NovelToon NovelToon
Secret Of Paralyzed Husband

Secret Of Paralyzed Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua / Tukar Pasangan
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Qaeiy Gemilang

Hi hi haaayyy... selamat datang di karya kedua akuu... semoga suka yaaa 😽😽😽

Audrey dipaksa menggantikan adiknya untuk menikah dengan seorang Tuan muda buangan yang cacat bernama, Asher. Karena tuan muda itu miskin dan lumpuh, keluarga Audrey tidak ingin mengambil resiko karena harus menerima menantu cacat yang dianggap aib. Audrey yang merupakan anak tiri, harus rela menggantikan adiknya. Namun Asher, memiliki rahasia yang banyak tidak diketahui oleh orang lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qaeiy Gemilang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terungkap

“Apa yang kamu pikirkan, Callie? Kamu ingin aku melakukan apa?” tanya Asher dengan wajah datar.

Audrey tampak linglung dengan perkataan Asher. “E... Kamu tadi memintaku melepaskan bajuku, kan? Aku... Belum siap melakukannya. Bisa memberikan waktu untukku?” ucap Audrey kikuk dengan tampang yang begitu polos.

Asher terkekeh melihat sikap Audrey. Audrey yang melihat Asher tertawa membuat ia termangu beberapa detik. Ini sebuah keajaiban dunia saat melihat pria di hadapannya itu terkekeh.

‘Dia tertawa? Apakah aku mimpi? Demi Tuhan, dia sungguh manis jika dia tertawa. Semoga ini awal untuk membuat pria patung es ini mencair,’ Audrey membatin penuh harap di sela keterkejutannya.

Asher mengatur posisinya dan kembali berwajah datar. “Aku hanya ingin mengobati punggungmu, Callie. Kau pikir aku ingin mengajakmu berhubungan? Itu tidak akan terjadi. Jangan berpikir jika aku akan memberikan benihku pada rahimmu!” sentak Asher.

Audrey tersentak mendengar ucapan Asher yang terkesan tegas dan dingin. Rona merah tertampak jelas di wajahnya yang begitu malu.

“Aku... maaf, Asher. Aku salah mengerti maksudmu,” kata Audrey dengan suara serendah mungkin. Beberapa butir air mata mulai menggenang di sudut matanya. Ia benar-benar sangat malu.

Asher, menyadari bahwa reaksinya terkesan terlalu keras, menghela napas panjang. “Callie,” kata Nathan dengan suara yang lebih lembut, “Mungkin aku yang salah menyampaikannya. Jadi lupakan apa yang tadi aku sampaikan!”

Tidak menunggu jawaban Audrey, Asher menekan tombol kursi rodanya melaju ke arah lemari dan mengambil sebuah handuk tipis dari lemari tersebut. Setelah itu, ia kembali menghampiri Audrey.

“Tolong gunakan ini untuk menutupi punggungmu saat aku mengobati lukamu.” Asher melempar handuk tersebut ke arah Audrey.

Audrey mengangguk perlahan, masih menahan rasa malu yang mendalam. Ia mengambil handuk tersebut. “Bisakah kamu balik ke arah lain? Aku ingin melepaskan pakaianku,” ucap Audrey dengan rasa malu.

Asher mengangguk dan segera mengalihkan pandangannya ke arah jendela, untuk memberikan Audrey privasi yang ia butuhkan. “Baiklah, aku akan menutup mataku dan menghadap ke sini. Beri tahu aku bila kau sudah siap,” kata Asher.

Dengan perasaan malu yang masih terngiang, Audrey perlahan melepaskan bajunya dan menggunakan handuk tipis yang Asher berikan untuk menutupi punggungnya.

“Asher... Sudah,” ucap Audrey pelan memberitahukan kepada Asher jika dia sudah selesai dengan wajah tertunduk sambil memberikan punggungnya ke arah di mana Asher berada.

Asher membuang pandangan ke arah punggung Audrey. “Deg!” pupil Asher melebar saat melihat punggung Audrey. Bekas kehitam-hitaman kini membekas di punggung putih milik Audrey.

Asher tidak bisa menahan rasa terkejut dan kesal saat melihat bekas luka yang menghiasi punggung Audrey. Ia mengepalkan tangannya dengan kuat, kemarahan mendidih di dalam dadanya.

“Aku tidak tahu jika punggungmu terluka begitu parah, Callie,” kata Asher dengan suara yang penuh kekhawatiran. “Siapa yang berani melakukan ini padamu? Aku bersumpah, jika aku tahu, orang itu, mereka akan membayar mahal atas perbuatannya!” geram Asher sambil menggertakkan giginya.

Audrey terkejut mendengar kemarahan Asher. Audrey baru ingat, sebelum dia menikah, ia dipukul oleh ayahnya dengan ikat pinggang. Wanita itu tidak menyadari jika pecutan tersebut masih meninggalkan bekas.

“Itu mungkin bekas garukanku karena beberapa hari sebelum kita menikah, aku terkena Alergi,” jawab Audrey berkilah dengan suara bergetar, ia tidak ingin jika Asher terlibat dalam masalah keluarganya.

Asher menatap Audrey dengan tatapan curiga, tapi ia sadar bahwa memaksa Audrey untuk mengungkap kebenaran mungkin akan membuat gadis itu merasa tidak nyaman. Ia menghela napas, kemudian berbicara dengan suara yang lebih tenang. “Baiklah, jika itu memang diakibatkan oleh alergi, aku harap kamu akan lebih berhati-hati ke depannya.”

Audrey mengangguk, terlihat terharu dengan perhatian Asher. “Terima kasih, Asher. Aku akan lebih berhati-hati,” kata Audrey dengan suara lembut.

Asher mengangguk dan memulai untuk membersihkan luka pada punggung Audrey dengan hati-hati. Ia merasa sangat bertanggung jawab atas keadaan gadis itu. Setiap sentuhan lembut yang ia berikan pada punggung Audrey menambah rasa empatinya.

Beberapa menit berlalu, dan Asher telah selesai membersihkan luka Audrey. “ Bagaimana rasanya? Apakah sudah lebih baik?” tanyanya dengan nada penuh kepedulian.

Audrey memutar tubuhnya, lalu menatap Asher sambil mengangguk, tersenyum tipis. “Ya, jauh lebih baik. Terima kasih, Asher. Aku... aku sangat berterima kasih padamu,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Asher tidak merespon apa-apa saat Audrey berucap demikian. Karena dalam hati Asher masih tersimpan tanda tanya tentang bekas luka di punggung gadis itu. Tapi, Asher menapik dengan cepat mengenai bekas luka-luka di punggung Audrey.

“Baik. Istirahatlah!” ucap Asher dengan datar yang kemudian meninggalkan Audrey di dalam kamar sendirian.

Audrey lagi-lagi termangu saat melihat kepergian Asher. Wanita itu merasa jika Asher sebenarnya adalah pria yang baik. Hanya saja, kebaikan pria itu masih tertutup oleh ego dan kemunafikan.

“Dasar pria gengsian,” celetuk Audrey. Kini Audrey mengenakan pakaiannya kembali. Saat sedang menyelipkan baju di kepalanya, Audrey tersadar jika dia kini berada di dalam ruangan berbeda.

“Tunggu... Ini sepertinya bukan kamarku. Apakah aku berada di kamar Asher?” gumam Audrey heran sambil memandang sekeliling kamar. Ia melihat beberapa barang pribadi yang jelas bukan miliknya. Suasana kamar yang berbeda, foto-foto dan hiasan yang terpajang di dinding serta beberapa buku di meja mengindikasikan bahwa ruangan ini memang milik Asher.

Merasa penasaran, Audrey mengamati lebih detail ruangan tersebut. Ia melihat beberapa judul buku yang cukup menarik, beberapa di antaranya adalah novel terkenal dan buku tentang sejarah. Terdapat juga beberapa memo dan catatan di atas meja Asher.

Tok tok tok

Audrey terkesiap saat mendengar suara kutukan pintu. “Nyonya Callie, aku mengantarkan makanan untukmu.” Terdengar suara setelah bunyi ketukan pintu.

“A... lya, silahkan masuk!” teriak Audrey.

Pintu kamar itu terbuka dan Luwan pun masuk ke dalam kamar sambil mendorong troli makanan. “Baiklah nyonya, ini makanan yang dipesan untukmu. Semoga bisa membuatmu merasa lebih baik.” Ucap Luwan dengan senyum ramah di wajahnya.

Audrey mengangguk. “Terima kasih. Aku jauh merasa lebih baik sekarang.”

Luwan meletakkan piring dan gelas di atas meja samping tempat tidur. “Kalau ada yang dibutuhkan, jangan ragu untuk memanggilku, Nyonya Callie,” kata Kuwan dengan sopan.

Audrey tersenyum tipis dan mengangguk, “Tentu, terima kasih.”

Setelah Luwan pergi, Audrey duduk di tepi tempat tidur dan melihat makanan yang disajikan untuknya. Kemudian mulai menyantap makanan tersebut.

Sementara Asher, kini berada di dalam ruang kerjanya. Sambil bertatapan dengan Franklin yang akan memberikan laporan mengenai apa yang dia dapatkan dari keluarga Barnes Colvin.

“Katakan dan jangan ada satu yang terlewat!” ucap Asher dengan penuh ketegasan.

Franklin mulai menatap benda layar lebar di depannya. Lalu mulai membacakan detail mengenai Audrey. “Tuan, yang anda nikahi bukan Callie. Melainkan Audrey, anak tiri Nyonya Brianna yang selama ini disembunyikan keberadaannya.” Lapor Franklin.

Deg!

Asher terkejut mendengar pengakuan Samuel. Hatinya berdegup kencang, seketika rahangnya mengeras. “Apa? Audrey? Bukan Callie yang sebenarnya aku nikahi?” tanya Asher dengan nada bingung dan marah.

“Iya, Tuan. Audrey adalah anak hasil pernikahan pertama dari tuan Dax sebelum menikah dengan Nyonya Brianna. Setelah menikah dengan tuan Dax, Nyonya Brianna menyembunyikan keberadaan Audrey demi kepentingan keluarga dan memproteksi Callie,” jelas Franklin lengkap.

Asher mengepal tangannya, kemarahan mendalam meluap di wajahnya.” Brianna, beraninya kamu mempermainkanku. Dan Audrey, kau ... Menyembunyikan identitasmu? Apa mereka sudah bosan hidup ?” geram Asher.

Franklin tertunduk melihat kemarahan Asher. Dengan pelan pria itu berkata, “dan... Audrey diperlakukan begitu tidak baik oleh nyonya Brianna dan tuan Dax.”

1
Salbiah
semangat author..
Qaeiy Gemilang🌟: makasih
total 1 replies
Jihan Hwang
hai aku mampir...
mampir juga dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/
Marifatul Marifatul
🤔🤔
Qaeiy Gemilang🌟
cerita baru yg sangaaattt menariiikkk😍😍😍
Delita bae: salam kenal. semangat ya😇👍🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!