apa lagi?"
"Kakak gak ada cita-cita buat nambahin duit jajan Mikha, kah? Beberapa lembar aja gapapa kok, ikhlas. Buat beli es susu jumbo nanti di Gramed," katanya dengan gaya manja, sambil mengadahkan tangan ke arah Calvin. Wajah memelasnya adalah senjata andalan yang hampir selalu berhasil.
Calvin menatap adiknya dengan ekspresi tak percaya, tapi tak bisa menahan senyumnya. "Dasar, kamu ya..."
Ia merogoh dompetnya, mengeluarkan beberapa lembar seratus ribuan, lalu menyerahkannya ke tangan Mikha.
"Wah, Kakak emang terbaik!" seru Mikha senang sambil memeluk Calvin sekilas. "Thank you, Kak!"
Calvin hanya menggelengkan kepala melihat adiknya yang melompat turun dari mobil dan berlari menuju gerbang sekolah. Meski ia sering kesal dengan tingkah laku Mikha, dalam hatinya, ia tahu bahwa adiknya adalah sumber kebahagiaannya. Dan jika dengan beberapa lembar uang bisa membuat Mikha tersenyum seperti itu, Calvin merasa sudah melakukan tugasnya sebagai kakak yang baik.
Setibanya Mikha di kelas ia sudah di sambut oleh oleh sahabatnya, Alina dan Mawar, sudah menunggunya di bangku belakang.
"Eh, Mikha! Jadi nanti kita ke Gramed, kan?" tanya Alina, membuka obrolan.
"Jadi dong! Kakak gue tadi sponsorin buat beli es susu jumbo," jawab Mikha dengan senyum lebar, menunjukkan lembaran uang di kantongnya.
"Hebat banget sih Kak Calvin, gue mau jadi adiknya aja deh," timpal Mawar sambil terkekeh.
Mereka terus berbincang hingga guru masuk ke kelas. Pelajaran pun dimulai, namun bayangan novel baru yang akan dibeli Mikha nanti tetap memenuhi pikirannya.
Kriingggg!!!!
Begitu bel berbunyi, Mikha, Alina, dan Mawar langsung menuju kantin. Mereka memilih meja di sudut yang cukup nyaman, lalu memesan makanan. Suasana ramai di kantin tak mengurangi kegembiraan mereka.
Namun, saat makanan mereka tiba dan baru saja hendak dinikmati, tiba-tiba sebuah tangan menghantam meja mereka dengan keras.
Brakkk!
"Minggir!" bentak seorang gadis dengan suara lantang.
Mikha mendongak, bertemu tatapan tajam Shera, salah satu siswi paling ditakuti di sekolah. Shera dikenal suka mem-bully, dan banyak yang memilih mengalah untuk menghindari masalah dengannya.
"Kita duluan yang di sini. Cari aja tempat lain!" jawab Mikha tanpa gentar.
Shera menyipitkan matanya, tak percaya ada yang berani melawan. "Lo berani sama gue?"
"Ngapain gue takut? Lo masih manusia, kan? Belum mati, jadi kita sama," jawab Mikha dengan santai, tapi menusuk.
"Lo—" Shera mulai marah, namun Mikha memotongnya.
"Apa lo lo lo hah? Gue gak takut sama lo! Gak semua anak di sini bakal takut sama lo!"
Keributan itu langsung menarik perhatian siswa-siswa lain di kantin. Beberapa mulai berbisik, sementara yang lain memilih menjauh untuk menghindari terlibat.
"Ckckckck! Lo berani banget sama gue, hah!" bentak Shera sambil meraih rambut Mikha.
Mikha tak tinggal diam. Ia balas menjambak rambut Shera dengan kekuatan yang sama. Adu mulut berubah menjadi pergelutan fisik. Mereka saling tarik, saling dorong, dan saling jambak, sementara Alina dan Mawar panik berusaha melerai.
"Udah, udah, jangan ribut!" seru Alina, mencoba menarik Mikha dari belakang.
"Iya, jangan gini, nanti dihukum!" tambah Mawar, berusaha menenangkan Shera.
"DIEMMM!" sentak Mikha dan Shera bersamaa lalu kembali beradu jambak satu sama lain.
Beberapa menit kemudian, seorang guru BK datang setelah dilapori oleh siswa lain. Ia menghentikan pergelutan itu dengan suara lantangnya.
"Apa yang terjadi disini!?" tanya guru tersebut namun semua hanya diam menunduk takut, "Kalian berdua, ikut saya sekarang juga!"
Mikha dan Shera masih saling melotot ketika digiring ke kantor BK. Rambut keduanya acak-acakan, dengan bekas cakaran samar di tangan. Alina dan Mawar mengikut dari jauh, takut jika sahabat mereka akan mendapat masalah besar.
Di kantor BK, Mikha dan Shera dipaksa duduk berhadapan. Guru BK, seorang pria paruh baya dengan wajah serius, memandangi mereka bergantian.
"Apa yang terjadi?" tanyanya, suaranya tenang tapi tegas.
"Saya duluan yang di meja itu, Pak," jawab Mikha dengan nada dingin.
"Dia yang mulai cari masalah, Pak. Saya cuma bela diri!" seru Shera, tidak mau kalah.
Guru BK menghela napas panjang. "Kalian sadar, kalian bertengkar di tempat umum? Dilihat banyak orang? Ini bukan hanya soal siapa yang benar atau salah, tapi kalian sudah merusak suasana sekolah."
Mikha ingin membantah, tapi menahan diri. Shera hanya melipat tangan, menunjukkan wajah kesal.
"Apa hukuman yang pantas buat kalian?" tanya guru BK, menatap mereka tajam.
Shera diam, sementara Mikha akhirnya menjawab, "Pak, saya nggak takut dihukum. Tapi saya juga nggak salah. Saya cuma nggak mau ditindas."
Guru BK mengangguk pelan. "Baik, kalau begitu. Kalian akan membersihkan kantin selama seminggu sebagai hukuman. Kalian juga harus belajar untuk saling menghormati. Saya akan awasi kalian."
"Loh gak bisa gitu dong Pak, saya kan gak salah!"
"Salah gak salah kalian tetap salah." ucap guru BK, "Lain kali, siapapun yang membuat masalah lebih dulu, lebih baik kalian hindari agar tidak kena hukuman bersama!"
...~To be continue... ...
readers : Mom, Mikha anak siapa? Keturunan Nolan yang mana?
Mommy : Faiza anaknya om Abas. jadi ini cucunya om Abas.
Readers : Lah kok pakai nama Nolan Mom? kenapa gak ikut nama belakang Edward?
Mommy : Lah suka suka yang punya anak lah. Mau pakai nama belakang Edward atau Faiz suka2 mereka. wong mereka yang bikin, mereka yang aqiqah in.
Readers : Kalau Calvin anak siapa?
Mommy : Yang jelas bukan anak jendral Viral!
Readers : Mom kenapa kamar Ilo sama Kayvano gak lanjut malah buat kamar baru?
Mommy : Sulit dijelaskan, mending gelut aja yok daripada nanyain itu 😭😭😭
dah tau kan siapa sebenarnya flora....
beruntung calvin tidak menikah dgn sijalang flora tidak tulus mencintai calvin....
Reza dan davin jd korbannya sijalang flora,,,kirain flora itu sangat polos dan lugu ternyata kelakuannya hanya manfaatin pria2 beruang....
Belajarlah membuka hatimu tuk istri kecil itu...
lanjut thor...,