Mika dan Dena dua teman masa kecil yang dipertemukan kembali lewat dunia yang nyatanya tak seluas itu, dikehidupan berikutnya keduanya malah kembali menjadi musuh dalam selimut dan lupa dengan identitas satu sama lain dimasa lalu, siapakah yang akan sadar duluan dengan hubungan lama mereka, atau justru keduanya malah tak akan pernah ingat dan kenangan manis dulu hilang lenyap begitu saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chacasdks, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yang Jatuh cinta dan Yang Patah hati
Rintik hujan sudah berhenti sepenuhnya, buat beberapa individu yang tengah meneduh akhirnya bisa melanjutkan perjalannya kembali, pun sama dengan kawan Dena yang akhirnya tiba dan tengah duduk satu meja dengannya. Namanya Bia, kawan lama yang sejak tadi Dena tunggu, keduanya sudah kenal cukup dekat sejak masih di taman kanak-kanak, buat mereka lambat laun perlahan terlihat mirip bak saudara.
"jadi kapan nyusul?" pertanyaan Bia mendapat tatapan maut dari Dena, perempuan itu lagi-lagi menanyakan hal yang kadang berhasil menyenggol egonya, namun pertanyaan seperti ini bukanlah hal asing baginya, Dena sudah pandai merangkai kalimat agar dirinya selamat "umur ku masih muda Bi, lagi pula masih banyak hal yang mau aku lakukan, kamu fokus saja lah sama pesta mu, oh iya makanannya yang enak ya" kan, Dena bisa dengan lancar membalasnya.
Bia memutar bola matanya malas, kalimat ini selalu saja ia dengar sejak dirinya dan Dena masih kuliah sampai sekarang, bahkan disaat dirinya kini sudah menebar undangan Dena masih tetap pada pendirian, "lo tuh gak usah sok mandiri deh Na, semua manusia itu butuh pendamping, dunia ini terlalu besar buat lu nikmati sendiri" ujar Bia gemas, sebab Dena masih enggan untuk membuka hati. Dan Bia selalu sadar diri.
Dena hirup uap dari secangkir coklat panas yang ia baru pesan, kalimat Bia yang selalu sama juga ia biarkan lewat begitu saja dari kedua telinganya, Dena lantas seruput pelan coklat panas itu pelan-pelan, rasa manis yang pas dan juga hangat buat dirinya tersikap, karena dalam seumur hidupnya baru kali ini ia memesan minuman hangat selain kopi. "aku baru tau deh Bi kalo coklat panas enak" Bia menggeleng lagi, sebab nasihatnya malah dibalas pujian terhadap minuman.
"gue ngomong panjang lebar dan balasan lo malah itu Na?" ucap Bia agak dramatis, mengundang kekehan pelan Dena, setidaknya Bia selalu bisa membuat Dena sedikit tertawa ditengah hiruk pikuk kehidupan. "aku dengerin loh Bi, lagian kamu mau aku jawab apa?" Bia diam mendengar balasan Dena, kali ini Dena menang lagi, Bia menghela nafas dan mengalihkan pandangan pada coklat panas yang Dena pesan.
"sejak kapan suka coklat Na? Bukannya kamu anti yang manis-manis?" pertanyaan Bia malah buat Dena tersenyum, Dena sendiri tak tahu apa yang terjadi dengannya, tentang jawaban mengapa ia memilih duduk dimeja yang sama dengan Mika, dan juga tentang mengapa ia mulai ingin mencoba rasa manis yang selama ini selalu ia hindari. "katanya coklat disini enak Bi" balas Dena singkat, mata Bia memicing curiga mendengar balasan Dena, bukan sebab jawabannya, hanya saja pria itu nampak salah tingkah ketika menjawabnya.
"kata siapa?"
"kata anak murid ku"
Bia ber- oh ria, ia paham sekarang, mengapa Dena belakangan ini seolah lebih bodo amat dengan ucapannya, Bia paham sekarang, paham dengan kehadiran secangkir gelas kosong yang sudah ada sebelum dirinya datang, dan ia paham dengan kalimat "katanya" yang lebih didengar dibanding dirinya. Paham jika sebentar lagi ia akan patah hati, lagi. "lo lagi naksir anak murid lo itu ya Na?" tembak Bia langsung, sebab ia malas jika harus disuruh menebak dan menunggu lagi. Dena tak menjawab verbal, anggukan kecil disertai senyuman manis yang selalu Bia sukai itu sudah cukup jelas memberinya jawaban.
"sejak kapan? kok lo gak pernah kasih tau gue sih Na?"
"kita kan punya kehidupan masing-masing Bi, lagian lu juga sibuk dengan acara nikahan nanti, doain aja ya semoga gue bisa segera nyusul"
Oh iya, ia lupa jika keduanya kini punya kehidupan pribadi, keduanya sudah cukup dewasa untuk tau jika ada batas diantara mereka, keduanya bukan anak sekolah lagi yang masih harus bertukar cerita, Bia lupa jika keduanya masih dan akan selalu punya batas yang tak akan pernah lepas.
Senyum Bia merekah dengan anggukan yang mengaminkan, meski dalam hatinya ada sedikit perasaan getir mendengar hati teman lamanya itu sudah terisi, sebab bagaimanapun bagi Bia, Dena selalu punya tempat tersendiri dihatinya. "pasti Na, pasti gue doain" ujar Bia masih dengan senyum cantiknya tapi tidak dengan hatinya. Dari tempatnya duduk, Dena memang terlihat lebih bahagia dari biasanya, jatuh cinta memanglah hal menyenangkan, harusnya Bia juga ikut bahagia bukan?
"ceritain dong soal murid kesayangan lo itu, gue mau denger" pancing Bia antusias, matanya dapat menangkap ekspresi Dena yang nampak malu dan senang, raut wajah Dena tak dapat berbohong, pria itu sungguh bahagia.
"mau denger? serius?"
"mau! ayo omongin murid lo itu gue mau denger!"
Alih-alih menolak dengan jujur, Bia malah menjalankan peran sebagai teman dengan profesional, Bia memasang telinga dan perhatiannya untuk Dena, tak ingin melewatkan sedikitpun tentang perempuan yang namanya Dena masih sensor itu, meski di dalam hatinya ada perasaan aneh yang menyentil.
Kejutan yang semesta berikan memang tak akan pernah bisa ditebak, awalnya Bia hanya ingin beri undangan pernikahan untuk Dena, selain itu ia juga ingin jujur akan perasaannya pada Dena, ia ingin tahu apakah Dena juga punya atau sempat memiliki perasaan yang sama dengannya, namun ia malah dipersilahkan mundur dengan sendirinya, mundur tanpa perlu memberikan penjelasan apapun, sebab pemilik cangkir kosong sudah datang terlebih dahulu dari dirinya, dan Bia terima akan coba terima itu.
Memberikan seluruh perhatian dan perasaan pada seorang yang tak punya keduanya untuk kita sudah menjadi hal biasa untuk Bia. Terima Kasih Dena.
cukup follow me.. Thank you.