Rizki Bayu Saputra adalah seorang anak yang di besarkan oleh kakeknya yang merupakan pensiunan angkatan bersenjata.
Sebelum Kakeknya wafat dia telah menitipkan amanat bahwa dia harus mencari sebuah kebenaran di salah satu kota besar di negara tersebut.
apakah Rizki mampu menyelesaikan amanat mendiang kakeknya?
serta mendapatkan kebenaran tentang semuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Frans Teguh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluarga Saputra
Bagas pun dengan perasaan senang segera menuju kearah halaman depan rumahnya.
Bagas sangat bersyukur bahwa dia dapat menyambut keponakannya.
Selama berjalan Bagas melewati beberapa penjaga di area rumahnya.
Semua penjaga pun heran melihat tuan mereka berjalan dengan senyum sumringah seperti orang yang sangat bahagia.
“apa itu benar tuan Bagas?!” tanya salah seorang penjaga yang heran.
“selama aku bekerja untuknya baru kali ini tuan Bagas terlihat sangat bahagia!” ucap salah seorang penjaga yang lain.
“itu benar, apa ada kabar baik yang akan datang?!” tanya salah seorang penjaga.
Bryan yang baru keluar dari ruangan kerja Bagas pun mendengar semua pertanyaan penjaga itu.
Memang benar selama ini sangat jarang melihat tuannya itu bersikap seperti sekarang ini.
Apalagi semenjak insiden yang menewaskan kakaknya.
Bagas hanya fokus untuk mengungkap siapa pelakunya itu.
Meskipun Bagas adalah salah satu orang yang cerdas dalam menyusun strategi.
Dan memiliki koneksi baik lingkaran ilegal ataupun legal.
Tapi semuanya belum cukup untuk mengungkapkan misteri kematian kakaknya.
“kalian tidak perlu heran dengan tuan Bagas!" ujar Bryan kepada para penjaga.
"tolong sampaikan kepada juru masak, untuk memasak makanan yang enak!" Perintah Bryan kepada penjaga.
"karena kita akan kedatangan tamu!” ujar Bryan dengan cepat.
Para penjaga pun terkejut dengan ucapan saudara Bryan yang berkata dengan tiba tiba.
Dalam kebingungan mereka, akhirnya ada salah seorang yang berani mengajukan pertanyaan.
“siapa tamu itu?!” tanya salah seorang penjaga.
“kalian tidak perlu tahu, cepat sampaikan kepada juru masak!” perintah Bryan kepada ketiga penjaga itu.
Semenrara itu di luar gerbang Rizki dan Ernest masih saja bertengkar tentang masalah mengintai.
Rizki yang ingin tahu siapa yang menyuruh Ernest.
Untuk mengikutinya selama dua hari.
Sedangkan Ernest pun tidak ingin memberitahunya.
Bagas saat berdiri di halaman rumahnya pun tertawa dengan kejadian ini.
Bagas merasa bahwa hal ini merupakan hal yang sangat lucu baginya.
“apa yang sedang kalian lakukan?!” teriak Bagas dengan keras.
Rizki dan Ernest yang mendengar teriakan itu pun terkejut.
Melihat kedatangan Bagas membuat Ernest panik dan takut jika Bagas akan marah kepadanya.
Sedangkan Rizki yang melihat kedatangan Bagas hanya tersenyum dan melambaikan tangan.
Bagas yang melihat Rizki melambaikan tangan hanya tersenyum dengan semua keadaan ini.
“ada apa kalian bertengkar di halaman rumah orang lain?!” tanya Bagas kepada Ernest dan Rizki.
“maafkan saya tuan, anak muda ini datang dan mengganggu saya!” ucap Ernest dengan sopan.
“ehh tidak seperti itu paman, aku sudah dua hari ini selalu di ikuti oleh dia!” ujar Rizki menjelaskan.
“aku ingin tahu siapa yang menyuruhnya jadi aku mengikutinya sampai sini!” tambah Rizki dengan percaya diri.
Bagas yang mendengar hal itu pun tertawa dengan keras seolah olah itu adalah hal lucu.
Banyak pengawalnya yang heran dengan prilaku tuannya itu.
Menurut mereka tuannya telah bersikap aneh karena menertawakan bawahannya.
Apalagi saudara Ernest belum pernah gagal dalam hal mengintai.
Selain itu mereka juga baru kali ini melihat tuannya tertawa sampai keras seperti tadi.
Sedangkan Bryan yang melihat dari kejauhan hanya menggelengkan kepalanya.
Melihat kelakuan dari tuannya itu.
“hei apa aku tidak salah lihat?!” ujar salah seorang pengawal.
“aku juga merasa seperti bermimpi, sudah lama kita tidak melihat tuan Bagas seperti saat ini!” ujar salah seorang pengawal lainnya.
Bagas yang biasanya terlihat selalu memasang raut wajah serius.
Tapi kali ini terlihat sangat berbeda dengan Bagas yang banyak pengawalnya kenal.
Entah karena kejadian kelam yang telah menimpa keluarganya.
Yaitu saat kakak dan kakak iparnya ditemukan tewas karena sebuah tragedi berdarah yang memakan banyak korban jiwa.
Hingga akhirnya dia pun hidup sebatang kara dengan semua kekayaan keluarga Saputra.
Bagas pun datang menghampiri mereka berdua.
“bukan kah kita bertemu lagi?!” tanya Bagas kepada Rizki.
Rizki yang awalnya tidak sadar bahwa Bagas adalah orang yang ditemui nya secara tidak sengaja di parkiran Grand Mall Nozel.
Akhirnya menyadari setelah melihat tangan Bagas yang sedang di gips karena telah menahan tendangannya.
“ahh apa kah paman orang yang tidak sengaja terkena tendangan ku waktu itu?!” tanya Rizki dengan aneh.
“benar sekali, nama ku adalah Bagas!” ujar Bagas dengan mengulurkan tangannya.
“namaku Rizki Bayu Saptura!” jawab Rizki dengan menjabat tangan Bagas.
"apa paman Bagas yang menyuruh paman ini untuk mengintai ku?!" tanya Rizki tiba tiba.
Bagas pun mengangguk membenarkan pertanyaan Rizki.
“kenapa paman ingin mencari tahu sesuatu tentang aku?!” tanya Rizki yang penasaran dengan Bagas.
“sebelum aku jelaskan lebih baik kita masuk kedalam, karena saat ini sudah masuk jam untuk makan siang!” ajak Bagas kepada Rizki dan Ernest.
"apa kau ingin makan bersama kami?!" tanya Bagas kepada Rizki.
"jika kau bersedia silahkan ikuti aku!" tambah Bagas yang berjalan meninggalkan Rizki dan Ernest.
Rizki yang memang sudah merasakan lapar.
Akhirnya berjalan mengikuti Bagas dengan perlahan.
“baiklah akan ku terima ajakan paman!" jawab Rizki yang menyetujuinya.
"huh setidaknya uang saku ku tidak berkurang!” gumam Rizki yang berjalan dibelakang Bagas.
Rizki saat masuk kedalam rumah Bagas pun tercengang dengan bagusnya arsitektur setiap sudut rumah Bagas.
Gaya klasik yang terkesan sangat elegan.
Membuat semua orang yang baru pertama menginjakan kaki di rumah ini.
Akan merasa nyaman dengan semua pemandangan dan keindahan ini.
Rizki yang sedari tadi terkesima dengan kemewahan rumah Bagas.
Hanya berdiam diri menikmati semua kemewahan arsitektur rumah Bagas.
Lalu tiba tiba mata Rizki berhenti saat melihat lukisan pantai yang sangat indah.
Bagas yang melihat bahwa Rizki sedang memperhatikan lukisan mendiang kakaknya menjadi kembali tersentuh secara emosional.
Meskipun begitu Bagas berusaha tetap tenang dan tersenyum.
Karena bagaimana pun saat ini keponakannya sudah kembali kerumah dan berada dalam pengawasannya.
“apa kau menyukai lukisan ini?!” tanya Bagas dengan ramah.
“lukisan ini sangat indah, namun pelukis yang membuat lukisan ini terkesan seperti sedang meluapkan emosinya!” ujar Rizki yang membuat Bagas terkejut.
tdi bagi tugasnya masing-masing 30 org, berarti total ny 120 tambah pemimpin jadi 124 orang lah
jadi lanjut baca saja, Kalo ceritanya sudah sudah tidak menarik baru.... Permisi Selamat tinggal...