DASAR, SUAMI DAN ISTRI SAMA-SAMA PEMBAWA SIAL!
Hinaan yang tak pernah henti disematkan pada Alana dan sang suami.
Entah masa lalu seperti apa yang terjadi pada keluarga sang suami, sampai-sampai mereka tega mengatai Alana dan Rama merupakan manusia pembawa sial.
Perselisihan yang kerap terjadi, akhirnya membuat Alana dan sang suami terpaksa angkat kaki dari rumah mertua.
Alana bertekad, akan mematahkan semua hinaan-hinaan yang mereka tuduhkan.
Dapatkah Alana membuktikan dan menunjukkan keberhasilannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon V E X A N A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PAM8
Aku tidak menyiapkan sarapan khusus pagi itu. Mas Rama ku gorengkan risol dan pastel saja, sekalian ku bawakan beberapa untuk Bu Hesti dan teman-temannya. Kata Mas Rama risol dan pastelnya enak, sudah pantas untuk dijual. Bukan tidak percaya penilaian suamiku, tapi tahu sendiri lah ya, namanya juga suami. Ntar bilang tidak enak, takut istrinya berkecil hati. Jadi mending ku tunggu penilaian pelanggan lainnya juga nanti.
Kubagi Mbak Niken dan Lika saat tadi Mbak Niken mengantarkan gorengan. Mbak Niken biasa menaruh gorengan, baru mengantar Lika sekolah. Nanti pulangnya baru Mbak Niken nongkrong di warungku.
"Tante, risol mayonya Lika suka. Enak bingit, Tante, suwer deh!" Dengan gaya centilnya yang lucu, Lika lahap mengunyah risol mayo yang masih hangat itu.
"Beneran Lika? Ah ... mungkin karena Lika lapar kali, makanya jadi enak?" sengaja ku pancing anak centil nan lucu ini. Semoga kalau punya anak nanti, anakku lincah dan cerdas juga kayak Lika ini.
"Enak bingit beneran, Tanteee. Lika gak bohong deh. Nanti Tante bikin lagi ya buat Lika hehehehe."
"Terima kasih ya anak cantik. Nanti Tante bikinin lagi dah khusus buat Lika cantik."
"Makasih, Tante." Lika tersenyum sambil menunjukkan deretan giginya.
"Beneran enak banget sih ini, Na. Pasti laris manis, Na." Kata mbak Niken menambahkan.
"Makasih, Mbak. Rencananya mau kujual online juga. Sekalian sama yang frozen nanti kalo alat vakumnya sudah ada."
"Semoga laris ya, Na. Aku berangkat dulu ya nganter Lika, ntar keburu telat."
"Sip, Mbak."
"Tante, Lika berangkat dulu ya. Terima kasih buat risolnya."
"Ati-Ati ya anak cantik. Sekolah yang pintar ya."
"Iya, Tante. Da ...!"
Tak lama ada yang datang membeli sarapan. Silih berganti sampai dagangan ku habis.
Aku mulai PD mempromosikan kue-kue ku. Ku posting di status wa, ada juga yang ku posting di story IG. Siapa tahu teman-teman dan kenalan-kenalanku yang di kabupaten dulu membaca status dan story-ku.
Status pertama.
RISOL SMOKED BEEF MAYO, RISOL SAYUR, PASTEL SAYUR READY UNTUK BESOK.
FREE ONGKIR UNTUK PEMESANAN MIN 10PCS AREA SUKAWATI.
Status kedua
Yang mau snack untuk ulang tahun, arisan, pengajian, dan acara lainnya, silahkan dipesan chiffon cake, bolu, dan aneka kuenya.
Kutambahkan juga video-video saat kue baru keluar oven. Aku sempat merekam beberapa kemarin-kemarin.
Tadi pagi sudah ku pesan alat vacum beserta plastik kemasannya yang aman untuk makanan. Lalu kuperiksa lagi bahan isian risol dan pastel. Selesai mencatat apa yang harus dibeli nanti, aku memasak makan siang untuk Mas Rama. Tadi suamiku itu minta dibuatkan soto ayam. Katanya segar siang-siang makan yang berkuah. Ayam dan bumbu sudah ada, tinggal kuolah saja.
Ting ting ting
Handphoneku berbunyi, lumayan banyak notifikasi yang masuk. Segera kuperiksa notifikasi apa itu, ternyata pesan dari teman-temanku.
"Kamu jualan, Na? Aku pesan donk. 5 risol mayo, 5 pastel ya," ternyata Mira teman kosku di kabupaten dulu. Senangnya pesanan pertamaku.
Kubuka pesan lainnya.
"Aku mau risol sayur 10pcs, risol mayo 10 pcs, sama bolu gulung pandan nanas 1 roll ya, Na. Besok harus menjamu temennya suami. Duh jadi kangen kue-kuemu. Untung sekarang kamu jualan, Na," pesan dari Titis yang dulu jadi kepercayaan ibu pemilik toko kue tempatku bekerja.
Syukurlah. Semoga pesanan-pesanan ini pembuka jalan untuk orderan berikutnya.
Total pesanan yang masuk siang ini aja, sudah 30 risol mayo, 20 risol sayur, 20 pastel, 1 bolu gulung pandan nanas, 5 chiffon cake.
Tak lama kemudian, Mas Rama datang.
Setelah mencuci tangan, kami pun mulai makan.
"Yank, teman-teman Mas doyan banget risol dan pastel kamu tadi. Punya bu Hesti yang juga dibagikan ke anak-anak di kantor sampai berebut. Pada nanya apa bisa pesan, Yank?"
"Syukurlah, Mas, kalau pada suka kue buatan ku. Hari ini sudah ada pesanan yang masuk untuk diantar besok, Mas. Kalau teman-teman Mas mau pesan, bisa Alana buatkan sekalian. Alana buat sistem pre order 1 hari. Pesan hari ini untuk pengantaran besok gitu, Mas. Biar fresh. Nanti kalau alat vacuum sudah ada baru dah bisa langsung jual frozen yang ready stok."
"Syukurlah sudah ada pesanan, Yank. Ok nanti Mas sampaikan ke Bu Hesti."
"Habis ini Alana izin ke pasar ya, Mas. Beli bahan untuk pesanan besok. Tadi Alana lihat ada beberapa bahan kue juga sudah habis."
"Iya, silahkan. Kalau sudah mulai kewalahan, kamu minta bantuan Mbak Niken aja sana. Kan masih harus memasak untuk dagang sarapan besok. Jangan capek-capek ya, Yank."
"Iya mas, nanti Alana minta bantuan Mbak Niken kalau sudah tidak sanggup."
Setelah Mas Rama kembali ke pabrik, aku pun pergi ke pasar. Aku menuju ke ujung gang untuk mencari ojek agar lebih cepat sampai.
"Pak, ke pasar berapa ya?"
"10 ribu aja, Neng."
"Ya udah ayo, Pak."
"Neng ini yang tinggal di kontrakan Bu Nurma ya, Neng? Yang jual uduk kan? Bapak liat kalau pagi berangkat ngojek soalnya," tanya pak ojek.
"Iya, Pak. Saya Alana, yang tinggal di pintu 3E. Bapak tinggal di dekat situ?"
"Saya tinggal di belakang, Neng. Yang masuk gang kanan sebelah rumah Lilis. Orang kampung biasa memanggil saya Karto."
"Oalah, kita tetangga toh ternyata, Pak. Anak bapak ada di mana pak?"
"Anak bapak ada 2, Neng. Yang 1 sudah menikah dan ikut suaminya yang kerja jadi buruh pabrik juga. Yang 1 masih SMA tinggal sama bapak. Bapak tidak tega kalau mau membebankan biaya hidup ke anak. Jadi ya bapak kerja begini aja. Tanah juga gak punya."
Sambil melajukan motornya, Pak Karto mengajakku ngobrol.
"Mau ditunggui sekalian, Neng?" tanya Pak Karto setelah kami sampai di pasar.
"Nanti Bapak kelamaan apa gak kalau nunggui?"
"Gak apa, Neng. Biar sekalian Bapak bisa setoran ke istri untuk belanja dapur. Dari tadi pagi belum dapat pelanggan soalnya."
Ya Allah. Kasian banget Pak Karto ini. Ku taksir umurnya lebih dari 50 tahun.
"Ya udah, Bapak nunggu di warung itu aja ya, biar gak kepanasan dan bisa makan siang dulu. Bapak belum makan kan?" tanyaku.
"Belum, Neng. Nanti nunggu dapat setoran dulu aja," kata Bapak itu sambil tersenyum malu.
"Gak usah sungkan, Pak. Saya traktir, Bapak makan saja dulu selagi saya belanja. Ayo, Pak, ikut ke warung itu."
Sambil sedikit memaksa, ku ajak si Bapak masuk.
"Bu, permisi. Saya mau beli nasi. Nanti lauknya ditanyakan ke bapak ini aja ya, Bu. Nanti saya yang bayar. Sekalian dibungkuskan ya, Bu ...," ku sapa ibu pemilik warung.
"Siap, Mbak!"
"Makasih banyak ya, Mbak," kata si bapak.
Aku langsung masuk ke pasar takut kesorean. Biasa siang begini ada kloter sayuran baru untuk dijual sampai malam nanti.
Setelah belanja semua kebutuhanku, ku hampiri Pak Karto di warung.
"Sudah makannya, Pak?"
"Sudah, Neng. Makasih banyak ya, Neng."
"Sama-sama, Pak."
"Berapa semuanya, Bu?" tanyaku ke ibu warung.
"35 ribu neng."
Segera ku bayar ke ibu tadi. Lalu kami segera balik ke kontrakan. Kuserahkan selembar 50 ribu ke pak Karto sambil memberikan bungkusan paket sayur sop yang tadi sempat kubelikan untuknya.
"Saya tidak punya kembaliannya, Neng. Penumpangnya baru eneng ini dari tadi."
"Kembaliannya simpan aja untuk, Bapak. Ini juga ada sayur sop untuk dimasak Ibu ya, Pak."
"Ya Allah, Neng, terima kasih banyak ya. Semoga sehat selalu dan ditambahkan rejekinya Neng sekeluarga. Amiinn."
"Amiin." Kuaminkan doa baik ini.
"Oh ya, Pak. Apa bapak bisa bantu mengantarkan pesanan kue saya? Saya terima pesanan kue, dan kebetulan sudah ada beberapa pesanan untuk besok. Pengantarannya di daerah sekitar Sukawati ini saja kok, Pak. Kalau Bapak bisa, mulai pengantarannya jam 3 sore kemari."
"Bisa, Neng, Bapak bisa. Syukurlah, Neng. Ada pemasukkan jadinya."
"Syukurlah kalau begitu. Jadi saya tidak repot nyari kurir langganan lagi. Saya akan kasih tau besoknya ada pengantaran lagi tau tidak tiap Bapak ambil orderan ya, Pak. Biar gak kecele. Semoga aja tiap hari ada pesanan, jadi ada pemasukan rutin untuk Bapak juga."
"Amiinn. Saya doakan pesanannya rutin, Neng. Biar saya juga kecipratan hehehehe."
...****************...
Sore itu Mas Rama pulang dari pabrik dengan wajah agak sendu. Ada apa ya dengan suamiku? Apa ada masalah di kerjaan atau gimana? Biarlah nanti ku tanya kalau sudah bersih dan kenyang saja. Tidak apa menunda memasak pesanan untuk suami tercinta.
Selesai Mas Rama mandi, kami langsung menyantap makan malam. Setelah aku membereskan bekas makan kami, aku dan Mas Rama duduk santai di ruang tamu. Kulihat suamiku itu menghela nafas beberapa kali.
"Ada apa, Mas? Sepertinya berat sekali lho nafasnya." Aku mulai bertanya karena sudah sangat penasaran. Kubiarkan Mas Rama mengambil waktunya untuk menjawab.
"Begini, Yank. Tadi setelah Mas balik darí makan siang, Bapak telepon. Bapak bilang ...."
*
*
Bagus banget /Kiss/
Apalagi part di mana Alana hamil, ya ampun, saya sampai meneteskan air mata. /Good/