Sebuah pernikahan dari kedua konglomerat terpengaruh di negara Willow. Keluarga Edvane yang menjadi keluarga terkaya kedua di negara itu, mempunyai seorang putri pertama yang bernama Rachel Edvane. Dia gadis sederhana, suka menyembunyikan identitasnya agar bisa berbaur dengan masyarakat kalangan bawah, Cantik, Mandiri, dan seorang atlet beladiri professional namun karena masa lalu yang buruk, dia tidak pernah mempercayai pria lain lagi samapi dia dipaksa oleh ayah nya (Rommy Edvane) untuk menikah dengan Putra pertama keluarga Asher yang dimana keluarga paling kaya dan paling terpengaruh di negara Willow. Namanya Ayres Asher, di depan keluarganya Ayres seorang anak yang sangat berbakti, baik hati serta sangat tampan. Namun nyatanya, diluar itu dia adalah pria nakal, playboy dan suka foya-foya dan gila perempuan, Rachel yang mengetahui sifat Ayres tidak tinggal diam. Rachel memutuskan untuk tetap menikah namun diam-diam memberi syarat-syarat tertentu pada pernikahan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tina Mehna 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 9. TMPP
“Uhh kalau ini sama ini di gabung, bisa-bisa jadi pagelaran mewah, emm tidak tidakk.. kalau mewah nanti akan semakin banyak pengeluaran. Hmm.. bagaimana ya?” Ku masih fokus dalam dunia maya.
Tiba-tiba saja, notifikasi pada laptop ku muncul. Notifikasi itu mengarahkan pada sebuah media social Insta. Ku klik dan masuk kedalam akun ku.
@Ayresasherreal telah mengikuti anda.
Setelah itu, aku klik akun nya itu dan melihat postingan nya yang sangat berbeda dari yang ku lihat kemarin. Aku juga melihat pengikutnya yang sangat banyak melebihi selebriti.
“ Dih, 70 juta pengikut. Pasti orang sebanyak itu sudah terhipnotis. His.. kenapa harus mengikuti segala sih? Hmm.. ku hapus. Papa, mama, dan adikku saja ku hapus apalagi kamu. Ku blokir sekalian saja” Gumam ku sambil menghapus social medianya.
Ku klik blokir pada tulisan bawahnya. “Oke, hehe.” gumam ku sambil terkekeh.
Pagi hari nya tepat pukul 6 pagi, aku keluar dan masuk kedalam gym sebentar.
“Nona, Saya mau memberitahu kalau tuan muda Asher nanti akan mampir ke sini.” Ucap salah seorang pelayan.
“Haah? Apa? Kamu bilang apa?” ku tak mendengarnya karena telingaku tersumpal headset.
Ku menghentikan treadmill yang sedang ku pakai.
“Nona, Tuan muda Asher akan datang kemari.” Ulang nya memberitahu ku.
“Untuk apa lagi dia datang?”
Seketika aku teringat akan hal yang sangat ingin ku bicarakan dengan pria itu.
“Saya kurang mengetahui itu nona,”
“Jam berapa dia datang?”
“Katanya kisaran jam makan siang nona,”
Aduh, bagaimana ini? ku tak bisa. Aku harus segera berangkat ke sekolah, yang lainnya pasti sudah menunggu ku. Ah, masih ada kesempatan lain, pokoknya sebelum pernikahan pria itu harus setuju dengan semua syarat ku.
“Emmm, kalau begitu sebaiknya kamu beritahu papa saja. Kenapa beritahu aku?”
“Baik nona, saya akan beritahu tuan dulu, permisi.”
Karena ku rasa cukup, aku sudahi pemanasan ku dan meninggalkan ruang gym. Ku mampir sebentar ke dapur untuk mengambil sebotol air mineral dingin.
“Hhmm segarnya..”
Setelah minum, ku lirik waktu yang menunjukan bahwa aku harus bergegas berangkat.
Ku berlari cepat menuju ke kamar untuk mandi dan bersiap-siap. Setengah jam kemudian, ku siap dengan hoodie oversize ku dan juga celana jeans kesukaan ku.
“Nona, anda mau kemana?” Tanya Ammy yang melihat ku di koridor sebelum keluar dari pintu rumah.
“Ke sekolah, seperti biasa.” Jawab ku dengan tersenyum.
“Baiklah nona, apa saya perlu membuatkan bekal?”
“Nggak usah, sudah ya. bye..”
“Nona, apa anda tidak berpamitan dengan tuan dan nyonya?”
“Em, aku minta tolong padamu Ammy sampaikan pada mereka aku sedang buru-buru.. bye..”
Ku sengaja melakukan itu, kalau ku bertemu dengan mereka, pasti mereka akan melarang ku keluar. Ini adalah acara penting setiap tahun, ku tak mau melewatkannya lagi. Tahun lalu, hari guru di sekolah yang ku dirikan bersama kawan ku sama sekali tak merayakan apapun, aku ingin tahun ini dirayakan dengan meriah hingga bisa memberikan sisi positif untuk anak-anak didik ku agar lebih bersemangat lagi dalam belajar dan meraih cita-cita. Kemiskinan tidak boleh menyentuh cita-cita tinggi dan mulia mereka.
Ku berjalan seperti biasa menuju sekolah tempat ku berbagi ilmu dengan anak-anak yang kurang beruntung. Sampai di sana, aku seperti biasa mengajar mereka dengan gembira.
Beberapa jam kemudian,
Tuuuuuutt...
Ku merasakan getaran ponsel di saku celana ku.
“Sebentar ya anak-anak..”
“Oke kaa…”
Ku merogoh dan mengangkat telpon yang ku lihat dari Mama.
“Halo ma?”
“Rachel? Kamu keluar? Kamu tidak tau kalau calon suami kamu kemari? Ayres sudah berulang kali menelpon kamu tapi nomer kamu tak tersambung”
“Em, bukannya dia berkunjung mau bertemu dengan papa? Rachel matikan telponnya ma tadi, Emmm ma, maaf Rachel hari ini agak sibuk ma,”
“Loh, bagaimana ini? Ayres sudah ada di sini?”
“Tinggal pulang ma kan beres,”
“Tidak apa-apa ma, kalau Rachel sudah pergi ya sudah.” Ku dengar suara pria itu.
“jangan begitu nak, kamu sudah jauh-jauh datang kemari. Maaf ya, Rachel itu memang keras kepala. Dia sesekali seenaknya sendiri.”
“Tidak apa-apa ma, tenang saja. Em, kalau boleh tau dimana Rachel mengajar ma?”
“Oh, iya bagaimana kalau kamu nyusul saja ke sana. Di Sanggar loka ..”
“Maa.. tidak, tidakk.. jangan di beritahu..” Ucap ku dengan keras sedikit.
“Loh kenapa sayang?”
“Tidak! Jangan ke sini! Awas saja kalau ke sini.”
“Hahaha,” aku malah mendengar dia tertawa.
"Aneh sekali." Gumam ku.
“Hemmm, Ayres. Maafkan Rachel ya nak, dia pasti hanya panik saja. Dia tidak suka orang menggangu nya. Mama saja pernah ingin kesana tidak di perbolehkan.” Jelas mama pada pria itu.
“Hahaha, lucu sekali. Pasti wajahnya saat ini merah ya ma?” lanjutnya membuatku mengernyitkan dahi.
“Aneh.. Apan sih . Apaan yang lucu.” Ucapku dengan berbisik.
“Ma, sepertinya Rachel sangat malu bertemu dengan ku ya ma?”
“Hahah mungkin saja. Dia ini memang nggak pernah sekali pun mama lihat dekat-dekat dengan laki-laki. Ya, mungkin begitu ya.”
Kenapa dia berfikir seperti itu? Percaya diri sekali pria itu? Aku sama sekali tak mengijinkan keluarga ku kemari karena ku tak ingin semua kawan-kawan dan masyarakat disini tau kalau aku putri keluarga kaya. Aku tak enak dengan sebuah sanjungan yang berlebihan ketika masyarakat sini mengetahui itu.
“Ya sudah ma, kalau begitu besok lagi saja Ayres kemari. Sekalian jemput Rachel.”
“Jemput? Jemput apa? Untuk apa?” ucapku penasaran.
Namun setelah berulang kali ku bertanya, rupanya telpon itu sudah terputus.
“Loh, dimatiin? Hmm, mau di bawa kemana aku besok? Pria aneh..”
Selepas itu ku lanjutkan lagi mengajar anak-anak, beberapa jam kemudian masih di tempat yang sama aku dan kawan-kawan ku berkumpul dan membahas mengenai acara yang akan kami adakan. Kami juga sempat berpindah tempat ke sebuah kafe untuk berdiskusi mengenai hal ini.
Lupa waktu, kami berdiskusi hingga malam hari. Sekitar di jam 9 malam, kami pun memutuskan untuk mengakhirinya.
“Jadi, jadi ini fix ya?” Ucap Celine.
“Ya, begitu saja. Di tambah lomba baca puisi dan lomba kerajinan saja, gimana?” sambung Diana.
“Oke ini fix ya.” Jawab ku.
“Ya fix” ucap mereka ber lima lagi.
Selesai itu, Kami berpamitan pada masing-masing, berpelukan dan keluar dari kafe lalu kami pun berpencar menuju ke rumah masing-masing. Mereka ber 5 ke arah timur karena rumah mereka sedikit berdekatan. Sedangkan aku, ke arah barat sendirian.
Aku tutup kepalaku dengan tudung hoodie ku, berjalan melewati pertokoan hingga bar yang semakin ramai pengunjung. Ketika melewati sebuah bar yang sangat terkenal di kota. Aku sungguh tak nyaman melewati bar ini namun karena jalan satu-satunya. Aku terpaksa melewatinya.
“Bau alkoh*l, hmmm. Lebih baik aku lari saja.” Aku berlari dengan cepat agar bisa cepat melewati bar itu.
Namun ku tak tau entah muncul dari mana, tiba-tiba saja aku menabrak seseorang.
Brukkk..
Aku sedikit terpental dan akan terjatuh ke aspal. Namun untung saja aku cukup bisa menyeimbangkan tubuhku.
“Sayang?” Ku mendengar suara yang familiar.
Bersambung...