Novel ini lanjutan dari Antara Takdir dan Harga Diri. Bagi pembaca baru, silahkan mulai dari judul diatas agar tau runtun cerita nya.
kehilangan orang yang paling berharga di dalam hidup nya, membuat Dunia Ridho seakan runtuh seketika. Kesedihan yang mendalam, membuat nya nyaris depresi berat hingga memporak porandakan semua nya.
Dalam kesedihan nya, keluarga besar Nur Alam sedang bertikai memperebutkan harta warisan, sepeninggal Atu Nur Alam wafat.
Mampu kah Ridho bangkit dari keterpurukan nya?.
silahkan simak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hafizah diCulik.
Yuanchi Juan membuka lembaran awal dari kiri ke kanan Al-Qur'an tafsir itu, dan membacakan arti dari surah Al Ikhlas.
"Katakan Allah itu Esa, esa disini maksud nya adalah satu satu nya kekuasaan tertinggi, kekuasaan tunggal, dialah pemegang kekuasaan tunggal tertinggi di seluruh jagat raya ini, tidak ada satu kekuasaan pun yang setara atau mampu menandingi kekuasaan nya" ujar neng umi Habibah menjelaskan.
"Itulah tujuan saya belajar memahami isi kandungan dari Al-Qur'an ini ustadzah!" ujar Yuanchi Juan.
"Baiklah adik, bagai mana jika saya panggil adik saja, kan usia nya jauh dibawah saya, Alqur'an itu firman Allah yang di turunkan untuk seluruh umat manusia lewat Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa salam, karena Nabi Muhammad itu buta huruf tidak bisa baca tulis, maka yang menuliskan nya ya para sahabat, sambil di hapal, karena di turunkan nya lewat bahasa Arab dan mempergunakan huruf Arab, maka dipakai kaidah bahasa Arab yakni membaca dari kanan ke kiri" ujar umi Habibah mulai menjelaskan apa itu Al Qur'an dan tata cara belajar Al Qur'an.
"Bisakah saya minta jadwal pribadi ustadzah?" tanya Yuanchi Juan.
"Boleh saja adik, saya ada waktu kosong sekitar Sabtu sore lepas Zuhur, bagai mana?, apa sekalian belajar huruf Arab nya, biar bisa baca bacaan asli nya seperti apa bunyi nya, sambil belajar tafsir nya?" tanya neng umi Habibah menawar kan.
Dengan perasaan gembira, Yuanchi Juan mengiyakan waktu pertemuan rutin mereka setiap Minggu nya.
Bagi neng umi Habibah, ingin mengetahui isi kandungan dari Al-Qur'an itu saja sudah merupakan satu hidayah bagi orang itu, semoga kelak berlanjut ke jenjang selanjutnya.
Selesai belajar arti tafsir Al-Qur'an itu, Yuanchi Juan pulang ke apartemen mewahnya saat hari menunjukan pukul lima sore.
Setelah meletakan Kitab Al-Qur'an tafsir di tempat yang agak tersembunyi, Yuanchi Juan segera menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh nya.
Selesai mandi, dalam kesendirian nya, pikiran nya kembali melayang pada wajah cantik dan tampan sepasang anak remaja kembar itu.
Rasa ingin mendengar suara celotehan dara itu, kembali menyeruak di dalam dada nya.
Sementara itu, di rumah kontrakan nya, Ridho baru saja menyelesaikan sholat magrib berjamaah nya.
"Papah!, besok kan hari Sabtu, apa kita tidak menjenguk kakek?" tanya Syafiq.
Untuk beberapa waktu, Ridho tertegun mendengar ucapan dari putra bontot nya itu.
"Papah juga kangen sama kakek kalian, terutama eyang kalian, tetapi untuk waktu sekarang, rasa nya tidak tepat kita menyatakan diri kita memiliki keluarga dekat di kota ini, kasihan mereka kalau terseret masalah kita, seperti nya ada yang mengincar keselamatan kita nak, untuk sementara waktu, biarlah orang lain tahu nya kita empat orang anak beranak yang hidup mengontrak dan papah bekerja sebagai mekanik di bengkel mobil, itulah mengapa papah melarang kalian bercerita kepada siapapun juga tentang diri kita, takut mereka terseret masalah kita!" ujar Ridho menjelaskan kepada putra putri nya.
"Tadi sore Tante cantik itu datang lagi pah!" adu Syafiq si bontot kepada papah nya.
"Dasar mulut ember si Syafiq ini, apa aja dibilangin sama papah!" ucap Hafizah marah pada adik kembar nya itu.
"Ngapain sih kak, pakai rahasia rahasia an sama papah sendiri, kan dosa kak!" bantah Syafiq.
"Syafiq!, bukan rahasia rahasia an, tetapi kasihan papah terlalu banyak yang di pikirkan, kalau papah sakit bagai mana?" Firdaus memberikan pengertian kepada adik bontot nya itu.
Ridho menatap kearah ketiga putra putri nya itu, ada rasa rawan di dalam hati nya, "bagai mana anak anak nya bila tiba tiba dia dipanggil oleh sang maha kuasa?" .
"Apa yang dilakukan oleh Tante itu?" tanya Ridho.
"Dia ingin berteman dengan Fizah saja pah, kata nya dia suka sama Fizah dan Syafiq, awal nya dia ingin jadi mamah nya Fizah dan Syafiq, tetapi Fizah tidak mau, bukankah jika dia ingin menjadi mamah Fizah dan Syafiq, dia harus menikah terlebih dahulu dengan papah?" ujar Hafizah.
Ridho termenung mendengar perkataan putri nya itu, bayangan Anastasya langsung melintas di pelupuk mata nya.
Jujur saja, hingga sekarang dia belum mampu menepis bayangan Anastasya dari relung ingatan nya, rasa nya wanita itu tidak mungkin tergantikan oleh siapapun juga.
"Papah belum ada niatan mencari pengganti mamah kalian, dia wanita terbaik yang papah miliki, mungkin selama nya tak akan tergantikan oleh siapapun juga!" ucap Ridho sambil membuang tatapan nya kearah lain, dia tidak ingin putra putri nya tahu jika ada air mata yang berlinang di kedua pipi nya.
"Tasya!, lihat suami mu ini, teramat berat aku melangkah tanpa kehadiran mu di samping ku, Dunia ku terasa teramat sepi tanpa diri mu, aku sudah hancur berkeping keping, menantikan saat dimana kau datang menjemput ku, aku benar benar sakit menahan beban kerinduan ku yang tak akan pernah lagi bisa ku curahkan!" jerit batin Ridho Melangkah keluar rumah kontrakan, duduk di teras bersandar ketembok, seraya beberapa bulir air mata nya lolos begitu saja di pipi nya.
Kerinduan yang paling berat adalah rindu dengan orang yang tak mungkin bisa kita temui lagi.
Meskipun sudah berbilang bulan berlalu, namun kerinduan dihati Ridho tidak pernah usai, rindu yang yang tak pernah berujung pertemuan lagi.
"Kenapa engkau meninggalkan aku sendirian sayang, lihat suami mu ini sayang, terseok jatuh dan tenang, meskipun aku berusaha tegar bangkit berdiri, namun aku tetap hancur!" keluh Ridho bersandar ke tembok rumah, air mata nya berlinang.
Saat saat seperti ini, putra putri nya ingin menghibur sang papah, namun mereka tidak punya keberanian sedikit pun juga.
Firdaus memeluk tubuh kedua adik nya, hati nya turut hancur melihat kehancuran papah nya.
"Mamah!, beri Firdaus kekuatan menghadapi hidup ini, kami benar benar hancur tanpa mamah!" ratap remaja kecil itu dalam hati.
Disetiap doa doa nya setelah selesai sholat, dia menghiba memohon belas kasihan Allah, agar menguatkan hati papah nya menghadapi ujian hidup yang sangat besar ini.
"Ya Allah, angkat papah dari lembah kehancuran ini, kembalikan papah kami seperti dahulu, papah yang ceria penuh canda tawa!" pinta Firdaus disetiap doa doa nya.
Satu bulan berlalu sudah semenjak kejadian menimpa Hafizah dan Syafiq waktu itu.
Pria pria yang mengejar saat itu tidak pernah nampak lagi batang hidung nya.
Semua nya kini berjalan sebagai mana biasa nya lagi.
Yuanchi Juan masih rutin belajar Al-Qur'an tafsir dengan umi Habibah, bahkan kini dia belajar membaca iqra sebagai dasar awal belajar huruf Arab.
Namun kini satu hal yang menjadi kebiasaan baru Yuanchi Juan, dia tidak akan ke kantor nya sebelum melihat sepasang anak remaja kembar itu masuk ke sekolah nya, dan sebelum pukul tiga sore, dia sudah standby di dekat gang sekolah untuk melihat remaja kembar itu pulang sekolah.
Tetapi untuk datang menghampiri kedua nya, dia masih belum mempunyai keberanian lagi, tatapan dingin Ridho membuat nya berasa ngeri dan bergidik melihat nya.
Sama seperti sore ini, dia masih menatap kedua anak remaja kembar itu secara diam diam dari dalam mobil nya, tersenyum melihat tingkah sepasang anak remaja kembar itu.
Kedua kakak beradik itu berlari kecil keluar dari gang tempat sekolah mereka berada.
Beberapa pedagang asongan yang berjualan didepan sekolah itu sudah kenal betul dengan sepasang anak remaja kembar ini.
Hafizah nampak berlari terlebih dahulu keluar dari gang, di susul oleh Syafiq dari kejauhan sambil berteriak memanggil sang kakak agar menunggu nya.
Namun Hafizah pura pura tidak mendengarkan teriakan dari adik nya itu.
Hingga tiba tiba sebuah mobil berhenti mendadak di depan dara cantik itu.
Dua orang Pria paro baya bertubuh tinggi besar keluar, dan dengan tiba tiba menangkap tubuh Hafizah yang kecil serta membawa nya masuk ke dalam mobil.
Yuanchi Juan Juan terkejut bukan main melihat kejadian itu.
Dengan gerakan tergesa gesa dia menjalankan mobil nya mengejar mobil yang membawa Hafizah itu.
Saat tiba di depan gang, dia melihat Syafiq yang berteriak teriak memanggil kakak nya.
Yuanchi Juan segera menghentikan mobil di depan remaja itu. "ayo cepat naik!" teriak nya sembari membukakan pintu depan mobil nya.
Saat melihat siapa yang berada didalam mobil itu, Syafiq segera masuk kedalam nya.
"Cepat kejar mobil itu Tante, mereka menculik kakak!" teriak Syafiq dengan panik.
"Tenang lah nak!, jangan panik, mereka tidak akan bisa cepat juga, karena jalanan saat ini sangat padat!" ucap Yuanchi Juan berusaha menenangkan remaja kecil itu.
"Tapi mereka menculik kakak tante!" ucap anak remaja itu panik.
"Iya, iya, tetapi kamu harus tenang dulu, jangan berteriak terus, atau kita jadi perhatian orang nantinya, yang ada bukan nya kita menyelamatkan kakak, malahan Tante yang dikira menculik kalian!" ujar Yuanchi Juan terus mengemudikan mobil nya membuntuti mobil penculik itu dari belakang.
Ternyata di dalam mobil itu ada empat orang pria paro baya yang bertubuh tinggi besar dengan aksen inggris yang kaku.
"Cepat Jack! Ada mobil Pajero yang membuntuti kita!" ucap seorang pria bernama Jimmy yang duduk di samping Jack yang memegang kemudi mobil itu.
"Hei kau tidak lihat jika lalulintas sekarang sedang padat padat nya tolol!" bentak Jack yang sedang memegang kemudi mobil.
"Bagai mana jika mobil itu ku tembak saja Jack?" tanya Nicholas yang duduk di belakang mengapit tubuh Hafizah dengan Joe di kiri dan kanan nya, seraya mengeluarkan pistol nya.
"Goblok!, ini bukan negeri gangster, kau tidak bisa sembarangan dat der dor di jalanan, bisa bisa polisi satu kota ini mengejar kita, dan kita akan tewas di negeri ini, tahu?" jawab Jack kesal sambil mengemudikan mobil nya zig zak di jalanan yang macet luar biasa itu.
Hingga akhirnya mereka tiba di perempatan lampu merah, tempat ratusan mobil terperangkap kemacetan jalan raya saat itu.
...****************...