cintanya yang terhalang restu dari wanita yang membesarkannya sedari kecil membuatnya harus melepaskan gadis yang teramat di cintai
Haikal Pramana seorang lelaki yang begitu penurut juga menyayangi ibunya harus bergelut dengan pilihan antara ibunya dan Maira
masa lalu Rima membuatnya lebih mementingkan egonya dari pada hatinya
Haikal dan Maira mencoba mempertahankan juga mendapatkan restu dari Rima
tapi Rima pun menghadirkan Diana di antara mereka
siapakah yang akan di pilih Haikal nantinya
cintanya ataukah menuruti kemauan ibunya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon melukismimpi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dimana kamu mas
Maira cemas menunggu kabar dari Haikal, tak biasanya kekasihnya itu tak ada kabar. Dari sejak mengantar nya pulang Haikal tak membalas satu pun pesan dari Maira, bahkan pagi ini dia pun tak di antar oleh Haikal ke tempat kerjanya
"mikirin apa sih Mai kok sampai gak fokus gitu, lihat tu bu bos dari tadi merhatiin kamu terus" tegur Rinda karena sedari tadi melihat Maira yang selalu salah melayani pembeli
"maaf Rin aku lagi mikirin mas Haikal sejak semalam dia gak bales chat ku" ucapnya lirih
"udah itu dipikirin nanti aja sekarang kamu fokus ke pekerjaan kita jangan sampai kamu kena marah bu bos karena masalah mu ini" ucap Rinda dan Maira pun mencoba mengesampingkan apa yang sedang mengganggu pikirannya saat ini
Saat jam istirahat tiba Maira pun mencoba kembali menghubungi Haikal tapi lagi lagi ia tak mendapatkan jawaban dari kekasihnya itu
Sedangkan Haikal yang sedang bersama Rima juga Diana pun sengaja mengabaikan panggilan dari Maira tadi agar tak membuat Rima kembali marah padanya
"Di.... Diana" panggil lirih ibunya Diana saat mulai tersadar
"ibu...ibu sudah sadar, gimana apa ada yang sakit Bu" tanya Diana cemas, Diana segera meraih tangan ibunya yang seperti hendak menyentuhnya
ibunya menggeleng justru dia bertanya siapakah mereka yang juga berada di kamar rawat dirinya
Raut kecewa terlihat jelas di wajah ibu Diana, dia berharap jika Haikal adalah kekasih putrinya itu tapi justru Diana memperkenalkan nya sebagai bos tempatnya bekerja
Beberapa lama setelahnya Rima juga Haikal pun pamit pergi setelah sebelumnya memastikan jika keadaan ibunya Diana sudah lebih baik juga meminta Diana untuk cuti beberapa hari sampai ibu nya keluar dari rumah sakit
Sesekali Haikal melirik ponsel yang berada di saku celana nya, ia yakin itu adalah kekasih nya Maira yang mencoba menghubunginya tapi sengaja Haikal meng silent nada dering ponsel nya
"bu kita cari makan dulu ya," tawar Haikal tapi Rima menolak ia ingin segera pulang saja karena terlalu lelah di perjalanan seharian ini
"bu boleh minta waktu nya sebentar" tanya Haikal sesaat setelah sampai di rumah nya, ia duduk di samping Rima yang tengah bersantai di teras rumah mereka
"bu tolong jangan seperti ini, beri Haikal alasan kenapa tidak boleh melanjutkan hubungan dengan Maira"
Rima menghela nafasnya dalam lalu setelahnya ia pun menoleh pada putranya itu
"apakah harus ada alasan untuk ibu menolak hubungan kalian"
"ya Bu, ini tentang masa depan ku Bu. Berikan aku alasan untuk menuruti permintaan ibu" ucapnya pelan karena tak ingin membuat Rima kembali marah
Rima berdiri lantas berjalan beberapa langkah hingga kini dirinya tepat berada di depan deretan pot bunga yang ia koleksi
"kamu tau Haikal bahwa ibumu ini berjuang sendirian untuk merawat mu bahkan dari sejak belum lahir, sejak kamu masih berada di dalam rahim ibu semuanya ibu jalani sendirian bahkan ibu tak menyangka bisa sampai melahirkan mu di dunia ini dalam keadaan selamat" lugasnya, suara Rima pun terdengar bergetar saat berbicara
Haikal tak mengalihkan pandangannya dari ibunya itu, ia ingin mendengarkan alasan ibunya tersebut
"ada seseorang yang mempunyai andil sangat besar dalam setiap penderitaan ibu dulu Kal, dan seseorang itu adalah bagian dari gadis itu"
Haikal terperanjat, ia lantas ikut berdiri di samping ibunya untuk menanyakan siapa orang tersebut
"siapa Bu, Tante Hesti atau Om Heri?"
"mereka berdua...." jawabnya tanpa ragu, Rima pun bisa melihat jika putranya itu begitu shock mendengar ucapannya
"ibu hanya tidak ingin kamu terlibat dengan iblis iblis itu nak juga ibu rasanya tak mampu harus bertemu mereka, trauma yang ibu alami bahkan rasanya masih terasa hingga sekarang" Rima terus menatap putranya itu dengan penuh harap jika anak semata wayangnya itu percaya dengan apa yang dia ucapkan
"ibu pasti salah orang kan, mana mungkin orang tua Maira adalah seseorang dari masa lalu ibu" sangkal nya karena tak ingin apa yang di ucapkan oleh ibu nya tersebut benar adanya
Haikal masih belum bisa sepenuhnya percaya atas apa yang ia dengar barusan
"apa selama ini ibumu ini seorang pembual nak, sudah cukup dulu rasa sakit juga penderitaan yang ibu alami, ibu tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada mu juga Haikal. Mereka bukan orang yang bisa di percaya nak"
Haikal terduduk karena keterkejutan nya, pikiran nya sedang tak baik baik saja dengan apa yang sudah ibunya ucapkan tadi rasa tak percaya masih terlintas di pikiran nya meskipun satu sisi hatinya mengatakan jika tak mungkin sang ibu berbohong
Rima memberi ruang untuk sang anak mencerna apa yang di ucapkan oleh nya tadi, ia biarkan Haikal seorang diri untuk merenungkan apa yang harus di lakukan oleh nya
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
Hari terus berlalu tanpa mampu di cegah menyisakan kenangan yang terjadi di hari kemarin
Sudah seminggu lamanya Maira menunggu kabar dari kekasihnya yang mendadak tidak bisa di hubungi olehnya bahkan setiap panggilan dari nya selalu tak pernah terjawab
Rindu itu sudah menggunung karena penantian yang belum tertuntaskan. Berkali kali dia mendatangi rumah kekasih nya tapi sang asisten rumah tangga selalu mengatakan jika beliau sedang tidak berada di rumah tapi dalam hati kecilnya ia sangat yakin jika kekasih nya itu tau jika dirinya sedang mencarinya
"dimana kamu mas, kenapa kamu menghilang seperti ini"