"Menikah lah dengan saya Jeslyn! Ini perintah bukan penawaran!"
"A-pa!?"
Menikah dengan boss sendiri!? Jeslyn tak pernah berpikir bahwa Louis akan melamar nya secara tiba-tiba, padahal lelaki itu jelas tidak mecintai nya! Apa yang sebenar nya lelaki itu inginkan hingga memaksa Jeslyn untuk tidak menolak titahan tersebut? Apakah sebuah keterpaksaan dari seseorang? Balas dendam? Atau alasan lain nya? Cukup Tuhan dan Louis yang tau!
Jeslyn yang memang tidak memiliki power apapun pun terpaksa mengiyakan keinginan dari Louis tanpa tau alasan pria itu ingin menikahi nya.
Lalu, bagaimana kehidupan Jeslyn kelak? Akan kah ia mampu untuk meluluhkan hati Louis? Sedangkan lelaki itu memiliki sifat kaku, dingin tak tersentuh, dan temperamental!? Belum lagi, Louis yang masih terbayang-bayang oleh masa lalu nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bertepuk12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
"Yang mana ya?" Jeslyn berseru binggung, menatap dua jas yang ia genggam dengan kernyitan dahi mengerut, menimbang-nimbang jas mana yang cocok untuk dikenakan sang tuan.
Tak lama dari itu akhirnya Jeslyn menjatuhkan pilihan nya pada jas slim fit suit, mengingat tubuh Louis yang terkesan atletis, pasti akan sangat cocok apabila mengenakan jas model seperti itu.
Jas slim fit suit hitam, kemeja hitam, lalu dasi abu, benar itu adalah perpaduan yang sangat cocok untuk Louis.
Segera saja Jeslyn keluar, menaruh nya pada atas ranjang yang memang sudah ia bereskan tadi sebelum beranjak pada walk in closet, setelah itu pun Jeslyn memilih untuk keluar.
"Yeah, semoga dia tidak tantrum dengan pilihan ku ini." Gumam Jeslyn memutar bola mata, lalu ia bergegas melangkahkan kaki nya keluar.
Namun suara pintu dibuka membuat Jeslyn menghentikan langkah, reflek memutar pandangan nya dan menangkap Louis yang tengah mengeringkan rambut basah nya dengan handuk kecil.
Lelaki itu hanya menggunakan handuk putih untuk menutupi pinggang kebawah, dan lagi-lagi Jeslyn dibuat cengo melihat penampakan paripurna itu, sangat disayangkan bukan apabila ia malah pergi?
Tato yang menempel pada tubuh Louis pun membuat ia terkesan begitu memesona, entah berapa uang yang ia keluarkan hanya untuk membuat tato bergambar malaikat, phoenix dan tulisan acak.
"Lagi-lagi kau menatap cabul." Louis berseru cepat, mendengus sebal karena tatapan Jeslyn yang terkesan ingin mencabuli atau mungkin lebih parah lagi ingin memperkosa nya.
Lihat lah netra nya itu yang bahkan tak berkedip sedikit pun, lalu bibir menganga, benar-benar membuat Louis merinding hebat.
Lamunan Jeslyn langsung buyar, ia menggaruk tekuk leher nya canggung, "Ekh-em, ini bukan tatapan cabul tuan, hanya tatapan sedih karena mata saya ternodai melihat anda hanya melilitkan handuk dipinggang saja."
Kening Louis terangkat heran, "Sedih? Usap dulu air liur mu itu."
Eh? Jeslyn dengan cepat mengusap dagu nya, lalu ia melotot hampir keluar mata nya.
SKAKMAT!
SETAN!
Jeslyn mengumpat dalam batin setelah ia sadar bahwa air liur nya telah keluar membasahi dagu nya, ciuhh.... ini benar-benar menjijikan, sialan! Pantas saja Louis mengatakan bahwa ia memberikan tatapan cabul.
"Keluar."
Suara kasar Louis menembus, ia akan segera berpakaian, tidak mungkin bukan jika ia berganti didepan wanita seperti Jeslyn? Bisa-bisa wanita itu akan mimisan hingga darah nya tak tersisa.
Tanpa menunggu apapun lagi, Jeslyn menurut ia keluar dan menutup pintu secara pelan dan rapat, lalu setelah itu ia menutup wajah nya rapat, malu sendiri.
Tercetak jelas bahwa wajah sampai telinga Jeslyn memerah padam bagai kepiting rebus, ingin rasa nya ia menenggelamkan tubuh pada tengah-tengah samudera karena rasa malu ini.
Mengapa pula Jeslyn memberikan tatapan cabul hingga air liur nya menetes, seolah-olah malah membuat Louis memandangi nya bagai wanita kurang belaian.
Sesekali Jeslyn memukul kepala nya kasar agar lupa kejadian tadi, sembari berjalan menuju pada kamar Afnan, ingin meminjamkan kamar mandi serta baju bersih.
"Hey? Mengapa wajah mu seperti itu? Bagaimana malam tadi? Aduhh, pasti sangat menyenangkan ya? Ngomong-ngomong menggunakan gaya apa?"
Melengking sekali suara itu, membuat Jeslyn menolah dan langsung memberikan tatapan tajam bagai ujung pedang.
"KAU!? BEDEBEH BAGAIMANA BISA KAU MENGUNCI KU BERSAMA TUAN LOUIS?"
Afnan spontan menutup kedua telinga nya menggunakan tangan, takut tiba-tiba ia tak bisa mendengar karena suara Jeslyn memiliki intonasi tinggi.
Setelah itu Afnan memberanikan membuka mata, dan langsung memberi cengiran tanpa dosa pada Jeslyn, jelas ia tak merasa bersalah sedikit pun.
"Wah, kau ini tiba-tiba sekali berteriak bagai orang sinting, santai-santai, kita harus berbicara dengan kepala dingin." Afnan berseru menarik tangan Jeslyn agar duduk disamping nya, namun respon yang ia dapat malah berupa tepisan.
Jeslyn mendatarkan tatapan nya, "Kepala dingin kata mu?" Seru nya sebal.
Bohong jika Jeslyn tak marah pada teman nya itu, karena tindakan Afnan mengunci nya kemarin bersama Louis, sudah termasuk tindakan berlebihan!
"Tentu kepala dingin, kau harus memasukan es agar kepala mu itu bisa dingin." Afnan menjawab sembarangan, entah apa yang ada dipikiran nya.
Menutup mata sejenak, Jeslyn menahan diri nya agar tidak menempeleng kepala Afnan agar otak wanita itu bisa kembali normal, namun seperti nya sangat mustahil, karena otak Afnan sudah sangat jauh dari tempat asli nya. Mungkin berada ditumit?
"Aku tidak bercanda Afnan!"
"Baiklah, maafkan aku please, aku tidak akan mengulangi nya lagi, promise." Beo Afnan mengeluarkan puppy eyes nya, berharap akan diberi maaf oleh sang teman.
"I apologize."
Jeslyn menghela nafas berat, lalu mengangguk perlahan, "Jangan diulangi lagi, kau tau? Aku hampir tidur dikamar mandi tadi malam."
"Maaf."
"Yayaya, sudah lupakan saja!"
"Ngomong-ngomong bagaimana malam tadi? Apakah meng-"
"AFNAN!" Teriak Jeslyn sebal, wanita itu sudah meminta maaf, seharusnya tak menggoda atau bertanya lebih lanjut lagi, namun ternyata Jeslyn salah!
Afnan tetap keukeh menggoda nya.
"Aku kan hanya penasaran." Afnan mengerucutkan bibir nya manja, lalu menundukan kepala.
"Jika penasaran, tanya saja pada kakak mu itu!" Jeslyn menjawab dengan intonasi tinggi, merasa darah nya sudah berkumpul sampai ujung kepala, bisa-bisa ia akan hipertensi karena terus menghadapi tingkah serta pemikiran Afnan yang diluar nalar.
Afnan meringis, lalu mengelus bahu Jeslyn yang naik turun seolah-olah menahan emosi, "Maaf, aku tidak akan membahas itu lagi, bagaimana jika nanti malam kita shopping?"
Kepala Jeslyn menggeleng, "Tidak."
"Mengapa?"
"Aku tidak punya uang."
"Hell? Alasan macam apa itu?" Seru Afnan tak percaya, menatap Jeslyn penuh selidik.
Memutar bola matanya jengah, Jeslyn berseru dengan intonasi tinggi, "Diam! Aku harus hemat karena gaji ku sudah dipotong setengah!" Ketus nya tak senang.
"Astaga, jadi alasan itu? Bagaimana jika aku yang membelanjakan mu?"
Jeslyn diam sejenak, namun tak seberapa lama dari itu ia kembali menggelengkan kepala tanda tak setuju, "Aku tidak bisa."
"Hayy! Aku akan membelanjakan mu, dengan begitu kau tak akan mengeluarkan uang!"
Helaan nafas Jeslyn layangkan, "Bukan begitu, aku sudah ada janji bersama Dareen."
Diam, suara Afnan tak kembali terdengar setelah Jeslyn berseru mengenai alasan ia menolak ajakan wanita itu, hingga lima menit berlalu dengan begitu cepat.
"Dareen?" Afnan berseru untuk memastikan.
"Ya."
"Untuk apa kalian bertemu?" Tanya Afnan ingin tau, ekspresi nya pun kian mulai berubah membuat Jeslyn merasa agak canggung.
Jeslyn berdiri, "Aku tidak tau, karena tiba-tiba sekali dia mengajak ku untuk dinner, ah ngomong-ngomong aku akan meminjam kamar mandi mu, lalu bisa kah aku meminjam baju mu?"
"Tentu."
Hanya jawaban itu yang Afnan beri, ia pun bergegas untuk mencari baju yang akan ia pinjamkan pada Jeslyn.