NovelToon NovelToon
Return 1984: Mulai Dari Sultan Perkebunan

Return 1984: Mulai Dari Sultan Perkebunan

Status: sedang berlangsung
Genre:TimeTravel / Anak Genius / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah sejarah / Slice of Life / Menjadi Pengusaha
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Chuis Al-katiri

Arya Perkasa seorang teknisi senior berusia 50 tahun, kembali ke masa lalu oleh sebuah blackhole misterius. Namun masa lalu yang di nanti berbeda dari masa lalu yang dia ingat. keluarga nya menjadi sangat kaya dan tidak lagi miskin seperti kehidupan sebelum nya, meskipun demikian karena trauma kemiskinan di masa lalu Arya lebih bertekad untuk membuat keluarga menjadi keluarga terkaya di dunia seperti keluarga Rockefeller dan Rothschild.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chuis Al-katiri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10: Kembali ke Sekolah dan Awal yang Baru

Bab 10: Kembali ke Sekolah dan Awal yang Baru

23 Januari 1984

Sudah seminggu sejak Arya menemukan dirinya kembali ke masa lalu, terjebak dalam tubuh seorang anak berusia 10 tahun. Kehidupan barunya di masa kecil ini memaksanya untuk menyesuaikan diri, meskipun pikirannya tetap penuh dengan ingatan sebagai pria dewasa berusia 50 tahun dari masa depan. Namun, kembali ke bangku sekolah dasar bukanlah hal yang mudah. Arya merasa canggung, terutama ketika menyadari bahwa ia harus berinteraksi dengan teman-teman sebayanya.

Arya sempat berpikir untuk berhenti sekolah dan mulai mengejar ambisi bisnisnya, tetapi dengan tubuh seorang anak kecil, langkah seperti itu tampaknya sulit dilakukan. Akhirnya, ia memutuskan untuk tetap menjalani hari-harinya di sekolah sembari merancang rencana kecil untuk memulai bisnis di bidang video game—industri yang akan berkembang pesat dalam beberapa dekade mendatang.

Kemarin, ia sudah meminta Sulastri membelikan beberapa komputer IBM dan Apple terbaru untuk membantunya memulai proyek kecilnya. Peralatan itu dijadwalkan tiba dalam beberapa hari ke depan, dan Arya tidak sabar untuk mulai bereksperimen.

***

“Arya, cepat pakai seragammu! Sudah waktunya sarapan. Hari ini jangan sampai terlambat. Kamu harus ikut upacara hari Senin,” suara Sulastri terdengar dari ruang makan.

Arya yang sedang melamun di kamarnya langsung menjawab, “Iya, Bu, otw.”

Di meja makan, Brata sudah duduk dengan seragam polisinya, siap berangkat ke kantor. Di sampingnya, Amanda duduk mengenakan seragam polwan kecil yang lucu, lengkap dengan topi mini. Bocah TK itu tampak semangat menikmati sarapannya.

“Kakak, hari ini antar Amanda sekolah ya?” pinta Amanda sambil mengayunkan kakinya yang masih terlalu pendek untuk menyentuh lantai.

Arya tersenyum. “Iya, Amanda. Tapi Amanda harus cepat makannya. Jangan sampai kita terlambat.”

Sambil menikmati sarapan, Arya tiba-tiba bertanya kepada ayahnya, “Ayah, sekarang Ayah sudah berpangkat apa?”

Brata tersenyum kecil sebelum menjawab. “Sekarang Ayah berpangkat Inspektur Polisi Tingkat Satu (Iptu). Baru tahun kemarin Ayah naik pangkat. Kenapa, Arya?”

Arya mengerutkan kening, mencoba mengingat aturan kepolisian di masa depan. “Kok bisa Ayah sudah jadi perwira? Bukannya Ayah masuk polisi dari jalur bintara? Ayah sekolah PAG? Tapi, bukannya syarat PAG minimal usia 45 tahun dan pendidikan S1?”

Brata tertawa kecil mendengar pertanyaan putranya. “Itu persyaratan PAG di masa depan, Nak. PAG baru dibuka tahun 1979, dan saat itu persyaratannya tidak seketat nanti. Minimal usia 28 tahun dan pendidikan SMA sudah cukup. Kebetulan Ayah masuk angkatan pertama PAG.”

Arya mengangguk, mencoba mencerna informasi itu. “Hebat sekali, Ayah memanfaatkan ingatan dari masa depan untuk karier Ayah. Sekarang Ayah menjabat apa? Kanit Provos?”

“Bukan. Sekarang Ayah menjabat sebagai Kapolsek Betung. Bulan depan, kalau tidak ada halangan, Ayah akan naik pangkat menjadi Ajun Komisaris Polisi (AKP),” kata Brata dengan bangga.

Arya tertegun. “Kok bisa Ayah naik pangkat lagi?”

Brata menyesap kopinya sebelum menjawab. “Tahun kemarin, Ayah berhasil memecahkan kasus pembunuhan berantai sekaligus menangkap sindikat narkoba. Karena itu, Ayah mendapatkan bintang jasa dan kenaikan pangkat.”

***

Setelah sarapan, Arya dan Amanda bersiap berangkat. Arya mengayuh sepedanya dengan Amanda yang bersepeda kecil di sampingnya. TK Amanda hanya berjarak sekitar 50 meter dari rumah mereka, sedangkan sekolah Arya berada sekitar 400 meter.

Setelah mengantar Amanda ke sekolahnya, Arya melanjutkan perjalanan ke sekolah dasar. Di parkiran sekolah, ia memarkir sepeda baru yang diberikan oleh Sulastri sebagai hadiah setelah ia sembuh dari kecelakaan. Dengan langkah ragu, Arya memasuki gedung sekolah, mencoba mengingat di mana tempat duduknya di kelas.

“Arya! Alhamdulillah kamu sudah sembuh. Aku bosan duduk sendirian,” teriak seorang anak laki-laki berkulit sawo matang dengan tubuh tinggi kurus. Itu adalah Abdi, sahabat lama Arya.

Melihat Abdi, kenangan lama Arya kembali menyeruak. “Abdi! Aku hampir lupa di mana bangkuku.”

“Syukurlah kamu kembali. Hari Senin kemarin aku lihat kamu berlumuran darah diangkut ambulans. Kamu benar-benar tidak apa-apa?” tanya Abdi sambil memperhatikan Arya dari atas ke bawah.

Arya mengangguk. “Tenang saja, aku tidak apa-apa. Aku sudah sembuh total.”

Belum sempat mereka berbicara lebih lama, seorang anak gempal masuk ke kelas sambil membawa radio bekas. Itu adalah Saka, sahabat Arya yang lain. Arya ingat, Saka adalah anak jenius di bidang elektronik dan robotik. Di masa depan, Saka akan menjadi insinyur robotik nomor satu di Indonesia dengan segudang paten teknologi.

“Arya, kamu sudah bisa sekolah lagi? Maaf kami tidak sempat menjengukmu,” kata Saka sambil meletakkan radionya di meja.

“Tidak apa-apa, Saka. Tapi kamu tidak takut radio itu disita guru lagi?” Arya menatap radio bekas yang dibawa Saka dengan penuh rasa ingin tahu.

“Tidak masalah. Ini radio rusak yang baru aku beli. Sepulang sekolah, aku rencana mau memperbaikinya,” jawab Saka santai.

Tiba-tiba bel sekolah berbunyi, menandakan bahwa upacara hari Senin akan segera dimulai. Para siswa berbaris di lapangan berdasarkan kelas masing-masing. Arya berdiri di barisan kelas 5, diapit oleh Abdi dan Saka. Di tengah upacara, Abdi terus berbisik, menceritakan lelucon-lelucon yang membuat Arya tersenyum kecil.

***

Saat upacara hampir selesai, pandangan Arya tertuju pada seorang gadis kecil yang membantu murid kelas 3 yang pingsan. Gadis itu mengenakan seragam putih-putih dokter cilik, dengan pita biru yang mengikat rambutnya. Arya langsung mengenalinya—Salamitha Nisrina, cinta monyetnya di masa kecil. Ia terlihat seperti bidadari kecil yang memancarkan aura ceria dan kepedulian.

“Sepertinya tidak buruk juga untuk kembali bersekolah di sekolah dasar,” pikir Arya dalam hati sambil tersenyum kecil. Kenangan tentang Salamitha di masa lalu mulai berputar di pikirannya. Arya ingat, ia tidak pernah berani mendekati gadis itu karena selalu diganggu oleh Dika, musuh bebuyutannya.

Setelah upacara selesai, Arya berjalan kembali ke kelas dengan pikiran melayang. Dari belakang, Abdi dan Saka berbisik sambil tertawa kecil.

“Apakah Arya jadi gila karena tertabrak mobil?” ledek Abdi.

“Bukan. Aku tadi lihat dia mematung waktu Mitha lewat. Pasti dia terpesona,” balas Saka sambil terkikik.

“Eh, cepat masuk kelas. Guru sebentar lagi datang,” panggil Arya dari depan pintu kelas.

***

Pelajaran di kelas terasa sangat mudah bagi Arya. Ia hanya memperhatikan sebentar sebelum pikirannya mulai melayang, mengingat pengalaman sekolah dari kehidupan sebelumnya. Kali ini, ia merasa lebih percaya diri. Arya sadar, kehidupan di masa lalu tidak akan terulang sama lagi. Keluarganya kini adalah salah satu konglomerat terkaya di Indonesia. Tidak ada alasan baginya untuk takut pada Dika atau siapa pun.

Ketika bel pulang berbunyi, Abdi dan Saka mengajak Arya bermain di rumahnya. Dalam perjalanan pulang, mereka melihat Amanda sedang berbicara dengan seorang gadis kecil.

“Amanda, kenapa kamu main di tengah jalan?” Arya menghampiri adiknya dengan sedikit khawatir.

“Amanda mau jemput Kak Arya, tapi Amanda jatuh tadi. Untung ada Kak Mitha yang bantuin,” jawab Amanda sambil menunjuk gadis itu.

Mendengar nama Mitha, Arya langsung menoleh dan terkejut. Itu benar-benar Salamitha Nisrina. Gadis itu tersenyum manis sambil memeluk Amanda.

“Terima kasih sudah membantu Amanda,” ucap Arya dengan nada canggung.

“Tidak apa-apa. Amanda sering main ke rumahku, jadi aku sudah menganggapnya seperti adik sendiri,” jawab Mitha dengan lembut.

Arya terdiam. Ia baru sadar bahwa Salamitha ternyata adalah tetangganya sendiri. “Kalian sering main bersama?” tanyanya bingung.

“Kakak, apa Kakak lupa kalau Kak Mitha tetangga kita?” jawab Amanda dengan nada polos.

***

Mendengar penjelasan Amanda, Arya merasa sedikit canggung. Ia mencoba mengingat kembali kehidupan sebelumnya, tetapi ia tidak ingat pernah memiliki interaksi sebanyak ini dengan Salamitha Nisrina. Arya hanya tahu Mitha sebagai gadis yang ia kagumi dari jauh, tetapi sekarang, situasinya berubah.

Melihat Arya yang terdiam, Saka mencoba memecahkan suasana. “Arya, katanya kamu mau bikin layang-layang raksasa. Ayo kita buru-buru ke rumahmu sebelum sore. Mitha, kamu mau ikut juga?”

Mitha tersenyum mendengar ajakan itu. “Boleh. Tapi aku pulang dulu ganti baju. Amanda, nanti tunggu Kak Mitha di rumah ya.”

Amanda mengangguk semangat, sedangkan Arya hanya bisa menghela napas panjang. Ia tidak tahu bagaimana harus bersikap, tetapi akhirnya ia mengikuti arus. Setelah Mitha pergi, mereka semua melanjutkan perjalanan pulang ke rumah Arya.

***

Sesampainya di rumah, Sulastri menyambut mereka dengan senyum hangat. “Kalian sudah pulang? Amanda, ayo masuk dulu, ibu buatkan teh manis untuk kamu dan teman-temanmu.”

“Iya, Bu. Nanti Kak Mitha juga mau ke sini,” jawab Amanda sambil melepas sepatu kecilnya.

Arya dan kedua sahabatnya, Saka dan Abdi, langsung menuju halaman belakang rumah. Di sana, Arya sudah menyiapkan bahan-bahan untuk membuat layang-layang besar, seperti bambu, kertas minyak, dan benang. Dalam suasana santai itu, mereka mulai bekerja sama. Arya memotong bambu, Saka merancang kerangka, dan Abdi membantu merekatkan kertas.

Sambil bekerja, Saka yang selalu penasaran bertanya, “Arya, sebenarnya kenapa kamu berubah banyak setelah kecelakaan itu? Kamu jadi lebih tenang dan dewasa, kayak bukan anak kecil lagi.”

Arya terdiam sejenak. Pertanyaan itu sebenarnya cukup sulit untuk dijawab tanpa mengungkapkan rahasia bahwa ia memiliki ingatan dari masa depan. Akhirnya, ia memilih menjawab dengan hati-hati, “Mungkin karena aku nyaris mati waktu itu. Rasanya seperti diberi kesempatan kedua, jadi aku ingin lebih serius menjalani hidup.”

“Serius bagaimana? Bukannya kita masih anak-anak? Hidup ini untuk main-main dulu, baru serius kalau sudah dewasa,” ujar Abdi sambil tertawa.

Arya tersenyum kecil. “Kadang, serius itu penting. Kalau kita tahu apa yang kita mau, kita bisa mulai dari sekarang.”

***

Tak lama kemudian, Mitha datang ke rumah Arya. Gadis itu sudah berganti pakaian dengan baju santai, membawa tas kecil berisi beberapa alat tulis dan buku. Amanda yang sejak tadi menunggu langsung menyambut Mitha dengan antusias.

“Kak Mitha, ayo kita main di belakang. Kak Arya dan teman-temannya lagi bikin layang-layang besar!” seru Amanda sambil menarik tangan Mitha.

Mitha mengikuti Amanda ke halaman belakang. Ketika melihat Arya dan teman-temannya sedang sibuk, ia tidak bisa menahan senyum. “Kalian benar-benar serius bikin layang-layang. Kayaknya seru.”

“Pasti seru! Kalau jadi, kita bisa main di pinggir sungai nanti,” jawab Saka sambil memperbaiki kerangka bambu yang sedikit bengkok.

Mitha duduk di samping Amanda, memperhatikan proses pembuatan layang-layang. Ia sesekali memberikan masukan atau membantu merekatkan kertas. Arya yang awalnya merasa canggung, perlahan mulai merasa nyaman dengan kehadiran Mitha. Suasana sore itu menjadi sangat menyenangkan, penuh dengan tawa dan canda.

***

Sore itu, Arya menyadari bahwa ia tidak hanya memiliki kesempatan untuk memperbaiki masa lalunya, tetapi juga memperkuat persahabatan yang selama ini ia anggap biasa saja. Abdi dan Saka, dua sahabat setianya, ternyata lebih penting dari yang pernah ia sadari. Mereka selalu ada di sisinya, baik di kehidupan sebelumnya maupun sekarang.

Arya juga mulai melihat Salamitha dari sudut pandang yang berbeda. Bukan hanya sekadar cinta monyet, tetapi sebagai seseorang yang memiliki potensi untuk menjadi bagian penting dalam hidupnya.

Namun, di balik semua itu, Arya tahu bahwa ia tidak bisa terlalu lama terlarut dalam kenyamanan ini. Ia memiliki rencana besar untuk masa depan, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarganya. Waktu untuk memulai langkah pertama semakin dekat, dan ia harus mempersiapkan segalanya dengan matang.

***

Malam harinya, setelah teman-temannya pulang, Arya duduk di ruang kerja bersama Sulastri. Ia menceritakan hari-harinya di sekolah dan bagaimana ia merasa lebih nyaman dengan kehidupan barunya. Namun, di sela-sela obrolan santai itu, Arya mulai membahas topik yang lebih serius.

“Ibu, aku pikir kita harus memulai eksekusi rencana kita lebih cepat. Ada banyak peluang yang tidak boleh kita lewatkan,” ujar Arya sambil menunjukkan catatan kecil yang ia tulis.

Sulastri mengangguk, mendengar dengan seksama. “Kita memang harus bergerak cepat. Tapi semuanya butuh persiapan. Langkah awal yang Ibu prioritaskan adalah memperkuat bisnis domestik. Setelah itu, baru kita bicara soal ekspansi internasional.”

Arya setuju dengan pandangan itu. Mereka menghabiskan malam dengan berdiskusi tentang langkah pertama yang harus diambil, sambil memastikan bahwa semua keputusan didasarkan pada perhitungan matang.

Di akhir diskusi, Sulastri menatap Arya dengan penuh kebanggaan. “Arya, Ibu percaya, dengan pengetahuanmu, kita bisa membawa keluarga ini ke level yang lebih tinggi. Tapi jangan lupa, kamu tetap harus menjalani masa kecilmu. Nikmati waktumu bersama teman-temanmu. Itu juga bagian dari kehidupan.”

Arya tersenyum. “Iya, Bu. Aku akan mencoba seimbang.”

Dengan itu, malam mereka berakhir, tetapi Arya tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai. Besok adalah hari baru, dan langkah pertama dari rencana besar mereka akan segera dimulai.

1
RidhoNaruto RidhoNaruto
buat game coc bang 👍😁
RidhoNaruto RidhoNaruto
up bang.
RidhoNaruto RidhoNaruto
up bang
RidhoNaruto RidhoNaruto
👍
Ozie
awal cerita yang memerlukan banyak gelas kopi...
kopi mana kopi....lanjuuuuttt kaaan Thor.....hahahahhaa
thalexy
Aku bener-bener kagum, teruslah menulis thor!
Sri Sudewi
lanjut thor
Kuyung Agung: Terima kasih. tolong baca terus sampai tamat dan jangan lupa sarannya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!